Artikel ini adalah kelanjutan dari artikel sebelumnya
yaitu : Analisa Terhadap Klaim Syi’ah Atas Hadits Ghadir Khum bagian-2 di mana
dalam artikel ini diungkap kelemahan hujjah Syi’ah dalam usaha mereka
menghubungkan ayat Al-Maidah : 67 dan Al-Maidah : 3 dengan peristiwa Ghadir
Khum.
Mereka suka Bermain dengan ayat-ayat Al-Qur’an
Al-Islam.org (situs Syi’ah) berkata:
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,
berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia… (Qur’an 5:67)
Kalimat terakhir pada ayat di atas mengindikasikan
bahwa Nabi (s) begitu perhatian dengan reaksi dari umatnya ketika beliau
menyampaikan risalah, tetapi Allah memberitahukan kepada beliau untuk tidak
khawatir karena Allah akan melindungi beliau dari gangguan manusia.
Ini adalah klaim yang sering diulang oleh Syi’ah,
yaitu bahwa ayat 5:67 diturunkan sehubungan dengan penunjukkan Ali ra sebagai
Khalifah; dengan kata lain, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam seharusnya tidak
khawatir tentang reaksi buruk dari sahabat terhadap deklarasi mengenai Imamah
ataupun Khilafah Ali ra.
Seperti kasus yang biasa terjadi, para da’i Syi’ah
tidak mempunyai keberatan bermain-main dengan Al-Qur’an dan menggunakan
Al-Qur’an sesuai kehendak mereka. Pada kenyataannya, ayat 5:67 tidak mungkin
diturunkan dalam hubungannya dengan penunjukkan Ali ra, yaitu karena ayat
tersebut ditujukan kepada Ahlul Kitab ( Yahudi dan Nashrani). Syi’ah mengambil
ayat tersebut di luar konteksnya, tanpa mempertimbangkan ayat-ayat yang berada
tepat sebelum dan sesudahnya. Mari kita lihat :
66. Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan
(hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari
Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki
mereka. Diantara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya
apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.
67. Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan
kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
68. Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang
beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al
Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.” Sesungguhnya apa yang diturunkan
kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada
kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang
yang kafir itu.
Jadi kita lihat bahwa ayat sebelum dan sesudahnya
berbicara mengenai Ahlul Kitab, dan dalam konteks ini ayat 5:67 diturunkan,
untuk meyakinkan kembali Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau
seharusnya tidak takut terhadap kaum Yahudi ataupun Nashrani dan bahwa beliau
seharusnya menyampaikan dengan jelas Risalah Islam dimana akan dibuat tertinggi
di atas kaum Yahudi dan Nashrani. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam diceritakan
dalam ayat 5:67 bahwa beliau tidak seharusnya takut gangguan atau niat buruk
dari orang-orang ini, dan dalam ayat selanjutnya 5:68 Allah berfirman bahwa apa
yang diturunkan kepada beliau hanya akan “menambah kedurhakaan dan kekafiran
pada kebanyakan dari mereka”. Ini adalah sangat jelas bahwa kita sedang
membicarakan kelompok manusia yang sama, yaitu orang kafir diantara ahlul kitab
yang membuat gangguan dan yang menjadi keras kepala dalam kedurhakaan dan
kekafiran. Kita akan melihat dengan semakin jelas hubungan kedua ayat tersebut
dengan memperhatikan kata kunci (key words) korelasi antara ayat 67 dan 68,
yaitu terletak pada مَآ أُنزِلَ
إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَ “apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu” .
silahkan dilihat tulisan yang kami cetak tebal dan digaris bawahi di dua ayat
tersebut.
Pada kenyataannya,
seluruh bagian dari ayat-ayat tersebut membicarakan tentang Ahlul Kitab.
Dimulai dari ayat 5:59 dan terus berlanjut sampai 5:86, mari kita perhatikan :
59. Katakanlah: “Hai
Ahli Kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman
kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang
diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang
yang fasik ?
60. Katakanlah:
“Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk
pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang
dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan
babi dan (orang yang) menyembah thaghut?.” Mereka itu lebih buruk tempatnya dan
lebih tersesat dari jalan yang lurus.
