Kamis, 1 Muharram 1437 H / 15 Oktober 2015
Sungguh ironi. Muslim
Indonesia tanpa sebutir pelurupun sudah bertekuk lutut dibawah telapak kaki
Yahudi.
Tak ada invasi militer di
Indonesia oleh Zionis. Tak ada pemboman udara terhadap kota-kota di Indonesia
oleh rezim Zionis. Tak ada bunyi tembakan atau gemuruhnya rudal dari pesawat
tempur diatas langit Indonesia.
Kenyataannya pemuda atau
genarasi muda Muslim, sudah berada dalam penjajahan dan telapak kaki Zionis
atau Yahudi. Budaya hidup hedonis sudah merasuki ruh dan raga mereka.
Hidup dengan gaya sekuler, dan permisif, tak mau lagi terikat dengan aturan
agamanya al-Islam, masuk ke sungsum-sungsum.
Kehidupan mereka menjadi
sangat 'hina', karena agama mereka sudah luruh, lumer, dan tak berbekas. Tak
ada sedikitpun 'atsar' bekasnya, tentang agama mereka dalam
kehidupan sehari-hari.
Malam Minggu, di Bandung,
seperti penulis saksikan, ratusan anak-anak muda Muslim, perempuannya
menggunakan kerudung (jilbab), tapi mereka dengan sangat bangga, menikmati
'weekend' atau 'long week end', mereka jalan-jalan sambil bergandengan tangan,
berpelukan, dan duduk di kursi-kursi yang disediakan oleh Pemda, sambil
bercengkarama. Tempat-tempat hiburan penuh sesak. Mereka sangat menikmatinya.
Mereka bukan lah pasangan
yang sudah diikat oleh ikatan pernikahan. Tapi, mereka menikmati kehidupan
malam, sambil bergandengan tangan atau berpelukan, dan terkadang ada yang
melayangkan 'kecupan' atau 'ciuman' dipipi pasangannya. Mereka tak mengerti itu
haram.
Setiap akhir pekan “weekend',
ribuan orang Jakarta melakukan 'weekend' ke Bandung. Seluruh kota Bandung macet
total. Orang Jakarta tumplek blek ke Bandung. Mereka menikmati akhir pekan
alias 'week end', malam minggu di kota Bandung.
Makan, bercanda,
bercengkarama, dan berakhir di hotel-hotel, di sepanjang Dago, sampai Lembang.
Sungguh sangat luar biasa. Hidup mereka persis seperti digambarkann oleh
al-Qur'an, hanya untuk :
“Bersenang-senang dan mereka
makannya, mirip binatang ternak", (al-Qur'an : 47 : 12).
Kalau pagi hari, bangun
langsung mereka pergi ke mall, toko, dan tempat belanja, membeli pakaian,
sepatu, tas, dan sejumlah aksesoris lainnya, sebagai pemantas kehidupan mereka.
Pantas kalau dulu kota Bandung dijuluki “Paris van Java”, kini hanya menjadi
seperti tempat “kebun binatang”, makan, minum, bercengkarama,dan dilanjutkan
dengan : sek bebas.
Di Jakarta, di saat menjelang
“weekend', lebih aneh lagi, laki perempuan berombong-rombongan, mereka berspeda
motor, pergi ke daerah Puncak, Bogor. Semalam suntuk. Bermalam. Mereka pasangan
mukrim? Belum tentu.
Nampaknya budaya sek bebas
sudah menjadi gejala umum. Bukan lagi sesuatu yang tabu. Maka, bukan hal yang
sensasioanal, kalau sekarang ini ada bisnis seks, melalui media sosial, di
antara pelakunya ada artis.
Begitulah negeri yang bobrok
ini. Kondisi atau fenomena anak-anak muda Muslim dan Muslimah, bukan
hanya di Bandung dan Jakarta, tapi juga di kota-kota lainnya di
Indonesia. Mereka sudah luruh dalam budaya sekuler. Tanpa terasa mereka sudah
meninggalkan agama (murtad). Mereka tidak lagi 'baro' (menolak) terhadap segala
kemungkaran, kejahiliyahan, dan mereka menikkmati hidup yang sesat.
Maka, tanpa ada serangan
udara Zionis, sudah hancur, tak berbekas. Mereka ujudnya manusia, tapi mereka
sudah tidak tak berharga dan hina. Sungguh. Karena kehidupan mereka tak
memberikan manfaat apapun bagi kehidupan. Kecuali hanya bersenang-senang,
makan dan sek. Tidak ada nampak suasana krisis ekonomi di wajah-wajah
mereka, saat "week end", terutama di kota besar.
Di Depok, di Mall Margocity,
sebagian besar pengunjungnya perempuan berkerudung. Naifnya, di sebuah sudut
mall itu, di lantai dua, terdapat tempat “Nyanyi Bersama”, suatu kali nampak
rombongan Muslimah muda berkerudung, masuk ke tempat “Nyanyi Bersama” milik
penyanyi Dangdut, Inul Daratista, yang dikenal dengan 'goyang ngebor', Mungkin
ditempat-tempat lainnya juga sama.
Lihat acara-acara di telivisi
yang penuh dengan suasana yang sangat 'absurd', terutama kalau ada 'concert'
musik, atau nyanyi di telivisi dan acara lainnya, banyak anak muda
Muslimah, yang ikut bersama-sama dengan pakaian keruduung (jilbab), tapi talbis
dalam kehidupan yang mungkar. Tidak ada lagi di dalam dirinya 'furqan'
(pembeda) antara Mukmin dan kafir. Na'udzubilah.
Berbahagialah wahai Zionis,
kau tanpa mengeluarkan sebutir peluruh pun, dapat menaklukan Muslim Indonesia.
Kebebasan telah membawa bencana dan kehancuran total bagi Muslim Indonesia.
Mereka larut ke dalam budaya materialisme, ciptaan Zionnis. Inilah sebuah fakta
kehidupan yang tidak dapat dipungkiri oleh siapapun.
Berbahagialah Muslim dan
Muslimah Palestina, walaupun engkau menghadapi serbuan Zionis-Israel dengan
berbagai jenis senjata, dan tembakan rudal dari pesawat tempur, seluruh harta
benda, tempat tinggal, dan gedung, masjid semua luluh lantak, dan diembargo,
tapi engkau masih tetap hidup, dan terus melawan Zionis-Israel.
Engkau tidak peduli dengan
kamatian yang bakal terjadi. Engkau tetap memegangi al-Qur'an dengan teguh dan
erat, tak pernah engkau lepaskan. Engkau berikan segala yang engkau miliki bagi
al-Aqsha. Berbahagialah saudaraku. Kelak engkau di akhirat.
(mashadi/voa-islam.com)