Wednesday, September 30, 2015

Oposisi Koalisi Suriah pada Sidang PBB: 95% Orang yang Dibunuh Rezim Assad adalah Warga Sipil

Oposisi Koalisi Suriah pada Sidang PBB: 95% Orang yang Dibunuh Rezim Assad adalah Warga Sipil
Oleh JurniscomRabu, 30 September 2015 07:51 WIB
NEW YORK (Jurnalislam.com) - Kepala oposisi utama Koalisi Suriah berangkat menuju PBB pada hari Senin (28/09/2015) untuk mendesak masyarakat internasional mencegah negara yang dilanda perang itu berubah menjadi seperti "Rwanda", lansir World Bulletin.
"Apa yang terjadi di Suriah adalah pemusnahan," kata Khaled Khoja dalam konferensi pers, mengacu pada bom barel yang dijatuhkan oleh rezim Suriah.
"Dua pertiga kematian warga sipil disebabkan oleh pemboman udara rezim Assad dan 95 persen dari semua orang yang dibunuh oleh serangan udara rezim Assad adalah warga sipil," katanya.
"Assad tidak boleh melakukan cara ini. Masih ada waktu untuk menghindari terciptanya Rwanda yang lain," kata Khoja, berbicara di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York.
Dia mengatakan langkah pertama adalah untuk memberlakukan zona larangan terbang di Suriah untuk melindungi warga sipil dari serangan udara rezim Assad.
Pihak oposisi telah menuntut zona larangan terbang sejak perlawanan terhadap Assad berubah menjadi perang global, tetapi tidak pernah dibahas secara serius oleh Dewan Keamanan PBB, yang penuh dengan perselisihan atas apa yang harus dilakukan di Suriah.
Kehadiran Rusia di Suriah tidak menawarkan solusi politik, Koalisi Nasional Suriah menambahkan.
"Rusia tidak pernah menjadi mediator, sebaliknya mereka menjadi mitra dengan rezim Bashar al-Assad. Kehadiran militer Rusia memimpin situasi di Suriah menjadi jauh lebih rumit dan meningkatkan tekanan, kematian dan kehancuran," oposisi mengeluarkan pernyataan yang dibacakan.
Turki, yang telah membuka pintu bagi dua juta pengungsi Suriah, telah berulang kali menyerukan zona penyangga didukung oleh zona larangan terbang untuk Suriah utara.
"Untuk jutaan orang Suriah tindakan Turki itu mewakili harapan," kata Khoja. "Masyarakat internasional harus mendengarkan."
Kelompok hak asasi manusia mengatakan bom barel adalah salah satu pembunuh kejam  terbesar, sangat mematikan dan tanpa pandang bulu dalam perang yang berlangsung selama empat tahun tersebut.
Sementara di hari yang sama dimana pembicaraan berlangsung, sembilan orang, termasuk perempuan dan anak-anak tewas, ketika pasukan rezim menyerang di provinsi Deir ez-Zor Suriah, menurut sumber-sumber rumah sakit.
Perang di Suriah telah menewaskan lebih dari 240.000 jiwa.