61. Dan apabila
orang-orang (Yahudi atau munafik) datang kepadamu, mereka mengatakan: “Kami
telah beriman”, padahal mereka datang kepadamu dengan kekafirannya dan mereka
pergi (daripada kamu) dengan kekafirannya (pula); dan Allah lebih mengetahui
apa yang mereka sembunyikan.
62. Dan kamu akan
melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa,
permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka
telah kerjakan itu.
63. Mengapa
orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka
mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk
apa yang telah mereka kerjakan itu.
64. Orang-orang
Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang
dibelenggu dan merekalah yang dila’nat disebabkan apa yang telah mereka katakan
itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan
sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di
antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara
mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah
memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang membuat kerusakan.
65. Dan sekiranya
Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus)
kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam
surga-surga yang penuh kenikmatan.
66. Dan sekiranya
mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang
diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan
dari atas dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada golongan yang
pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.
67. Hai Rasul,
sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
68. Katakanlah: “Hai
Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan
ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu.” Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu
akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka
janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.
69. Sesungguhnya
orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa
saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
70. Sesungguhnya Kami
telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka
rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa
apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari
rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.
71. Dan mereka
mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencanapun (terhadap mereka dengan
membunuh nabi-nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta dan pekak,
kemudian Allah menerima taubat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan
tuli (lagi). Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
72. Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih
putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah
Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah
neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
73. Sesungguhnya
kafirlah orang0orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang
tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika
mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang
kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.
74. Maka mengapa
mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya ?. Dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
75. Al Masih putera
Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya
beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa
memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli
kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka
berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).
76. Katakanlah:
“Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi
mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?” Dan Allah-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
77. Katakanlah: “Hai
Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak
benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang
telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan
kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.”
78. Telah dila’nati
orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam.
Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
79. Mereka satu sama
lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya
amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.
80. Kamu melihat
kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik).
Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu
kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan.
81. Sekiranya mereka
beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan
kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu
menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang
fasik.
82. Sesungguhnya kamu
dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang
beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu
dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah
orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.” Yang demikian
itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat
pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak
menymbongkan diri.
83. Dan apabila
mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat
mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah
mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan
kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi
saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.).
84. Mengapa kami
tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami,
padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan
orang-orang yang saleh ?.”
85. Maka Allah
memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan
itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas
keimanannya).
86. Dan orang-orang
kafir serta mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka.
Sangat jelas sekali
bahwa semua ayat-ayat di atas berbicara mengenai kaum Yahudi dan Nashrani, dan
sungguh tidak masuk akal, kaum Syi’ah bisa “Cut & Paste” ayat Al-Qur’an
sesuai dengan keinginan mereka. Ini adalah bentuk manipulasi terhadap firman
Allah dan sebuah dosa yang besar yang akan membawa mereka kepada kekufuran.
Namun juga, anda akan masih temui kaum Syi’ah secara umum mengklaim bahwa ayat
tersebut diturunkan berkaitan dengan Pidato di Ghadir Khum dan penunjukkan Ali
ra. Jadi ini adalah tujuan akhir dari da’i Syi’ah dengan memutar balikkan
Al-Qur’an dan hadits untuk menciptakan dongeng imajinasi bahwa Nabi shalallahu
‘alaihi wasallam menunjuk Ali ra sebagai khalifah.
Al-Islam.org berkata:
Di tempat ini, ayat
Al-Qur’an berikut ini diturunkan :
Hai Rasul,
sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia… (Qur’an 5:67)
Beberapa referensi
Sunni mengkonfirmasi bahwa turunnya ayat di atas terjadi tepat sebelum pidato
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam di Ghadir Khum:
(12) Dan banyak lagi
seperti Ibnu Mardawaih dan lain-lain.
(1) Tafsir al-Kabir, oleh
Fakhr al-Razi, komentar untuk ayat 5:67, jilid 12, hal 49-50, diriwayatkan dari
Ibnu Abbas, Al-Bara’ bin Azib, dan Muhammad bin Ali.
