Maju Sebagai Caketum PBNU,
Idrus Ramli Ingin Bentengi NU dari Syiah dan Liberal
KH. Muhammad Idrus Ramli
memantapkan dirinya untuk maju menjadi Calon Ketua Umum PBNU.
Menurut Gus Idrus -sapaan
akrabnya- latar belakanganya untuk maju didorong oleh sejumlah Kyai sebagai
penguatan Aswaja di tubuh organisasi NU.
“Hadrotusy Syaikh Hasyim
Asy’ari menegaskan bahwa Aswaja itu Ahlussumah Maturudiyyah. Tapi ada
oknum-oknum NU yang menyebarkan paham Syiah, Muktazilah, dan Wahabiyah,” ujar
dia dalam konferensi pers di Media Centre, SMAN 1 Jombang, Senin (3/8/2015).
Disampaikan Gus Idrus, Syiah
dan Muktazilah adalah paham sesat.
“Jika ada yang mengatakan
Syiah itu Ahlussunah, berarti dia melakukan pembelokkan,” tukasnya.
Dikatakan Gus Idrus, NU juga
dengan tegas menolak paham liberal karena NU menganut paham Ahlussunah.
“Jelas NU menolak liberal.
Paham liberalisme tidak masuk dalam konsep Aswaja yang dijelaskan oleh para
Kiai aswaja,” paparnya yang merupakan Dewan Pakar Aswaja Center.
Gus Idrus mengatakan
langkahnya maju sebagai calon ketua umum semata-mata ingin mengembalikkan NU
sebagai ormas.
“Kita tidak memiliki kekuatan
dari Parpol atau dari calon pimpinan politik. Yang mendorong saya adalah para
kyai yang aspirasinya tidak tertampung dari sejumlah calon yang ada,” tukas
Anggota Suriyah PCNU Jember ini.
Gus Idrus menilai, seluruh
pengurus dan warga NU berkewajiban untuk kembali merujuk pada isi aturan dasar
tersebut yang dimiliki sejak awal oleh warga NU.
“Dengan kembali pada Qanun
Asasi ini, diharapkan NU benar-benar netral dari kepentingan politis manapun,”
tutur dia. [rn/Islampos]
Ketua Rois Syuriah Pimpinan
Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Nusa Tenggara Timur (NTT) KH. Makarim
menyatakan, menolak kyai berpaham syiah menjadi ketua umum PBNU.
Menurutnya, NU adalah organisasi ulama yang berbasis pesantren dengan paham
ahli sunnah wal jamaah.
"Karena itu kami menolak kyai syiah menjadi ketua umum tanfidziyah
PBNU," ujar KH. Makarim sebagaimana dilansir TeropongSenayan, Senin
(3/8/2015).
KH. Makarim enggan menyebut secara langsung siapa kyai syiah yang dimaksud.
Namun, ia menyatakan bahwa calon ketua umum yang layak memimpin NU saat ini ada
dua, KH. Salahuddin Wahid atau Gus Solah (pengasuh pesantren Tebuireng,
Jombang) dan KH. Ali As'ad Said (wakil ketua umum PBNU).
KH. Makarim menambahkan, jika NU dipimpin oleh kyai syiah, maka ormas Islam
terbesar itu tinggal menunggu kehancurannya.(nisyi/syiahindonesia.com)
Idrus Ramli: NU Bukan Paham
Liberal, Islam Nusantara Sempitkan Dakwah
Menurut Idrus, banyak oknum
yang ingin mengaburkan paham Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang dibangun oleh KH
Hasyim Asyari, diantaranya paham-paham liberalism
Pengurus Jam’iyah Nahdlatul
Ulama harus kembali pada pijakan dasar, yakni isi Qonun Asasi NU. Dengan ini
diharapkan NU benar-benar netral dari kepentingan politis manapun.
Demikian disampaikan KH.
Idrus Ramli di Media Center Muktamar NU, Jombang, Senin (03/08/2015).
Gus Idrus, demikian sapaan
akrab Idrus Ramli, bertekad ingin menyelamatkan NU dari kepentingan dan
faham-faham yang merusak NU.
“Pemimpin struktural NU saat
ini banyak yang sibuk dengan urusan-urusan yang tidak berkaitan dengan tujuan
didirikannya organisasi NU,” papar Gus Idrus.
Menurutnya, belakangan ini
banyak oknum yang ingin mengaburkan paham Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang
dibangun oleh KH Hasyim Asyari, diantaranya paham-paham liberalisme.
“NU bukanlah golongan
liberal, NU itu menganut faham Ahlus Sunnah wal Jama’ah,” tegasnya.
Lebih lanjut, dewan pakar
ASWAJA Center ini mengatakan NU mengikuti konsep bermazhab As-Syairah
Maturidiyah, dalam fikih mengikuti Madzaib Arba’ah, sedangkan di dalam
tasawuf mengikuti madzhab Imam Al-Juned Al-Baghdadi dan Imam Abu Hamid
Al-Ghozali.
“Jadi jelas paham liberal
tidak termasuk dalam konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah,” simpulnya.
Saat ditanya pendapatnya
tentang Islam Nusantara, ia mengatakan hal itu masih menjadi pro-kontra.
“Saya kira kita tidak perlu
membawa-bawa Islam Nusantara, kita cukup membawa nama Ahlus Sunnah wal
Jama’ah,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa
ASWAJA adalah konsep yang dikembangkan oleh KH. Hasyim Asyari, sampai-sampai
beliau menulis kitas berjudul Risalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Selain itu, Islam Nusantara
oleh sebagian ulama dianggap sebagai penyempitan dakwah NU yang terbatas hanya
di Nusantara.
“Atau secara umum kita
seharusnya kembali kepada Islam yang Rahmatan lil Alamin, sesuai dengan
Al-Qur’an,” pungkasnya. */Yahya G. Nasrullah