Apakah kita masih bisa percaya pada omongan
pengikut Syi'ah?
Hadits kelima yang disebutkan Majlisi:
Telah kita bahas mengenai kafirnya tiga orang dari tafsir Ali bin ibrahim
(tafsir Al Qummi) dalam ayat " biarkanlah Aku menghadapi dia yang
kuciptakan sendirian" dengan sanad dari Abu Abdillah alaihissalam : yang
sendirian adalah anak zina dan dua adalah zufar.. hingga akhir ayat.
Tetapi setelah dirujuk kembali ke tafsir Al Qummi tercantum di sana sanad
lengkap riwayat ini yaitu : menceritakan kepada kami Abul Abbas, dia berkata :
meceritakan kepada kami Yahya bin Zakariya dari Ali bin Hasan dari pamannya
Abdurrahman bin Al Katsir dari Abu Abdillah alaihissalam dalam keterangan ayat
: biarkanlah Aku menghadapi dia yang kuciptakan sendirian" yaitu anak
zina, dia adalah Zufar.
Riwayat ini lemah karena dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang lemah
yaitu Ali bin Hasan dan Abdurrahman bin Katsir. Ulama syiah berkomentar tentang
Ali bin Hasan :
Al Kisysyi berkata : Ali bin Hasan al Hasyimi yang meriwayatkan dari pamannya
Abdurrahman bin Katsir dia adalah seorang pembohong dan seorang waqifi
tidak pernah bertemu dengan Abul Hasan Musa Alaihissalam.
Begitu juga Al Hulli sependapat dengan Kisysyi
An Najasyi mengatakan : Ali bin Hassan bin Katsir Al Hasyimi : lemah sekali,
dia dikategorikan oleh ulama sebagai ekstrimis yang rusak keyakinannya, dia
menulis kitab tafsir kebatinan yang berisi campuran macam-macam darinya
Sedangkan Abdurrahman bin Katsir juga disebutkan oleh Najasyi :
Abdurrahman bin Katsir Al Hasyimi Maula Abbas bin Muhammad bin Ali bin Abdullah
bin Abbas, dia adalah perawi yang lemah, ulama kami mengatakan dia memalsu
hadits.. Ibnu Dawud juga berkomentar sama dengan Najasyi ,
begitu juga dengan al Hulli.
Hadits ini sangatlah lemah karena ada dua perawi yang lemah, yang mana salah
satunya pernah memalsu hadits, sesuai kesaksian dari ulama syi'ah sendiri.
Telah kita lihat sendiri bahwa syi'ah tidak memiliki dalil shahih yang menjadi
dasar mereka dalam menjelaskan nasab Umar versi mereka sendiri. Semoga Allah
melaknat para pembohong.
Pada edisi ke 13 tahun 1422 H majalah Al Minbar yang terbit di Kuwait memuat
tulisan Abdul Aziz Qumbur yang berjudul : Garis Merah.
Pada awalnya terasa susah untuk memahami lingkaran nasab yang rumit, ibu orang
itu (Umar) adalah saudaranya dan bibinya sendiri. Ayahnya sendiri sekaligus
menjadi kakek dan pamannya dari pihak ibu, sementara neneknya adalah istri
pamannya sendiri. Jika kita biarkan sejarah bercerita, dia akan mengatakan : penjelasan
terperinci mengenai nasab Umar bin Khattab yaitu : Nufail (kakek Umar) adalah
seorang budak milik Kalb bin Lu'ay bin Ghalib Al Qurasyi, lalu Kalb meninggal
dan dia berpindah menjadi milik Abdul Muthalib. Sedangkan Abdul Muthalib
memiliki seorang budak perempuan dari Habasyah h bernama Shahhak. Nufail
bertugas menggembala onta milik Abdul Muthalib sementara Shahhak menggembala
kambing juga milik Abdul Muthalib. Mereka berdua ditempatkan terpisah ketika