(2) Asbabun al-Nuzul,
oleh Al-Wahidi, hal 150, diriwayatkan dari Athiyah dari Abu Sa’id Al-Khudri.
(3) Nuzul al-Qur’an,
oleh al-Hafidz Abu Nu’aim diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri.
(4) Al-Fushul
al-Muhimmah, oleh Ibnu Sabagh al-Maliki al-Makki, hal 24
(5) Durr al-Mantsur,
oleh al-Hafidz As-Suyuthi, komentar terhadap ayat 5:67
(6) Fathul Qadir,
oleh as-Syaukani, komentar terhadap ayat 5:67
(7) Fathul Bayan,
oleh Hasan Khan, komentar terhadap ayat 5:67
(8) Syaikh Muhi
al-Din al-Nawawi, komentar terhadap ayat 5:67
(9) Al-Sirah
al-Halabiyah, oleh Nur al-Din al-Halabi, jil 3 , hal 301
(10) Umdatul Qari fi
Syarah Shahih Bukhari, oleh al-Ayni
(11) Tafsir
al-Nisaburi, jil 6, hal 194
Para da’i Syi’ah
telah berdusta, tidak ada cara lain untuk menggambarkan tentang mereka itu,
mereka menjadi terkenal kejahatannya karena kutipan sepotong-sepotong mereka.
Di atas, Syi’ah memberikan dua belas sumber, Kita tampilkan saja sumber yang
pertama, sedangkan sumber-sumber yang lain pada dasarnya setelah diteliti
sanadnya lemah dan tidak bisa dipakai sebagai hujjah. Dasar pertama yang mereka
pakai adalah Tafsir Al-Kabir Imam ar-Razi, Syi’ah mencoba membodohi Sunni
dengan membuat seakan-akan Imam ar-Razi percaya bahwa ayat 5:67 ini turun di
Ghadir Khum. Pada kenyataannya, Imam Razi mengatakan hal yang sungguh
berlawanan dengan apa yang ada dalam kitabnya.
Imam Razi menyebutkan
berbagai macam pendapat orang mengenai turunnya ayat tersebut. Beliau mendaftar
10 kemungkinan ketika ayat tersebut turun. Hal yang sudah diketahui dengan baik
bahwa kebiasaan para ulama mendaftar adalah pandangan atau pendapat yang paling
penting ditempatkan pada urutan yang pertama sedangkan yang paling tidak
penting ditempatkan pada urutan yang terakhir. Ini seharusnya menarik para
pendusta Syi’ah untuk mengetahui bahwa Imam Razi menyebutkan Ghadir Khum tetapi
beliau tempatkan di urutan yang paling akhir, artinya dalam pandangan beliau
hal tersebut adalah pendapat yang paling lemah yang mungkin terjadi.
Kita akan menampilkan
komentar dari Imam Razi satu demi satu :
Para ulama tafsir
menyebutkan banyak sebab turunnya wahyu tersebut :
Ayat ini diturunkan
sebagai contoh untuk Rajam dan Pembalasan sebagaimana yang disebutkan
sebelumnya dalam kisah mengenai kaum Yahudi.
Sebab ayat ini
diturunkan karena celaan dan olok-olok terhadap agama oleh kaum Yahudi, dan
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam hanya diam terhadap mereka, hingga ayat ini
turun.
Ketika ayat berupa
pilihan diturunkan, dimana bunyinya “wahai Nabi, katakan pada istri-istrimu”
(QS 33:28), Nabi tidak menyampaikan ayat tersebut kepada mereka karena khawatir
mereka akan memilih dunia, dan hingga ayat ini (5:67) turun.
Ayat ini diturunkan
berkenaan dengan Zaid dan Zainab binti Jahsiy ra, Aisyah ra berkata : barang
siapa menganggap Rasulullah menyembunyikan sebagian dari apa yang diturunkan
kepadanya, maka dia telah melakukan kebohongan yang besar terhadap Allah, Allah
telah berfirman : “Wahai rasul sampaikanlah..” dan apakah Rasulullah
menyembunyikan sebagian dari apa yang diturunkan kepadanya, beliau akan
menyembunyikan juga firman-Nya :”Dan kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa
yang Allah akan menyatakannya” (33:37).
