Hampir 600 orang tewas dalam serangan udara Rusia di Suriah dalam
sebulan kampanye Moskow, ujar Pemantau Suriah SOHR.
Wakil komandan pasukan penerbangan pesawat
tempur jarak jauh Rusia, Jenderal Anatoly Konovalov mengungkapkan, total sekira
145 serangan mendadak dilakukan, 1.500 bom dijatuhkan dan sedikitnya 20 rudal
jelajah diluncurkan untuk menggempur markas IS di Suriah sejak pertengahan
November 2015.
Menurutnya, serangan bertubi-tubi yang diluncurkan
pasukannya ini merupakan pencapaian yang luar biasa. Apalagi kerja keras para
awak pesawat bomber strategisnya.
“Mereka menerbangkan Tu-22 (Blinder) dan Tu-160
(Blackjack) dari lapangan udara Olenegorsk dan menghabiskan 16 jam di udara
untuk memenuhi misi tempur mereka di Suriah. Bayangkan bagaimana mereka harus
terbang di sekitar Eropa, memasuki Mediterania untuk meluncurkan rudal di
Suriah. Khususnya, kelompok militan ISIS yang menjadi target utama dihantam
dengan presisi tinggi,” ujar Konovalov, seperti dilansir dari Russia Today, Minggu
(20/12/2015).
Di tempat terpisah, Presiden Rusia Vladimir Putin
justru menyatakan sebaliknya. Menurut orang nomor satu di Negeri Beruang Merah
itu, militer Rusia belum mengeluarkan semua kemampuannya dalam kampanye
serangan udara anti-terorisme di Suriah.
“Kami melihat betapa efektifnya kinerja para pilot
dan petugas intelijen kami di Suriah, serta betapa efektifnya mereka
mengordinasikan upaya penyerangan terhadap sesama jajaran bahkan antar-cabang
militer yang berbeda (AU, AD, AL),” pujinya.
“Tapi itu belum kemampuan maksimal yang bisa kita
kerahkan,” tegas ayah dua orang putri ini.
Putin menambahkan, selama operasi, Rusia telah menggunakan
persenjataan mereka yang paling modern. Dan ia menekankan, semua itu ia lakukan
semata untuk menargetkan para teroris, bukan yang lainnya.
"Kami juga memiliki rencana tambahan. Itu
akan kami kerahkan, jika memang dibutuhkan,” ungkapnya.
Seperti diketahui, Rusia gencar memborbadir markas
IS di Suriah pasca-teror Paris dan setelah ISIS mengklaim bertanggung jawab
atas meledaknya pesawat Rusia A321 di Semenanjung Sinai, Mesir pada akhir
Oktober.
Sumber: @atjehcyber |
fb.com/atjehcyberID
http://www.atjehcyber.net/2015/12/jatuhkan-1500-bom-tewaskan-600-orang.html?m=1
http://www.atjehcyber.net/2015/12/jatuhkan-1500-bom-tewaskan-600-orang.html?m=1
“Rusia Siap Gunakan Cara
Lebih Sadis di Suriah”
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Ahad (20/12)
mengklaim tentaranya di Suriah belum menggunakan seluruh kemampuan mereka.
Dilansir Reuters, Putin
menyatakan siap menggunakan cara lebih sadis di Suriah. “Saya ingin menekankan
bahwa yang dilakukan selama ini di Suriah bukan kemampuan kami yang
sebenarnya,” kata Putin dalam pidatonya.
Sementara
itu, seorang aktivis kemanusiaan menemukan sebuah ranjau darat hijau yang
disebar pasukan Rusia untuk menargetan rakyat Suriah.
Pernyataan
Putin tersebut, sengaja dilontarkan untuk pembelaan terhadap kekalahan yang
diterima pasukan Moskow di Suriah, akibat pertempuran dengan mujahidin Suriah.
Rusia sejak 30 September menyatakan membantu Basyar
Asad dengan dalih memerangi kelompok militan. [tom]
Menlu Turki: Rusia Tewaskan
150 Anak dari 600 Korban Serangan di Suriah
MENTERI Luar
Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengutuk serangan udara Rusia di Suriah yang
dilakukan hari Ahad kemarin. Demikian dilansir olehWorld Bulletin.
Dalam sebuah pernyataan tertulis, Senin (21/12/2015)
Cavusoglu menyatakan bahwa sekitar 200 warga sipil tewas dan bangunan rusak
karena serangan Rusia tersebut.
“Rusia
menargetkan oposisi di Suriah sejak memasuki negara itu pada 30 September 2015.
Sementara itu, daerah pemukiman sipil menjadi sasaran juga,” kata pernyataan
itu.
Cavusoglu juga mengatakan Rusia telah meluncurkan
sekitar 4.000 serangan udara dan lebih dari 90 persen menyasar musuh-musuh
Presiden Bashar al-Assad.
