NEW YORK (Jurnalislam.com) -
Kepala oposisi utama Koalisi Suriah berangkat menuju PBB pada hari Senin
(28/09/2015) untuk mendesak masyarakat internasional mencegah negara yang
dilanda perang itu berubah menjadi seperti "Rwanda", lansir World
Bulletin.
"Apa yang terjadi di
Suriah adalah pemusnahan," kata Khaled Khoja dalam konferensi pers,
mengacu pada bom barel yang dijatuhkan oleh rezim Suriah.
"Dua pertiga kematian
warga sipil disebabkan oleh pemboman udara rezim Assad dan 95 persen dari semua
orang yang dibunuh oleh serangan udara rezim Assad adalah warga sipil,"
katanya.
"Assad tidak boleh
melakukan cara ini. Masih ada waktu untuk menghindari terciptanya Rwanda yang
lain," kata Khoja, berbicara di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New
York.
Dia mengatakan langkah
pertama adalah untuk memberlakukan zona larangan terbang di Suriah untuk
melindungi warga sipil dari serangan udara rezim Assad.
Pihak oposisi telah menuntut
zona larangan terbang sejak perlawanan terhadap Assad berubah menjadi perang
global, tetapi tidak pernah dibahas secara serius oleh Dewan Keamanan PBB, yang
penuh dengan perselisihan atas apa yang harus dilakukan di Suriah.
Kehadiran Rusia di Suriah
tidak menawarkan solusi politik, Koalisi Nasional Suriah menambahkan.
"Rusia tidak pernah
menjadi mediator, sebaliknya mereka menjadi mitra dengan rezim Bashar al-Assad.
Kehadiran militer Rusia memimpin situasi di Suriah menjadi jauh lebih rumit dan
meningkatkan tekanan, kematian dan kehancuran," oposisi mengeluarkan
pernyataan yang dibacakan.
Turki, yang telah membuka
pintu bagi dua juta pengungsi Suriah, telah berulang kali menyerukan zona
penyangga didukung oleh zona larangan terbang untuk Suriah utara.
"Untuk jutaan orang
Suriah tindakan Turki itu mewakili harapan," kata Khoja. "Masyarakat
internasional harus mendengarkan."
Kelompok hak asasi manusia
mengatakan bom barel adalah salah satu pembunuh kejam terbesar, sangat
mematikan dan tanpa pandang bulu dalam perang yang berlangsung selama empat
tahun tersebut.
Sementara di hari yang sama
dimana pembicaraan berlangsung, sembilan orang, termasuk perempuan dan
anak-anak tewas, ketika pasukan rezim menyerang di provinsi Deir ez-Zor Suriah,
menurut sumber-sumber rumah sakit.
Perang di Suriah telah menewaskan
lebih dari 240.000 jiwa.