Ini diturunkan
berkaitan dengan jihad, kaum munafik membencinya, sedangkan beliau selalu
menahan diri untuk mendesak mereka untuk berjihad.
Ketika firman Allah
sedang turun :” Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah
selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas
tanpa pengetahuan” (6:108), Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menahan dari
mencaci sesembahan mereka, hingga ayat ini turun, dan Dia (Allah) berfirman :
“Sampaikan.. “ kesalahan/kecaman tentang tuhan-tuhan mereka dan jangan
sembunyikan, dan Allah akan melindungimu dari mereka.
Ayat ini diturunkan
sehubungan dengan orang-orang Muslim yang benar, karena pada haji terakhir
sesudah beliau mendeklarasikan aturan-aturan dan ritual haji, beliau berkata “
Sudahkan saya menyampaikan (nya kepadamu)? Mereka menjawab : Ya. Beliau berkata
: Ya Allah saksikanlah.
Telah diriwayatkan
beliau istirahat di bawah sebuah pohon dalam salah satu perjalanan beliau dan
menggantungkan pedang beliau di pohon, ketika seorang Badui datang saat beliau
sedang tidur dan menyambar pedang sambil berkata: “ Ya Muhammad, siapa yang
akan melindungimu dari ku?” beliau berkata “Allah”, kemudian tangan Badui
tersebut gemetar, pedang tersebut jatuh dari tangannya, dan dia membenturkan
kepalanya ke pohon sampai otaknya terburai, kemudian Allah menurunkan ayat ini
dan menjelaskan bahwa Dia akan melindungi beliau dari manusia.
Beliau selalu takut
dengan Quraisy, kaum Yahudi dan Nashrani, maka Allah menghilangkan ketakutan
ini dari hati beliau dengan ayat ini.
Ayat ini turun untuk
menekankan keunggulan Ali ra, dan ketika ayat ini turun, Nabi shalallahu
‘alaihi wasallam memegang tangan Ali dan berkata: “Siapa yang menganggap aku
Maula, Ali adalah Maula-nya juga, Ya Allah jadikan teman orang-orang yang
menjadikannya teman, jadikan musuh orang-orang yang memusuhinya. Tak lama
kemudian, Umar menemuinya (Ali) dan berkata : “Ya Ibnu Abi Thalib! Selamat,
sekarang anda adalah Maula-ku dan Maula setiap laki-laki dan wanita beriman.”
Ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Bara’ bin Azib dan Muhammad bin Ali.
Anda seharusnya
mengetahui kejadian dengan riwayat-riwayat ini banyak jumlahnya, ini lebih
banyak sesuai untuk menjelaskan ayat tersebut Allah meyakinkan beliau
perlindungan terhadap persekongkolan yang licik dari kaum Yahudi dan Nashrani
dan memerintahkan beliau untuk mengumumkan pernyataan tanpa ada rasa takut
kepada mereka. Hal ini karena konteks sebelum dan sesudah ayat ini menunjuk
kaum Yahudi dan Nashrani; suatu hal yang tidak mungkin melemparkan sebuah ayat
di tengah (dari ayat-ayat lain) sehingga asing terhadap apa yang ada sebelum
dan sesudahnya.
(Tafsir Al-Kabir, Fakhr al-Razi, di bawah
komentar terhadap QS 5:67, jld 12, hal 49-50)
Dengan kata lain,
Imam ar-Razi menyebutkan 10 kemungkinan tetapi beliau menyatakan bahwa hanya
satu pendapat yang kuat bahwa ayat tersebut turun tentang kaum Yahudi dan
Nashrani dan karena inilah mengapa beliau menyebutkan kemungkinan tersebut di
urutan yang pertama.
