20 September 2015 Share
oleh
Abu Hamzah penulis Buku “Al-Qur`an dan Ahlul-Bait”
KH Said Aqil Siraj menerbitkan buku berjudul Tasawuf sebagai Kritik Sosial Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi.
Ada apa dengan buku ini?
Di buku ini KH Said Aqil membela Syiah dan mencatut Imam Syafi’I sebagai simpatisan Syiah!!
Pada halaman 84 Said Aqil menulis: “…. secara historis, kelahiran Sunni dan Syiah merupakan sunnatullah yang harus disyukuri sebagai khazanah pemikiran umat Islam. Kelahirannya tidak terlepas dari persoalan politik yang membelah umat Islam dalam perang saudara. Perbedaan antara kedua paham ini jelas ada, bahkan jelas berbeda. Syiah merupakan gerakan politik, sedangkan Sunni hanya kultural. Oleh karena itu, tidak mustahil keduanya bertemu dalam satu wadah…..”
Selanjutnya Said Aqil menulis: “…Imam Syafi’i (w. 204) misalnya, meskipun Sunni secara politis, tapi merupakan simpatisan Syiah.”
Komentar singkat kami:
1.Ahlussunnah tidak lahir seperti Syiah, sebab Ahlussunnah adalah penerus Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- sesuai dengan al-Qur`an dan ajaran Rasulullah -Shalallahu alaihi wa salam- yang diwariskan kepada umat dengan sanad. Berbeda dengan syiah yang lahir setelah kemudian, bersifat bid’ah, sesat, memusuhi Ahlulbait dan para sahabat Nabi -Shalallahu alaihi wa salam-, dan segala ajarannya tanpa sanad kepada Nabi -Shalallahu alaihi wa salam-.
Syiah sebagai pikiran dan akidah tidak lahir begitu saja melainkan melalui beberapa fase, akan tetapi inti akidah syiah muncul melalui kelompok Sabaiyyah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-Yahudi. Berdasarkan kitab2 syiah bahwa Ibn Saba` adalah orang pertama yang mengatakan Ali adalah al-Washiyy (penerima wasiat Rasulullah -Shalallahu alaihi wa salam-) untuk menggantikannya menjadi khalifah setelah wafatnya. Inilah dasar tasyayyu’ “al-Nash ‘ala al-Imamah”.
2.Ajakan mensyukuri adanya Syiah adalah ajakan batil. Sebab Allah -Subhanahu wa ta’ala- tidak ridha kekufuran bagi hamba-Nya, sementara akidah syiah seperti dalam kitab-kitab mereka dan ucapan para tokoh mereka adalah kufur.
Allah berfirman:
وَلا يَرْضى لِعِبادِهِ الْكُفْرَ
(QS. Al-Zumar: 7)
Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- bersabda:
فَمَنْ أَحْدَثَ حَدَثًا أَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ عَدْلٌ وَلاَ صَرْفٌ
Barang siapa melakukan satu perbuatan (menyalahi al-Qur`an dan al-Sunnah) atau memberi tempat (perlindungan) kepada pelaku kejahatan tersebut maka dia dilaknat oleh Allah, para Malaikat dan seluruh manusia. Tidak diterima ibadah wajibnya dan ibadah sunnahnya” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud) hadits Ini disebutkan oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jilani (561 H) dalam kitab al-Ghunyah dan beliau menafsiri “adl” adalah ibadah Fardhu dan “sharf” adalah ibadah sunnah. Kata al-Hafiszh Ibn Hajar ini adalah madzhab Jumhur ulama. (lihat, Abdul Qadir al-Jilani, al-I’tiqad Fi al-Shahabah wa Bayan Firaq al-Syiah wa musyabahatuhum lil al-Yahud, hal. 56)
Syaikh Abdul Qadir al-Jilani berkata: Imam Sya’bi (160 H) berkata:
محنةالرافضة محنة اليهود
“fitnah (keburukan/kejahatan) syiah rafidhah itu seperti fitnah yahudi” (Abdul Qadir Jilani, 87)
Lalu Syaikh Abdul Qadir al-Jilani menyebutkan 11 keyakinan dan perbuatan Syiah yang seperti yahudi, maka apakah layak seorang yang dianggap mengerti agama menganggap yahudi dan syiah rafidhah sebagai nikmat?!
