Hari ini, Rusia tidak bisa
lagi menjaga rahasia atas fakta bahwa mereka memiliki “penasihat” di Suriah.
Bahkan lebih jauh lagi, kapal perang Rusia telah mendarat di pelabuhan Suriah,
serta pesawat tempur Rusia dan helikopter juga terlihat di lapangan udara
Suriah. Akun media sosial telah menunjukkan gambar tentara Rusia ada di Suriah.
Bahkan ada laporan bahwa Rusia sedang membangun sebuah pangkalan militer besar
di Suriah.
Jumlah sebenarnya tentara
Rusia dan sejauh mana keterlibatan mereka dalam pertempuran di Suriah masih
belum jelas. Jika ada sejumlah besar tentara Rusia di Suriah, kehadiran mereka
tidak akan bisa dirahasiakan.
Tentara Kremlin di Suriah
tampak seperti “jempol sakit” (akan sangat mencolok). Bahkan di timur Ukraina –
dengan banyak kesamaan ciri-ciri budaya, bahasa, etnis, dan agama – Moskow
secara spektakuler telah gagal menjaga rahasia tentang kehadiran pasukannya.
–Misi Rusia di Suriah–
Ketika Presiden AS Barack
Obama mengatakan bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad “harus pergi”, ia tidak
melakukan apa pun untuk mendukung kata-katanya; tetapi ketika Presiden Rusia
Vladimir Putin mengatakan bahwa Assad akan tetap berkuasa, ia melakukan
segalanya untuk mendukung kata-katanya.
Kelemahan Obama dan kemauan
Putin untuk menunjukkan kekuatan telah menyebabkan Suriah menghadapi situasi
seperti saat ini.
Tujuan utama Rusia di Suriah
adalah mempertahankan rezim Assad. Jika Assad lengser, Rusia akan kehilangan
pangkalan angkatan laut satu-satunya di Laut Mediterania di kota pelabuhan
Tartous. Karena hanya itulah pelabuhan Rusia di Mediterania – dan satu-satunya
tumpuan di Timur Tengah – ini akan menjadi pukulan besar bagi Moskow.
Jika Assad jatuh dari
kekuasaan, Rusia tidak akan pernah mengontrol Suriah seperti dulu lagi. Putin
tahu ini. Oleh karena itu, kemungkinan Moskow akan habis-habisan membantu
menopang pertahanan Assad di wilayah sekitar Latakia – di mana itu adalah basis
kekuatan Assad. Dan beruntung bagi Putin, ini juga tempat pangkalan angkatan
laut-nya berada.
–Spoiler Timur Tengah–
Putin melihat Timur Tengah
sebagai wilayah papan catur globalnya yang dapat berfungsi sebagai spoiler
kebijakan Barat. Jauh di lubuk hati, Putin tidak peduli jika Timur Tengah
terbakar atau jika ribuan orang mati. Untuk Putin, persepsi kegagalan AS di
Timur Tengah merupakan kemenangan baginya. Menjaga sebuah pangkalan angkatan
laut Rusia hanyalah bonus tambahan.
–Assad senang menjadi tuan rumah
bagi Rusia, tidak peduli berapapun biayanya–
Telah bayak sorotan bahwa
Iran adalah penjamin utama kelangsungan hidup rezim Assad. Meskipun Teheran
memainkan peran penting dalam hal ini, tetapi seharusnya tidak
dilebih-lebihkan.
Sementara Iran mendanai
perang di Suriah menggunakan proxy, hanya Rusia yang memiliki sumber daya
nasional dan kemampuan ekspedisi militer untuk memberikan campur tangan yang
berarti dalam menopang rezim.
Lebih penting lagi, untuk
Damaskus, hanya Moskow yang memiliki hak untuk memveto di Dewan Keamanan PBB
yang dapat menunda, mem-blok, atau menggagalkan upaya internasional yang dapat
mengakibatkan kejatuhan Assad.
–Rusia Bertindak, Barat
Bereaksi–
Obama percaya bahwa
mengatakan sesuatu adalah sama dengan melakukannya – dan menyampaikan pidato
adalah sama dengan menerapkan kebijakan. Ini adalah perbedaan utama antara
Obama dan Putin, dan antara Barat dan Rusia.
