Ternyata banyak riwayat
dalam kitab syiah yang sesuai dengan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi
wasallam dalam kitab ahlussunnah. Tapi kemana riwayat-riwayat itu?
Pada dua artikel sebelumnya, kita
menjelaskan tentang sisi lain dari ajaran syiah tentang puasa asyura dan juga
masalah memukul-mukul dada.
Seperti yang diketahui bersama, syiah di sekitar kita selama ini meyakini bahwa
memukul-mukul dada ketika memperingati Imam Husein adalah amal shaleh. Tapi
ternyata ahlulbait sendiri melarangnya. Dan mengancam bahwa memukul paha sekali
saja karena ditimpa musibah, itu dapat menggugurkan amal shaleh.
Begitu juga puasa Asyura, syiah meyakini bahwa puasa pada hari Asyura
adalahajaran bani Umayah, dan hari Asyura adalah hari duka cita, bukan hari
untuk berpuasa. Ternyata kita temukan dalam kitab syiah perintah untuk berpuasa
pada hari Asyura.
Di sini nampak adanya perbedaan antara yang diyakini syiah, dan yang ada di
kitab-kitab syiah sendiri. Ini mengingatkan kita pada kaum Nasrani yang banyak
menyimpang dari ajaran kitab yang mereka anggap suci.
Dari Abu Abdillah dari ayahnya, bahwa Ali bin Abi Thalib berkata: Berpuasalah
pada hari Asyura, hari kesembilan dan kesepuluh, karena menghapuskan dosa
setahun.
Tahdzibul Ahkam jilid 4 hal 299,
Al Istibshar jilid 2 hal 134,
Al Wafi jilid 7 hal 13,
Wasa’il Syiah jilid 7 hal 337,
Jami’ Ahadits Syi’ah jilid 9 hal 474-475.
Ternyata riwayat dari ahlulbait ini
“senada” dengan hadits yang ada dalam kitab ahlus sunnah, yang menganjurkan
umat Islam untuk berpuasa di hari Asyura.
Dari Abu Qatadah, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: berpuasa
pada hari Asyura, aku beharap bahwa Allah akan mengampuni dosa setahun
sebelumnya.
Riwayat Muslim
Abu Dawud
Tirmidzi
Ibnu Majah
Ahmad
Baihaqi
Begitu juga dengan masalah tepuk dada dan
memukul-mukul diri, yang dilakukan oleh syiah karena bersedih akibat peristiwa
yang sudah terjadi lebih 1000 tahun yang lalu. Kami menukil riwayat dari kitab
syiah tentang larangan memukul diri saat tertimpa musibah.
Dari Muhammad bin Ali bn Husein, dengan sanadnya dari Shafwan bin Yahya dan
Muhammad bin Abi Umair, dari Musa bin Bakr, dari Zurarah, dari Ja’far As
Shadiq: Siapa yang memukulkan tangannya ke paha ketika ditimpa musibah, maka
pahalanya akan gugur.
Dari Muhammad bin Ya’qub, dari Ali bin Ibrahim, dari ayahnya, dari An Naufali,
dari As Sukuni, dari Abu Abdillah berkata: Rasulullah SAWW bersabda: orang
muslim yang memukulkan tangannya ke paha saat musibah, maka itu menggugurkan
pahalanya.
Wasa’il Syiah jilid 3 hal 270, Bab 81
Riwayat ini senada dengan hadits Nabi
shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan dalam kitab-kitab ahlussunnah:
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: bukan golongan kami mereka yang
memukul pipi ketika memisah, menyobek pakaian, dan memanggil dengan panggilan
jahiliyah kala berduka.
Shahih Bukhari
Shahih Muslim
Mushad Ahmad
Sunan Nasa’i
Sunan Tirmidzi
Dan yang menarik, riwayat-riwayat yang senada dengan riwayat ahlussunnah ini
tidak pernah dikenal oleh banyak penganut syiah.
Ternyata ada kesamaan antara sumber-sumber ahlussunnah dan syiah, yang
mengisyaratkan bahwa sebenarnya ada banyak kesamaan antara ahlussunnah dan
syiah, di mana riwayat-riwayat para imam syiah tidak melenceng dari sabda Nabi
shallallahu alaihi wasallam.
Ini sesuai dengan perintah Allah pada kaum muslimin untuk mentaati Nabi
shallallahu alaihi wasallam. Di mana ahlussunnah bergegas mengikuti perintah
itu, dan meriwayatkan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan
teliti, memisahkan mana yang valid dan mana yang cacat, hingga umat bisa
mengikuti perintah Allah dan RasulNya shallallahu alaihi wasallam dengan baik.
Perintah ini diikuti juga oleh para imam ahlulbait, dan selama ini syiah selalu
mengklaim bahwa merekalah pengikut ahlulbait sejati. Dan ahlulbait tidak akan
keluar dari perintah Allah dan RasulNya, yang mana salah satu perintahNya
adalah mengikuti ajaran Rasul shallallahu alaihi wasallam .
Selama ini sebagian syiah sering memprakarsai persatuan sunni syiah, tapi mereka
menempuh jalan yang keliru, mereka memaksa ahlussunnah untuk bertoleransi pada
syiah, dan tidak mengatakan syiah sebagai sesat, tapi di sisi lain syiah tetap
bersikeras untuk meyakini akidah imamah, dan meyakini bahwa sahabat Nabi
shallallahu alaihi wasallam adalah sesat dan kafir.
Persatuan adalah dengan menemukan kesamaan antara syiah dan ahlussunnah, yaitu
dengan mencari riwayat-riwayat yang senada dengan sabda Nabi shallallahu alaihi
wasallam. Dengan mentaati Nabi shallallahu alaihi wasallam, maka syiah dan
ahlussunnah bisa bersatu.
Dan riwayat-riwayat ini jumlahnya sangat banyak dalam kitab syiah, tapi memang
riwayat-riwayat yang senada dengan ajaran Nabi shallallahu alaihi wasallam
dalam kitab-kitab ahlussunnah sengaja dikubur dalam-dalam oleh para ustadz dan
ulama syiah, agar tidak terjadi persatuan antara sunni dan syiah.
Agar tetap ada perpecahan dalam tubuh umat
Islam. Agar musuh tetap bisa melemahkan umat Islam.