menggembala ternak masing-masing. Kebetulan pada suatu hari mereka berdua
menggembala di tempat yang sama, lalu Nufail mencintainya dan ingin
menggaulinya. Abdul Muthalib menyuruh Shahhak memakai celana dari kulit yang
dikunci dan Abdul Muthalib sendiri yang membawa kuncinya karena cintanya kepada
Shahhak . Setelah dirayu Shahhak berkata : kamu tidak akan dapat menggauli saya
karena saya memakai celana dari kulit yang dikunci. Lalu Nufail berkata : saya
akan mencari jalan keluar. Lalu Nufail membawa minyak samin yang dilumurkan ke
tubuh Shahhak yang akhirnya bisa "melepas" celana itu dengan paksa
dan Nufail pun menggaulinya hingga hamil dan lahirlah Khattab. Si bayi kemudian
dibuang di tepi jalan pada malam hari karena takut Abdul Muthalib mengetahui
apa yang terjadi . Dan dipungut oleh seorang wanita yahudi hingga besar dan
bekerja menjadi pemotong kayu bakar, karena itu dia disebut Khattab . Shahhak
dengan sembunyi-sembunyi selalu mendatangi Khattab, pada suatu hari Khattab
melihat Shahhak bergerak-gerak pantatnya sedangkan dia tidak tahu bahwa Shahhak
adalah ibunya sendiri, maka Khattab pun menggauli Shahhak dan lahirlah bayi
perempuan yang diberi nama Hantamah. Setelah bayi itu lahir langsung dibuang
oleh Shahhak di tempat pembuangan sampah di kota Mekkah lalu diambil oleh
Hisyam bin Mughirah dan dianggapnya sebagai anak dan dinisbatkan kepadanya.
Setelah Hantamah beranjak dewasa Khattab sering berkunjung ke rumah Hisyam,
hingga sering melihat Hantamah yang membuatnya jatuh cinta. Akhirnya Khattab
melamar Hantamah dan menikahinya lalu dari pernikahan itu lahirlah Umar. Maka
Khattab adalah ayahnya yang menikahi Hantamah ibunya, juga Khattab telah
menzinai Shahhak hingga lahirlah Hantamah, jadi Hantamah dan Khattab adalah
saudara karena lahir dari ibu yang sama yaitu Shahhak.
Cerita ini tidak dikutip dari cerita seribu satu malam, tapi berasal dari
seorang ulama nasab yang termasyhur yaitu Muhammad bin Sa’ib Al Kalbiy, yang
dikatakan oleh Izzuddin Ibnul Atsir Al Jazri dalam kitabnya Usdul Ghabah fi
Ma'rifatis Shahabah : Al Kalbi adalah salah satu ulama nasab yang terkenal,
begitu juga kisah nasab yang mulia ini diriwayatkan oleh Abu Mikhnaf Luth bin
Yahya Al Azdi dalam kitabnya yang terkenal : As Shalabah Fi Ma'rifatis Shahabah
juga dalam kitab At Tanqih fin Nasabis Sharih.
Abu Mikhnaf dan Kalbi keduanya adalah penganut syiah gemar berbohong, akan kami
jelaskan sebentar lagi. Kebohongan ini adalah tradisi turun temurun yang
diwarisi oleh syiah karena mereka menyadari nasab mereka sendiri banyak yang
tidak jelas karena telah dikotori oleh praktek mut'ah , maka mereka ingin
menodai nasab orang-orang suci seperti Umar bin Khattab tetapi mereka tidak
akan dapat berbuat demikian tanpa berdusta dan berbohong yang merupakan ajaran
agama mereka yang menyimpang. Ulama nasab yang dianggap oleh syiah sebagai
penganut sunni yang mencela nasab Umar bin Khattab yaitu :
Muhammad bin Sa’ib Al Kalbi, dia adalah seorang syi'ah dan penganut sekte
Saba'iyah.