Silakan misalnya bica link-link berikut.
(dan masih banyak lagi, silakan lihat di gensyiah.com)
Apakah ini nikmat yang harus ita syukuri? Na’udzu billah!
3.Ucapan KH Said Aqil: “Syiah merupakan gerakan politik, sedangkan Sunni hanya kultural. Oleh karena itu, tidak mustahil keduanya bertemu dalam satu wadah…..” ini adalah ajakan untuk menerima Syiah. Jika dia menjadi propagandis taqrib baina sunnah wa syuah, maka dia sangat terlambat dan tidak melihat sejarah, tidak belajar dari orang lain yang sudah sadar dari tipuan syiah. Baca misalnya:
silakan bandingkan ucapan SAS di atas” dengan kejahatan syiah di Iran, Irak, Suria, Yaman, Bahrain”. Betapa jahatnya mereka kepada umat Islam.
Perhatikan shalatnya sunni dan shalatnya syiah!! Mungkinkah satu di dunia dan di akhirat?
Ucapan Kyai ini sangat membahayakan umat Islam yang awam khususnya warga Nahdhiyyin yang memandang Kyai ini adalah pimpinannay. Apalagi Kayai juga mengatakan bahwa perbedaan Sunnah Syiah hanyalah furu’iyyah, semuanya Islam, dan prinsipnya “ikhtilafu ummati rahmah” (perbedaan pendapat di antara umatku adalah rahmat…”
Masyarakat diracuni syubhat, sehingga semakin tidak bisa membedakan mana khilaf furu’iyyah ma iftiraq dalam aqidah. (perlu merujuk kepada Sepuluh Kriteria Aliran Sesat yang ditetapkan MUI (tahun 2007)
4.Mencatut nama Imam Syafi’I sebagai simpatisan syiah adalah kebatilan untuk memasarkan kebatilan Syiah.
Untuk membuktikan kebatilan ucapan KH Said aqil silakan baca sampai tuntas sikap imam Syafi’I rahimahullah terhadap syiah:
1.Tentang kesaksian orang Syiah Rafidhah
1.Imam Harmalah berkata: saya mendengar Imam Syafi’I berkata:
: لَمْ أَرَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ الأَهْوَاءِ، أَشْهَدَ بِالزُّورِ مِنَ الرَّافِضَةِ1.
“Saya tidak pernah melihat seorang dari ahli bid’ah yang paling berani bersaksi palsu selain dari pada kelompok Rafidhah.”
2.Imam al-Rabi’ bin Sulaiman berkata: saya mendengar Al-Syafi’I berkata:
مَا رَأَيْتُ فِي الْأَهْوَاءِ قَوْمًا أَشْهَدَ بِالزُّورِ مِنَ الرَّافِضَةِ.
“saya tidak pernah melihat dalam kelompok pengikut hawa nafsu satu kaum yang paling berani bersaksi palsu selain dari pada Rafidhah.2”
3.Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’I berkata:
: وَتُقْبَلُ شَهَادَةُ أَهْلِ الْأَهْوَاءِ إِلَّا الْخَطَّابِيَّةَ مِنَ الرَّافِضَةِ , لِأَنَّهُمْ يَرَوْنَ الشَّهَادَةَ بِالزُّورِ لِمُوَافِقِيهِمْ.
“kesaksian ahli bid’ah ditulis kecuali golongan Khaththabiyyah dari Rafidhah, karena mereka membolehkan kesaksian palsu untuk yang cocok dengan mereka.3”
4.Imam Yunus bin Abdil A’la berkata: Saya mendengar Syafi’I berkata:
“:أُجِيزُ شَهَادَةَ أَهْلِ الْأَهْوَاءِ كُلِّهِمْ إِلَّا الرَّافِضَةَ , فَإِنَّهُ يَشْهَدُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ.”4
“Saya membolehkan kesaksian ahli bid’ah semuanya kecuali rafidhah, karena mereka saling bersaksi untuk golongannya.”
2.Tentang shalat di belakang orang syiah
Imam Buwaithi bertanya kepada Imam Syafi’i: apakah saya boleh shalat di belakang seorang rafidhah? Maka beliau menjawab:
لاَ تُصَلِّ خَلْفَ الرَّافِضِيِّ، وَلاَ القَدَرِيِّ، وَلاَ المُرْجِئِ.