Sungguh ajaib,
ensiklopedia Syi’ah penipu tidak menyebutkan bahwa Imam ar-Razi menyebutkan 10
kemungkinan dan menyatakan bahwa yang paling beralasan adalah pendapat pada
urutan yang pertama? Alih-alih Syi’ah bertumpu pada kutipan sepotong, sungguh,
mereka adalah orang-orang yang mencintai Taqiyah dan penipuan. Kami
mengingatkan kepada kaum Sunni awwam untuk tidak terkesan oleh daftar referensi
mereka yang panjang.
Sedangkan
riwayat-riwayat yang lain yang disebutkan di atas, ternyata setelah diteliti
sanadnya adalah bermasalah dan lemah. Tidak bisa dipakai sebagai hujjah, dan
tampaknya kurang perlu jika dipaparkan di sini karena akan banyak memakan
tempat.
Intinya, tidak
satupun sumber Sunni yang terpercaya mengatakan bahwa ayat 5:67 turun di Ghadir
Khum.
Sebagaimana yang kita
ketahui dengan baik, peristiwa Ghadir Khum terjadi dekat dengan wafatnya Nabi
shalallahu ‘alaihi wasallam, ketika seluruh jazirah Arab telah ditundukkan oleh
kaum Muslimin dibawah bimbingan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, termasuk di
dalamnya Nashrani di Najran dan kaum Yahudi di Yaman. Lalu apa sebenarnya yang
ditakutkan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam untuk menyampaikan sesuatu ketika
para pengikutnya telah bertambah banyak seratus kali lipat? Tidaklah masuk akal
ayat ini diturunkan pada saat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berada pada
puncak kekuasaannya. Tetapi lebih masuk akal, ayat ini diturunkan jauh pada
awal-awal masa kenabian beliau ketika Islam masih sedang berjuang untuk
bertahan, dengan menghadapi banyak musuh disekitarnya.
Al-Islam.org berkata:
Segera setelah Nabi
(s) selesai menyampaikan hal itu, ayat Al-Qur’an berikut ini turun :
“Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (Qur’an 5:3)
Ayat di atas
mengindikasikan dengan jelas Islam tanpa menjelaskan kepemimpinan sesudah Nabi
(s) tidaklah sempurna, dan penyempurnaan dari agama adalah pengumuman dengan
segera mengenai pengganti beliau.
Ini adalah bikinan
Syi’ah yang lain, Al-Qur’an 5:3 diturunkan pada akhir pidato perpisahan di atas
bukit Arafah, hal ini tercatat dalam shahih Bukhari, shahih Muslim, al-Sunan
dan lain-lain :
“ini (ayat : “Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu…”) turun pada hari Jum’at, pada
hari Arafah…”
Ayat ini turun di
Arafah tanggal 9 Dzulhijjah pada haji Wada` ketika beliau berdiri di Arafah.
Dan saat itu adalah merupakan moment yang sangat tepat bagi penutupan risalah
agama.
Adapun Ghadir Khum
terjadi sepulang beliau dari haji Wada’ menuju Madinah, berarti jarak dengan
turunnya ayat ke-3 ini adalah 9 hari. Lantas bagaimana mungkin ayat 67 di atas
baru turun setelah Al-Maidah ayat 3 yang merupakan ayat Al-Qur’an yang
terakhir/penutup yang turun kepada Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam?!.
Mengapa Al-Qur’an diam
seribu bahasa sehubungan dengan penunjukkan Ali ra?, pasti, Allah akan telah
menyebutkannya dalam Al-Qur’an jika hal tersebut sebuah perintah yang jelas,
Mengapa Allah diduga menurunkan ayat 5:67 dan 5:3 seluruhnya untuk Ali ra dan
keimamahannya, tetapi Allah tidak memilih dengan cara yang sederhana dengan
memasukkan nama Ali dalam ayat-ayat tersebut dan membuat nya jelas bagi kaum
muslimin bahwa Ali ra adalah pemimpin kaum muslimin selanjutnya yang ditunjuk
dengan jelas? Dan yang lebih membingungkan, ayat-ayat tersebut sama sekali
tidak berbicara soal khalifah maupun imamah. Sungguh hal yang menakjubkan
bagaimana Syi’ah selalu mengatakan bahwa ayat-ayat ini berbicara mengenai
keimamahan Imam Ali ra sedangkan Allah tidak pernah menyinggungnya sama sekali.