Ini adalah tema umum antara
Barat dan Rusia di seluruh dunia: Dengan perkembangan terakhir di timur
Ukraina, pengujian NATO, kesepakatan nuklir Iran, dan sekarang, pasukan darat
Rusia di Suriah, jelas bahwa Rusia memiliki strategi untuk mencapai tujuan
nasionalnya. Sedangkan Barat tidak.
Sampai ada kepemimpinan yang
nyata di Barat, tujuan yang jelas didefinisikan, dan strategi yang koheren dan
terpadu dikembangkan untuk mencapai tujuan tersebut, Rusia akan terus
bermanuver di sekitar Barat di tempat-tempat seperti Ukraina dan Suriah.
Berapa banyak darah Rusia dan
harta yang disediakan Putin untuk menopang Assad dan menjaga pangkalan angkatan
laut di Suriah masih harus dianalisa; tapi satu hal yang pasti: saat ini Rusia
memainkan permainan mematikan di Suriah.
Meskipun situasi di Suriah,
dalam banyak hal, berbeda dari Afghanistan pada akhir tahun 1970 dan ’80 -an,
ada beberapa persamaan mencolok antara tambahan eskalasi Soviet di Afghanistan
dan apa yang Rusia lakukan hari ini di Suriah. Sebelum orang-orang Rusia
menyadari apa yang sedang terjadi, “penasihat” akan cepat berubah menjadi
tentara, dan tentara akan cepat dikirim pulang dalam kantong mayat.
Dengan ekonomi Rusia yang
compang-camping, harga minyak turun, dan konflik yang belum berakhir di timur
Ukraina, apakah Putin benar-benar mampu menjalankan petualangan militer lainnya
di luar negeri?
Jawabannya adalah dia bisa,
tapi orang-orang Rusia yang miskin tidak bisa.
==============================================
Analisa oleh Lukas Coffey, seorang peneliti yang mengkhususkan diri dalam
bidang keamanan transatlantik dan Eurasia, think-tank yang berbasis di
Washington DC. Sebelumnya menjabat sebagai penasihat khusus untuk menteri
pertahanan Inggris dan perwira di Angkatan Darat Amerika Serikat.
Sumber : Al Jazeera
Sumber : Al Jazeera
Diterjemahkan oleh Middle EAST Update
[Opini] Ada apa dengan RUSIA
di SURIAH?
Posisi terjepit Basyar al-Assad semakin menjadi-jadi sejak awal tahun ini. Ibarat efek domino, kekalahan demi kekalahan terus menyusul dimulai dari kota Idlib hingga Jisr Syughur, Ariha sampai yang terakhir adalah bandara Abu Zhuhur, serta berbagai kerugian dalam pertempuran lainnya. Moral tempur bala pasukan Syi'ah Nushairiyah dan Rafidhah di wilayah utara terus-menerus jeblok, melawan sipil bersenjata bernama Mujahidin.
Akibatnya tentu saja sangat mengkhawatirkan bagi Assad, kampung halaman atau
kandang besar Syi'ah Nushairiyah, yaitu provinsi Lattakia terancam. Selain itu
kantong-kantong Syi'ah di Idlib yang masih tersisa pun terkepung.
Provinsi Lattakia bisa dibilang adalah jantung bagi rezim Assad,
karena itulah kota-kota agama Nushairy di Lattakia selama 4 tahun lebih
revolusi, sangat aman dari perang. Selain itu, provinsi ini adalah satu dari 2
provinsi yang berhadapan dengan laut disamping Tartus. Hanya secuil wilayah
Lattakia yang dikuasai oleh revolusi Ahlusunnah.
Lalu, perginya ratusan ribu
pengungsi yang yang tiba-tiba berjama'ah menyasar Eropa dalam beberapa bulan
belakangan menambah pertanyaan kita, ada apa ini?
Mungkin karena janji pemberian slot suaka bagi pengungsi oleh negara-negara Uni
Eropa, dimana sudah seharusnya ada sejak dulu karena mereka memang
menandatangani konvensi tentang pengungsi.
Namun mengapa gelombang pengungsi itu tiba-tiba besar, padahal selama 4 tahun
ke belakang lebih banyak ke negeri tetangga seperti Turki, Lebanon dan
Yordania?
Ada pula fenomena menarik, beberapa foto (yang tidak dapat kami gunakan untuk
generalisir), menyebutkan bahwa diantara pengungsi itu banyak orang-orang
Syi'ah atau Syabihah yang pro rezim Assad.