Abubakar bin Khallad Al Bahili dari Mu'tamir bin Sulaiman dari ayahnya berkata
: di Kufah terdapat dua orang pembohong, salah satunya adalah Kalbi. Amr bin
Hushain meriwayatkan dari Mu'tamir bin Sulaiman dari Laits bin Abi Salim :
terdapat dua orang pembohong di Kufah, yaitu Kalbi dan Suddi, yang dimaksud
adalah Muhammad bin Karwan. Abbas Ad Duri meriwayatkan dari Yahya bin Ma’in :
dia bukan siapa-siapa, riwayatnya tidak dianggap apa-apa. Mu'awiyah bin Shaleh
meriwayatkan dari Yahya bin Ma’in : dia adalah perawi yang lemah. Abu Musa
Muhammad bin Mutsanna berkata : saya tidak pernah mendengar Yahya bin Ma’in dan
Abdurrahman meriwayatkan hadits dari Sufyan dari Kalbi. Bukhari berkata : Yahya
bin Said dan Ibnu Mahdi meninggalkan hadits yang diriwayatkan oleh Kalbi. Abbas
Ad Duri meriwayatkan dari Yahya bin Ya'la Al Muharibi : Zai'dah diberitahu :
janganlah kamu meriwayatkan dari tiga orang : Ibnu Abi Laila, Jabir
Al Ju'fi dan Kalbi. Antara diriku dan keluarga Ibnu Abi Laila terdapat
permasalahan maka saya tidak akan menyebutkannya, sedangkan Jabir al Ju'fi
adalah seorang pembohong yang meyakini adanya raj'ah , sedangkan Kalbi, dahulu
saya sering berkunjung menemuinya lalu pada suatu hari saya mendengar dia
berkata : saya pernah menderita sakit yang membuatku melupakan seluruh
hapalanku, lalu saya mendatangi keluarga Nabi, kemudian mereka meludahi
mulutku, maka aku ingat kembali ilmu yang terlupa akibat sakit. Saya berkata
padanya : demi Allah saya tidak akan meriwayatkan hadits darimu lagi, aku pun
meninggalkannya. Al Ashma'I mendengar dari Abu Awanah : saya mendengar Kalbi
mengucapkan sebuah kalimat kufur. Dia pernah berkata kalimat serupa, saya
menanyainya tapi dia meningkari hal itu.
Abdul Wahid menceritakan bahwa Ibnu Mahdi berkata : Abu Juz' duduk
bersama kami di depan rumah Abu Amr bin Ala' lalu dia berkata : saya bersaksi
bahw Kalbi telah kafir. lalu saya mengatakan hal itu pada Yazid bin Zurai' lalu
dia berkata : saya mendengar dia berkata : saya bersaksi bahwa Kalbi adalah
kafir. Yazid berkata : apa yang telah diucapkan? saya menjawab : Saya mendengar
dia mengatakan : Jibril membawa wahyu kepada Nabi, lalu dia pergi untuk sebuah
keperluan dan Ali pun duduk, maka malaikat Jibril memberikan wahyu kepada Ali.
Yazid berkata : saya tidak pernah mendengarnya mengatakan hal itu tapi saya
melihatnya menepuk dadanya seraya berkata : saya adalah seorang Saba'i. Abu
Ja’far Al Uqaili berkata : Saba'I adalah sebuah sekte dari syi'ah, pengikut
ajaran Abdullah bin Saba'. Kalbi pernah berkata : apa yang kuriwayatkan dari
Abu Shalih dari Ibnu Abbas seluruhnya adalah bohong, maka janganlah kalian
meriwayatkannya."
Inilah perawi kisah nasab Umar bin Khattab. Seorang pembohong yang bermazhab
syi'ah saba'I bukannya seorang bermazhab sunni ahlussunnah wal jamaah. Tetapi
selama untuk menghinakan Umar maka riwayat dari seorang pembohong pun tidak
masalah.
Perawi kedua adalah Abu Mikhnaf Luth binYahya AL Azdi, dia juga seorang syi'i.
Yahya bin Ma’in berkata : dia bukan orang yang tsiqah. Abu Hatim berkata :
tertuduh memalsu hadits. Daruquthni berkata : seorang ahli sejarah tetapi
riwayatnya lemah.
Abbas Al Qummi mengatakan dalam kitab Al Kuna wal Alqab :
Luth bin Yaha bin Sa'id bin Mikjnaf bnin Salim Al Azdi, syaikh ahli sejarah di
kota Kufah. Meninggal tahun 157 HijRiyah, dia pernah meriwayatkan dari Ja’far
As Shadiq juga dari Hsyam Al Kalbi dan kakeknya Mikhnaf bin Salim adalah
seorang sahabat Nabi yang mengikuti perang Jamal di pihak Ali bin Abi
Thalib membawa bendera kabilah Azd dan dia terbunuh dalam peperangan itu yang
terjadi tahun 36 H. Abu Mikhnaf adalah seorang ahli sejarah syi'ah yang
terbesar, walaupun dia menampakkan bahwa dirinya adalah syi'ah, riwayatnya
digunakan oleh ulama sunnah seperti Thabari, Ibnul Atsir dan lainnya.