Kamu jangan shalat makmum kepada syiah rafidhah, jangan pula kepada qadariyyah dan jangan pula kepada murji`ah.” Saya bertanya: tolong terangkan mereka kepada kami. Maka beliau menjawab:
وَمَنْ قَالَ: إِنَّ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ لَيْسَا بِإِمَامَيْنِ، فَهُوَ رَافِضِيٌّ، وَمَنْ جَعَلَ المَشِيئَةَ إِلَى نَفْسِهِ، فَهُوَ قَدَرِيٌّ.
“barang siapa mengatakan iman itu ucapan maka dia seorang Murji`ah, barang siapa berkata Abu Bakar dan Umar bukanlah imam maka dia seorang syiah Rafidhah, dan barang siapa menjadikan kehendak kembali kepada dirinya sendiri maka dia seorang qadariyyah.”5
3.Tentang kelompok syiah Rafidhah, mereka adalah gerombolan yang paling jahat.
مَنْ قَالَ إِنَّ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ لَيْسَا بِإِمَامَيْنِ، فَهُوَ رَافِضِيٌّ.
1.Imam Buwathi berkata: Syafi’I berkata: “Barang siapa mengatakan Abu Bakar dan Umar bukan imam maka dia seorang Rafidhah.6”
2.Al-Za’farani berkata: Syafi’I berkata:
Jika seorang Rafidhah ikut perang dan mereka mendapat ghanimah maka orang rafidhah ini tidak diberi bagian apapun karena Allah menyebutkan ayat al-fay` kemudian berfirman di dalamnya:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Maka barang siapa tidak meengucapkan ini maka tidak berhak mendapatkannya.”7
3.Muhammad bin Abdul Hakam berkata: saya mendengar Syafi’I berkata:
مَا أَرَى النَّاسَ ابْتُلُوا بِشَتْمِ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا لِيَزِيدَهُمُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِذَلِكَ ثَوَابًا عِنْدَ انْقِطَاعِ عَمَلِهِمْ
“Saya tidak melihat manusia diuji dengan mencela para sahabat Rasulullah i kecuali agar Allah menambahkan kepada mereka (para sahabat itu) pahala karena itu di saat amal mereka telah terptus.”8
4.Al-Rabi’ bin Sulaiman al-Muradi berkata: Muhammad bin Idris al-Syafi’I berkata kepada saya:
«مَا سَاقَ اللَّهُ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَتَقَوَّلُونَ فِي عَلِيٍّ وَفِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَغَيْرِهِمْ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا لِيُجْرِيَ اللَّهُ لَهُمُ الْحَسَنَاتِ وَهُمْ أَمْوَاتٌ»
Allah tidak mengirim mereka yang suka berbicara (mencela) tentang Ali, Abu Bakar, Umar, dan para sahabat Nabi i yang lain melainkan agar Allah mengalirkan kepada mereka (para sahabat itu) pahala pahala kebaikan, sementara mereka sudah meninggal.” 9
5.Yunus bin Abdil A’la berkata:
: سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ إِذَا ذُكِرَ الرَّافِضَةُ عَابَهُمْ أَشَدَّ الْعَيْبِ، فَيَقُولُ: شَرَّ عِصَابَةٍ
saya mendengar Syafi’I , apabila disebut Rafidhah maka beliau mencela mereka dengan sangat keras, lalu berkata: seburuk-buruk gerombolan.”10
6.Ahmad bin Khalid al-Khallal berkata: saya mendengar Syafi’I berkata:
مَا كَلَّمْتُ رَجُلا فِي بِدْعَةٍ، إِلا رَجُلا كَانَ يَتَشَيَّعُ.