Kita simpulkan bahwa dari ini semua memang ada apa-apanya. Bahwa dari sudut
pandang rezim Nushairy, adalah nyaris mustahil untuk bisa memenangkan perang
ini, sehingga nantinya dapat menormalisasi Suriah sesuai roadmap mereka,
sangat mustahil karena kekuatan asli rezim sudah melemah.
Indikasi ini makin menguat ketika 'preman internasional', Vladimir Putin, meski
dengan gaya superior tapi malah menyodorkan solusi jika Assad mau mengajak
oposisi 'sehat' untuk berbagi kekuasaan guna menghadapi kelompok "radikal".
Selain itu, Putin juga seperti memelas kepada barat agar melakukan 'koalisi'
kepentingan bersama dengan alasan untuk menangkal "terorisme" dan
"radikalisme". Tentu saja yang dimaksud Rusia "terorisme"
dan "radikalisme" ini adalah para Mujahidin, sesuai definisi Assad.
Uniknya lagi-lagi gerombolan Khawarij I**S menjadi alasan (mungkin ini alasan
mereka dimainkan?), Rusia pun menggunakan propaganda akan ancaman I**S untuk
membenarkan manuvernya di Suriah di hadapan internasional. Yap... Rusia kini
sudah ikut terjun secara resmi untuk memperkuat posisi rezim di Lattakia.
Wilayah yang insya Allah malah bebas dari takfiri Khawarij, karena sejak awal
2014 sudah diusir oleh masyarakat Ahlusunnah.
Kedustaan kelas teri untuk negara sekelas Rusia, menaruh kekuatan dan berbagai
alutsista di lokasi dimana I**S malah tidak ada di sana. Yah wajar, sebab
tujuan aslinya adalah mengamankan jantung rezim dari kemajuan revolusi, yaitu
provinsi Lattakia.
Hmmm.. Kira-kira apa alasan Rusia mati-matian membela penjahat perang seperti
Assad? Baik dari segi militer maupun politik seperti selama ini.
Ada 2 kemungkinan:
1. Utang Assad kepada Rusia sangat besar, artinya Rusia sudah terlanjur basah.
Maka jatuhnya rezim Assad, otomatis tekor kuadrat bagi Rusia. Sehingga sebisa mungkin
pertahankan rezim ini, atau kalaupun diganti maka harus tetap pro Rusia di masa
depan.
2. Suriah adalah sekutu Rusia, secara geopolitik perairan Suriah menjadi
pangkalan untuk kapal-kapal Rusia, utamanya dalam perimbangan di kawasan laut
Mediterania dengan NATO. Jika rezim Suriah berganti, baik misal ke tangan
kelompok Islamis maupun sekuler (pro barat), ini tetap sama-sama merugikan bagi
Rusia. Telebih sebelumnya sekutu tradisional mereka, Ukraina, kini sudah
merapat ke barat.
Jadi mungkinkah Rusia akan melakukan intervervensi besar-besaran untuk
mengamankan seluruh Suriah kembali ke pangkuan rezim?
Ini tidak sulit dilakukan oleh Rusia, justru yang sulit adalah mengukur apakah
hasilnya akan sesuai keinginan mereka. Besarnya penolakan di dalam negeri
Suriah sendiri dan juga negara tetangga pada Assad, menjadikan opsi invasi
terbuka dan masif oleh Rusia sama saja bunuh diri di tengah perekonomian mereka
yang ketar-ketir akibat sanksi barat dan juga perang harga minyak oleh Saudi.
Kami melihat, opsi rasional bagi Rusia adalah bantu mempertahankan benteng
terakhir bagi Assad dan Syi'ah Nushairiyah di pinggir laut, yaitu Tarsus dan
Lattakia. Dan membuat moral pasukan rezim beserta milisi Syi'ah Iran,
Hizbulatta, Hazara dan Irak kembali terangkat, dan seluas-luasnya meraih lagi
kemenangan.
Pun kalau-kalau nanti rezim benar-benar tumbang di satu sisi, secara de facto
Nushairiyah masih memiliki kandang, sehingga mungkin saja dapat menjadi negara
sendiri yang tetap pro Rusia. Tetapi itu masih jauh, dan segala kemungkinan
bisa berubah seiring perkembangan. (Risalah)
http://www.pkspiyungan.org/2015/09/opini-ada-apa-dengan-rusia-di-suriah.html
http://www.pkspiyungan.org/2015/09/opini-ada-apa-dengan-rusia-di-suriah.html
Inilah Alasan Sebenarnya
Kenapa Rusia Turun Tangan Di Suriah
Surat kabar kenamaan asal
Inggris “The Guardian” mengungkapkan bahwa menjaga keberadaan pangkalan laut
Rusia di pelabuhan Tartus adalah motif utama Rusia ikut serta dalam membantu
rezim Bashar Al Assad di Suriah.