Telah nyata bahwa Kalbi dan Abu Mikhnaf adalah ulama syi'ah bukanlah ulama
ahlussunnah, mereka adalah pembohong yang masyhur jadi celaan mereka terhadap
Umar bin khatab tidak dapat diterima karena kebohongan mereka berdua.
Lalu siapakah Shahhak? Cerita Shahhak tidak akan anda temui dalam literatur
Islam, tetapi tercantum dalam literatur syi'ah yang biasa memuat cerita bohong
seperti buku tulisan Majlisi dan lainnya. Mereka berusaha untuk memuaskan
kebencian dan dendam mereka pada Umar bin Khattab dengan riwayat
"murahan" seperti itu.
Apakah Hantamah saudara Abu Jahal atau anak pamannya? Hantamah adalah anak dari
paman Abujahal karena ayah Hantamah adalah Hasyim sementara ayah Abu Jahal
adalah Hisyam. Hisyam adalah saudara kandung Hasyim, sedangkan ayah mereka
berdua bernama Mughirah.
Siapakah nama ibu Khattab? Ibu Khattab adalah Hayyah binti jabir bin Abi
Habib dari qabilah fahm, bukan seperti apa yang dikisahkan oleh para zindiq.
Apakah benar apa yang dikatakan oleh syi'ah bahwa Khattab adalah Ayah sekaligus
kakek sekaligus pamannya dari pihak Ibu dari Umar bin Khattab? Benarkah Ibunya
adalah saudara perempuan Umar juga bibinya?
Kita sudah mengetahui dari mana cerita bohong ini berasal, dan hanya
diriwayatkan oleh para pembohong seperti Majlisi dan lainnya, pembaca akan
mengetahui bahwa semua ini bohong.
Ayah Umar adalah Khattab : ini benar adanya, karena ayah Umar memang Khattab.
Khattab adalah kakek Umar karena dia adalah ayah Hantamah : ini tidak benar
karena ayah Hantamah adalah Hasyim bin Mughirah bukannya Khattab.
Khattab dibilang menjadi paman Umar dari pihak ibu karena Khattab dan Hantamah
lahir dari rahim ibu yang sama yaitu Shahhak: ini juga merupakan kebohongan
karena Ibu Hantamah adalah Hayyah bukannya Shahhak, sementara ibu Hantamah
bernama Syifa'. Maka mereka berdua bukan lahir dari ibu yang sama.
Ibu Umar adalah Hantamah, ini benar adanya.
Mereka mengatakan bahwa Umar adalah saudara Hantamah karena Hantamah juga anak
dari Khattab yang lahir dari Shahhak yang digaulinya. Ini adalah kebohongan
karena ayah Hantamah bernama Hisyam bin Mughirah bukannya Khattab.
Mereka mengatakan bahwa Hantamah adalah bibinya karena Hantamah adalah saudara
kandung Khattab yang lahir dari ibu yang sama yaitu Shahhak : ini adalah
kebohongan karena ibu Khattab adalah bernama Hayyah dan ibu Hantamah bernama
Syifa'. Maka terbongkarlah tuduhan syi'ah terhadap Umar bin Khattab yang
ternyata adalah bohong besar semata.
Ternyata ucapan Ibnu Taimiyah bahwa mazhab syi'ah adalah mazhab yang pembohong
bukanlah berlebihan.
Bagaimana Khattab menjadi paman dan sekaligus saudara Zaid bin Amr bin Nufail?
Karena Nufail memiliki istri lebih dari satu. Ibu khattab bernama hayyah sementara
Amr ibunya bernama qalabah. Ketika Nufail meninggal dunia maka Amr mewarisi
istri ayahnya Nufail yaitu Hayyah lalu lahirlah zaid. Maka dari sini dapat
dipahami bahaw khattab adalah paman sekaligus saudara seibu Zaid bin Amr bin
Nufail. Hal ini dikenal dalam kehidupan jahiliyah bahwa seseorang dapat
mewarisi istri ayahnya karena kaum jahiliyah berpendapat bahwa istri ayah dapat
diwarisi.
Peristiwa apakah yang menjadi sebab turunnya ayat 101 surat Al Maidah?