“Saya tidak pernah bicara kepada seseorang tentang bid’ah kecuali seseorang yang dia bertasyayyu`.” 11
7.Harmalahbin Yahya berkata: Syafi’I berkata:
مَا كَلَّمْتُ رَجُلا فِي بِدْعَةٍ، إِلا رَجُلا مُتَشَيِّعًا، إِنَّ التَّشَيُّعَ أَضَلُّ الْبِدَعِ وَأَرْدَاهَا وَهُوَ الرَّفْضُ
Aku tidak pernah bicara kepada seseorang tentang satu bid’ah kecuali seorang yang bertsyayyu’. Sesungguhnya tasyayu’ itu bid’ah yang paling sesat dan paling binasa, yaitu rafdh (menolak Abu Bakar dan Umar sebagai imam)12
4.Tentang ijma’ sahabat atas khilafah dan keutamaan Abu Bakar al-Shiddiq yang mengalahkan seluruh sahabat nabi -Shalallahu alaihi wa salam-.
1.Imam Syafi’I berkata:
خِلَافَةُ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَقٌّ، قَضَاهَا اللَّهُ فِي سَمَائِهِ وَجَمَعَ عَلَيْهَا قُلُوبَ أَصْحَابِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Khilafah Abu Bakar al-Shiddiq adalah haq, diputuskan oleh Allah di langit-Nya, dan Dia menyatukan hati para sahabat Nabi i atasnya.”13
2.Al-Husain bin Ali Zaenal Abdin t berkata: saya mendengar Syafi’I berkata:
: اضْطُرَّ النَّاسُ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ، فَلَمْ يَجِدُوا تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ خَيْرًا مِنْ أَبِي بَكْرٍ مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ اسْتَعْمَلُوهُ عَلَى رِقَابِ النَّاسِ
Manusia terpaksa setelah Nabi i berkumpul kepada Abu bakar al-Shiddiq t, mereka tidak mendapatkan di kolong langit ini orang yang lebih baik dari Abu Bakar. Oleh karena itu mereka mengangkatnya untuk memimpin manusia.”14
dan masih banyak lagi riwayat dari imam Syafi’I yang diceritakan oleh al-Za’farani, al-Rabi’, Abu Tsaur dan lainnya, bahwa telah berijma’ para sahabat atas keutamaan Abu Bakar t di atas para sahabat dank arena mereka mengangkatnya menjadi Khalifatu Rasulillah i.
Mengapa ini semua tidak diterangkan oleh KH SAID AQIL SIRAJ? Mengapa disembunyikan? Mengapa begitu tega menyebut imam Syafi’I simpatisan syiah Rafidhah?
Apa untungnya bagi dirinya? Bagi NU? Bagi Umat Islam Indonesia?
Mengapa malah “mengajak” masyarakat Indonesia untuk menerima syiah?
Sebagai tambahan informasi:
Menyikapi buku KH Said Aqil tersebut NU Garis Lurus menulis diantaranya sbb:
Dari tulisan Said Aqil dalam buku tersebut akhirnya para kiai NU berkesimpulan bahwa keyakinan Said Aqil berbeda dengan ajaran Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari yang menghukumi Syi’ah sesat. Artinya, kalau Said Aqil berkeyakinan bahwa antara Sunni dan Syi’ah hanyalah perbedaan furuiyyah (cabang), maka Kiai Hasyim Asy’ari menganggap perbedaan antara Sunni dan Syiah adalah perbedaan ushuliyyah (pokok) sehingga pendiri Pesantren Tebuireng itu menghukumi Syi’ah sesat.
Kabarnya, sebelum Muktamar NU ke-33 digelar, PCNU Nganjuk secara resmi mengirimkan surat permohonan kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Dalam surat bertanggal 6 Juni 2015 nomor 030/PC/A.I/L.22 VI/2015 itu PCNU Nganjuk minta dua hal terkait buku karangan Said Aqil tersebut.
Pertama, mengusulkan kepada pengarang buku yaitu Prof Dr KH Said Aqil Siraj untuk melakukan revisi terhadap isi buku yang dianggap menyimpang tersebut.
Kedua, meminta PBNU untuk memfasilitasi pertemuan ulama dan pengarang buku untuk mengadakan dialog dan tukar pemikiran sebagai upaya tabayun dan pelurusan pemikiran. Namun surat permohonan itu tak direspon oleh PBNU saat itu. [BangsaOnline/NUgl]
Demikian. Semoga tulisan saya ini ada manfaatnya, ikut andil menyelamatkan Ahlussunnah wal jama’ah dari syubhat-syubhat yang membela kesesatan Syiah! Aamiin.
Malang, Ahad 6 Dzulhijjah 1436 H/ 20 September 2015 M..