Satu lagi syubhat
Syi’ah adalah bahwa setelah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan hadits
ghadir khum di atas, Umar ra dengan serta merta memberi selamat kepada Ali ra,
menurut Syi’ah hal itu menunjukkan bahwa Umar ra mengakui Ali ra sebagai pemimpin.
Benarkah demikian?
Tak lama kemudian,
Umar menemuinya (Ali) dan berkata : “Ya Ibnu Abi Thalib! Selamat, sekarang anda
adalah Maula-ku dan Maula setiap laki-laki dan wanita beriman.”
Umar ra memberi
selamat kepada Ali ra di sini tetap dengan tidak bergeser dari makna Maula
yaitu sebagai teman yang dicintai, jika Maula di sini diartikan Pemimpin atau
Khalifah, jelas hal ini tidak mungkin karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam masih hidup di tengah-tengah mereka saat itu, tidak ada 2 khalifah dalam
saat yang sama dan wilayah yang sama. Apalagi jelas Umar ra mengatakan
“sekarang anda adalah Maula-ku dan Maula setiap laki-laki dan wanita beriman”
dan Umar ra tidak mengatakan misalnya “Nanti (waktu yang akan datang) anda
adalah Maula-ku dan Maula setiap laki-laki dan wanita beriman” .
Sehingga terjemahan
yang tepat adalah : “sekarang anda adalah teman yang aku cintai dan teman yang
dicintai oleh setiap laki-laki dan wanita beriman”. Gambaran situasi saat itu
adalah orang-orang sedang mengkritik dan menyakiti Ali ra, dan setelah Nabi
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda seperti di atas, Umar ra langsung memberi
hadiah kepada Ali ra mendahului orang-orang yang lain untuk menghiburnya dengan
kata-kata yang baik yaitu berupa ucapan selamat, hal ini menunjukkan bahwa Umar
ra sangat baik dalam memuji Ali ra, yang hal ini sangat bertolak belakang
dengan klaim Syi’ah yang menggambarkan permusuhan antara Umar ra dan Ali ra.
Menggambarkan Umar ra sebagai penindas Ali ra. Apakah kata-kata di atas pantas
diucapkan oleh seorang yang membenci Ali ra sebagaimana yang diklaim oleh
Syi’ah?.
Pujian yang serupa
kepada Sahabat yang Lain
Pada kenyataannya
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menyebut Ali ra sebagai Maula tidak dapat
digunakan sebagai bukti untuk penunjukkan Ali ra sebagai khalifah. Banyak
sahabat yang lain yang dipuji dengan gaya yang serupa, dan tidak ada seorangpun
memahaminya bahwa sahabat tersebut ditunjuk dengan jelas sebagai imam-imam yang
maksum. Mari kita lihat contoh, kita ambil hadits yang berhubungan dengan Umar
bin Khattab ra.
3686 – حدثنا سلمة بن شبيب حدثنا المقرئ عن حيوة بن شريح عن
بكر بن عمرو عن مشرح بن هاعان عن عقبة بن عامر قال Y قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لو كان بعدي نبي لكان عمر بن الخطاب
قال هذا حديث حسن
غريب لا نعرفه إلا من حديث مشرح بن هاعان K حسن
(5/619)
Imam Tirmidzi
meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Uqbah bin ‘Aamir, bahwasanya Rasulullah
shalallahu ’alaihi wasallam bersabda “Jika ada Nabi sesudahku, tentu yang akan
menjadi Nabi adalah Umar bin Khaththab.”[HR. Tirmidzi, 5/619 No. 3686]
Apakah kemudian kaum
muslimin ahlus sunnah yang dulu sampai sekarang memahami hadits di atas sebagai
bentuk penunjukkan kepada Umar ra sebagai pengganti Rasulullah shalallahu
’alaihi wasallam? Padahal pujian Nabi shalallahu ’alaihi wasallam tersebut
sudah cukup layak sekali untuk mengatakan bahwa Umar ra pantas sebagai khalifah
sepeninggal beliau, Coba anda bandingkan dengan hadits Maula dalam hadits
Ghadir khum di atas.