Peristiwa yang menjadi sebab turunnya ayat ini lebih dari satu peristiwa :
Hadits riwayat bukhari dari anas bin malik : Nabi berkhotbah dengan isi khotbah
yang belum pernah saya dengar sebelum ini , beliau bersabda : jika kalian semua
mengetahui seperti apa yang kuketahui maka kalian pasti akan sedikit tertawa
dan banyak menangis. Mendengar sabda Nabi itu para sahabat segera menangis dan
menutupi muka masing-masing hingga terdengar keras suara isak tangis, lalu
seseorang bertanya : siapa ayahku? Nabi menjawab : fulan, lalu turunlah ayat
ini.
Riwayat lain mengenai sebab turunnya ayat ini:
Al Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas : beberapa orang selalu menanyai Nabi
dengan maksud menghina, dengan menanyakan :" siapa ayahku?", juga ada
orang yang kehilangan ontanya bertanya pada Nabi : di mana ontaku? Lalu Allah
menurunkan ayat ini.
Riwayat ketiga dari Imam Thabari:
Saya mendengar Abu Hurairah berkata : Nabi berkhotbah kepada kami : Wahai
manusia, Allah telah memerintahkan kalian untuk berhaji. Muhshan Al Asadi
berdiri dan mengatakan : apakah haji itu wajib setiap tahun wahai Rasulullah?
Nabi pun menjawab : jika aku katakan ya maka kalian wajib melakukannya setiap
tahun, jika kalian tinggalkan maka kalian akan tersesat, janganlah kalian
bertanya mengenai perkara yang saya diamkan, orang sebelum kalian menjadi
celaka karena banyak bertanya kepada Nabi mereka, lalu mereka menyelisihi Nabi
mereka.
Inilah tiga riwayat mengenai sebab turunya ayat ini, yang pertama adalah
Abdullah bin Huzhafah dia tidak bertanya kepada Nabi dengan niat untuk
mengejek, tetapi Ibnu Hajar mengatakan dalam Fathul Bari jilid 9 hal 351 :
tidak menutup kemungkinan bahwa tiga peristiwa di atas merupakan sebab turunnya
ayat itu. Wallahu A'lam. Ibnu Hajar mengatakan pada hal 352 : intinya, ayat di
atas turun akibat sifat banyak bertanya, baik dengan niat untuk menguji atau
mengejek, maupun banyak bertanya yang bertujuan untuk mendebat dan membantah,
yang mana jika tidak muncul pertanyaan maka hukum sebuah perkara adalah mubah.
Adapun tambahan dari riwayat di atas , bahwa Umar bin Khattab berdiri dan
mengatakan : kami rela Allah menjadi tuhan kami, Islam menjadi agama kami dan
Muhammad menjadi Nabi kami, Al Qur'an menjadi imam kami. Riwayat yang memuat
tambahan ini adalah shahih, tetapi disalah pahami oleh syi'ah, mereka menyangka
bahwa Umar bin Khattab berdiri untuk meminta maaf agar tidak terbongkar aib
nasabnya. Di atas telah kita bahas panjang lebar bahwa nasab Umar bin Khattab
lebih suci dari nasab syi'ah, anak hasil perkawinan mut'ah, keturunan majusi
yang tak jelas siapa kakek neneknya. Umar bin Khattab berdiri karena memahami
bahwa pertanyaan itu dilontarkan untuk mendebat atau mengejek dan berangkat
dari keraguan, maka dia takut siksa dari langit akan turun akibat pertanyaan
itu, maka dia berdiri dan mengatakan : kami rela Allah menjadi tuhan kami..
dst. Ucapan ini melambangkan semangat Umar untuk meraih kecintaan Nabi.
Telah anda baca di atas bahwa begitu mudahnya bagi ulama syi’ah untuk berbohong
dalam rangka membunuh karakter Umar bin Khattab. Jika ulama besar selevel
Majlisi saja berani menukil dari seorang pembohong untuk membunuh karakter Umar
bin Khattab apalagi “setengah ulama” yang baru pulang dari Iran hari ini dan
tinggal di sekitar kita? Tentunya mereka akan mengikuti jejak ulama mereka,
yaitu dengan membiasakan diri untuk berbohong. Ini sebagai peringatan bagi kita
agar mewaspadai ustadz-ustadz syi’ah dan agar kita tidak menelan mentah-mentah
semua omongan mereka.