“Korban tewas warga sipil akibat operasi Rusia
mencapai lebih 600. Orang. Kami ingin dunia tahu bahwa lebih dari 150 dari
jumlah yang tewas ini adalah anak-anak,” demikian Cavusoglu. []
Erdogan:
“Dalihnya Perangi ISIS, Nyatanya Bayi, Anak-anak, Wanita dan Orang Tua yang
Dibunuh”
Ahad, 8 Rabiul Awwal 1437 H / 20 Desember 2015 21:31
Presiden
Turki Recep Tayyip Erdogan menyamakan pertarungan yang sedang berlangsung di
Suriah untuk melawan Daesh (ISIS) dengan “pertunjukan teater”.
“Pertempuran di Suriah dengan dalih memerangi ISIS telah berubah
menjadi sebuah drama tragis seperti pertunjukan teater. Tak seorang pun bisa
membedakan antara yang baik dengan yang jahat,” kata Erdogan saat menghadiri
sebuah acara di Istanbul, Sabtu (19/12) seperti dikutip kantor berita Anadolu, Ahad (20/12).
Dengan dalih memerangi ISIS, ujar Erdogan, mereka berupaya untuk
mencari dan mencuri peran, tetapi kenyataannya justru rakyat Suriah yang
terdiri dari bayi, anak-anak, wanita dan para orang tua-lah yang dibantai,
termasuk rumah-rumah, sekolah, tempat ibadah dan tempat-tempat penting lainnya
yang tak luput dari penghancuran.
“Setiap orang bertindak dan berusaha untuk mencuri peran tetapi
kenyataannya rakyat, yang terdiri dari bayi, anak-anak, wanita dan orang
tua-lah yang dibunuh, bersamaaan dengan penghancuran rumah-rumah, sekolah,
tempat ibadah dan monumen-monumen yang bersejarah,” ungkapnya.
Data terkini yang dirilis PBB pada November lalu menyebut lebih
dari 400 ribu jiwa telah terbunuh dalam perang yang dimulai sejak Maret 2011
itu.
Dewan Keamanan PBB Jumat (18/12) telah mengadopsi resolusi
mendukung rencana perdamaian yang ditetapkan selama tiga putaran perundingan
internasional untuk mendorong diakhirinya perang di Suriah.
Resolusi secara aklamasi meminta Sekretaris Jenderal PBB Ban
Ki-moon untuk mempertemukan rezim Suriah dengan oposisi dalam negosiasi formal
terkait proses transisi politik di negara itu. Pertemuan tersebut ditargetkan
akan digelar pada awal Januari 2016 mendatang. (mus)
Sumber: Anadolu
Kelompok
HAM Kecam Teroris Rusia dan Assad atas Penggunaan Bom Tandan
Sebuah kelompok Hak Asasi Manusia (HAM)
mengatakan pada Ahad (20/12) bahwa mereka telah mendokumentasikan penggunaan
bom tandan sebanyak lebih dari 20 kali, sejak teroris Rusia memulai serangan
udara di Suriah pada 30 September, untuk membantu rezim Syiah Bashar Assad
sekutunya.
“Pengawas HAM (HRW, -red) telah menetapkan
bahwa pasukan Rusia atau Suriah bertanggung jawab atas serangan-serangan
tersebut,” kata organisasi tersebut dalam pernyataan yang dikutip World Bulletin.
“Kelompok
oposisi bersenjata (baca : pejuang Islam) tidak mengoperasikan pesawat, yang
berarti bahwa pasukan pemerintah Rusia atau Suriah bertanggung jawab atas
munisi tandan yang dijatuhkan dari udara,” tambah HRW.
Kelompok
tersebut mengatakan bahwa mereka telah mengidentifikasi tujuh jenis bom tandan
yang dijatuhkan dari udara dan diluncurkan dari tanah, yang baru-baru ini
digunakan di provinsi Suriah utara Aleppo, Hama dan Idlib. Menurut dokumentasi
HRW, semua serangan itu jatuh di wilayah yang dikendalikan pejuang Muslim.
HRW
mengatakan bahwa serangan itu bertentangan dengan sebuah pernyataan yang
dikeluarkan oleh rezim Assad pada 9 November, di mana ia mengklaim bahwa
pasukan rezim tidak dan tidak akan pernah menggunakan senjata yang “tak pandang
bulu” seperti itu.
Namun, pada
hari yang sama dengan saat pernyataan itu dikeluarkan, bom tandan justru
dijatuhkan di sebuah kamp pengungsi di Idlib, dekat perbatasan Turki, kelompok
HAM tersebut mengatakan. Staf rumah sakit melaporkan bahwa serangan itu
menewaskan tujuh warga sipil Muslim dan melukai puluhan lainnya.
“Janji
Suriah soal senjata ‘tak pandang bulu’ menjadi palsu saat munisi tandan terus
menghantam warga sipil di banyak bagian negara,” kata Ole Solvang, Wakil
Direktur Darurat HRW.
“Dewan
Keamanan PBB harus serius dalam komitmennya untuk melindungi warga sipil
Suriah, dengan secara publik menuntut semua pihak untuk menghentikan penggunaan
munisi tandan”, tambah Solvang.
Penggunaan
bom tandan, yang telah dilarang oleh lebih dari 100 negara, dianggap sebagai
kejahatan perang akibat sifat “tak pandang bulu” dan dampak mematikan pada
warga sipil yang ditimbulkannya.
Red : Gus
Jati