Dalam pemberitaannya pada
hari Jum’at (18/09) kemarin, The Guardian menyatakan, “Yang berkembang saat ini
adalah Rusia ingin memanjemen jalannya pertempuran di Suriah. Ini terbukti dari
pergerakan konvoi pasukan Rusia yang telah bergerak sejak hari Rabu (16/09)
kemarin.”
Menurut The Guardian,
kemunduran rezim pemerintah beserta milisi Syiah Iran dan Hizbullah dari
berbagai kota di Suriah sejak awal tahun 2015 menjadi sebab utama Rusia kini
bergerak sendiri untuk mempertahankan wilayah Dataran Tinggi Golan hingga
Latikia, dimana pangkalan laut satu-satunya milik Rusia di luar negeri berada .
Tercatat Rusia telah
menjadikan pelabuhan Tartus di Suriah sebagai pangkalan laut mereka di luar
negeri sejak 50 tahun yang lalu. (Dostor/Ram)
http://www.eramuslim.com/berita/inilah-alasan-sebenarnya-kenapa-rusia-turun-tangan-di-suriah.htm#.Vf0r59-qqko
http://www.eramuslim.com/berita/inilah-alasan-sebenarnya-kenapa-rusia-turun-tangan-di-suriah.htm#.Vf0r59-qqko
Seribu Marinir Iran Bergabung
Dengan Pasukan Rusia Perangi Ahlusunnah Suriah
Setidaknya 1.000 marinir Iran
dilaporkan telah mencapai Suriah dan bergabung dengan pasukan Rusia untuk
melawan mujahidin Suriah, sebuah situs intelijen militer yang berbasis di
Yerusalem melaporkan.
DEBKAfile melaporkan pada
Jumat bahwa pasukan elit Garda Revolusi Iran (IRGC) tiba di fasilitas udara
militer di Ghorin, terletak di sebelah selatan Latakia, kota pelabuhan Suriah,
lapor International Business Times dikutip Middle East Update.
Setelah dilarang oleh AS dan
NATO dan anggota lainnya untuk menggunakan wilayah udara mereka, Rusia
dilaporkan menemukan jalan memutar melalui Iran untuk mengirimkan senjata ke
Suriah menuju Pangkalan Udara Mezze di Damaskus.
Pesawat Rusia tampaknya
mengambil rute udara di atas Laut Kaspia yang melalui Iran utara dan Irak untuk
mendarat di Suriah di Jablah, di mana dalam beberapa hari mendatang,
diperkirakan Rusia akan mengirimkan bala bantuan militer dalam jumlah besar
untuk “menyelamatkan penguasa rezim Suriah Bashar Assad, “laporan militer
Israel mencatat.
Para prajurit Iran yang baru
saja tiba akan bergabung dengan pasukan Rusia di Jablah, basis militer yang
dibangun oleh Rusia di luar Latakia.
Iran telah menyatakan bahwa
marinir mereka yang berada di Suriah bertujuan untuk membantu Hizbullat di
Zabadani. Laporan media Israel mengutip sumber-sumber di lapangan mengatakan
bahwa tujuan utama Iran adalah untuk memperkuat basisnya di Ghorin, dengan
dukungan Rusia.
Rusia Memperkuat basisnya di
Jablah.
Rusia, dalam beberapa hari
terakhir, telah mempercepat upaya untuk memperkuat basisnya di Jablah. Sebagai
bagian dari bantuan militer ke rezim Suriah, Rusia akan menyebarkan sistem
rudal pertahanan udara canggih S-300, di mana unit pejuang dari Brigade Angakatan
Laut Rusia 810 dan 336 akan ditempatkan.
Sebuah pesawat tempur MiG-31
Rusia juga telah disiagakan di pangkalan udara Mezza di bandara Damaskus untuk
memberikan dukungan udara gabungan pasukan Rusia-Iran.
Sebuah kapal selam nuklir
Rusia, Dmitri Donskoy TK-20, juga mendarat di Suriah sebagai bagian dari upaya
untuk menghentikan mujahidin Suriah merebut wilayah di Suriah utara.