Demikian juga hadits
di bawah ini
3689 – حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ قَزَعَةَ حَدَّثَنَا
إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَقَدْ كَانَ فِيمَا قَبْلَكُمْ مِنْ الْأُمَمِ مُحَدَّثُونَ فَإِنْ
يَكُ فِي أُمَّتِي أَحَدٌ فَإِنَّهُ عُمَرُ
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Pada umat-umat terdahulu ada beberapa orang Muhadatsun (Orang yang menerima
ilham). Dan jika ada satu pada umatku yang seperti itu, maka Umar adalah
orangnya.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (3689) dan
Muslim(Fadha’ilish-Shahabah/23) pada bab ”min fadha’ili Umar radhiyallahu ‘anhu
(keutamaan Umar radhiyallahu ‘anhu”. Diriwayatkan juga oleh Tirmidzi 5/622 No.
3693)).
Coba lihat juga
hadits tentang Abu Bakar ra.
وَلَوْ كُنْتُ
مُتَّخِذًا خَلِيلاً لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلاً وَلَكِنْ أُخُوَّةُ
اْْلإِ سْلاَمِ
Kalau aku mengambil
seorang kekasih, niscaya aku akan mengambil Abu Bakar sebagai khalil (kekasih),
tetapi persaudaraan Islam lebih baik. (HR. Bukhari dengan Fathul Bary, juz 7,
hal. 359, hadits 3654; Muslim dengan Syarh Nawawi, juz 15 hal. 146, hadits
6120)
Al-Khullah adalah
kecintaan yang paling tinggi. Para ulama menyatakan bahwa derajat khullah lebih
tinggi dari tingkatan mahabbah. Oleh karena itu seorang yang disebut sebagai
khalil, lebih tinggi kedudukannya daripada habib. Di antara dalil yang
menunjukkan hal tersebut adalah bahwa Allah hanya mengambil dua orang manusia
sebagai khalil, yaitu nabi Ibrahim dan Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.
Sedangkan masalah mahabbah Allah sering menyebutkan dalam al-Qur’an, Allah
mencintai orang-orang yang beriman, sabar, berjihad di jalan-Nya dan lain-lain.
Oleh karena itu,
berdasarkan hadits-hadits ini dan banyak hadits serupa lainnya berbicara
tentang sahabat yang lain, kita lihat bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam
menyebut Ali ra sebagai Maula (teman yang dicintai) bukanlah merupakan
penunjukkan nabawiah untuk menjadikannya khalifah karena ada banyak
hadits-hadits pujian serupa yang ditujukan kepada sahabat selain Ali ra. Syi’ah
menolak semua hadits yang berkaitan dengan apa yang mereka tidak sukai dan
menerima hanya hadits-hadits yang berhubungan dengan Ali ra. Maka tidaklah
berlebihan jika dikatakan bahwa Syi’ah akan menerima riwayat hadits dari
“Mickey Mouse” yang isinya pujian terhadap Ali ra dan menolak hadits-hadits
pujian terhadap Abu Bakar ra ataupun Umar ra dan sahabat lainnya walaupun
hadits–hadits tersebut diriwayatkan oleh imam Ali ra sendiri.
O iya satu lagi, mari
kita lihat tambahan ke dua dari hadits Ghadir khum :
“Ya Allah, jadikan
teman, orang-orang yang menjadi temannya, dan jadikan musuh orang-orang yang
memusuhinya”
Bandingkan dengan sabda
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berikut ini mengenai Abu Bakar ra.
“…Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengutusku
kepada kalian semua (sebelum mereka masuk Islam). Namun kalian malah berkata,
‘Kamu adalah pendusta’. Berbeda dengan Abu Bakar yang membenarkan (ajaranku).
Dia telah membantuku dengan jiwa dan harta bendanya. Apakah kalian akan
meninggalkan aku (dengan meninggalkan) sahabatku?” Rasulullah mengucapkan
kalimat itu sebanyak dua kali. Sejak itulah Abu Bakar tidak pernah disakiti
(oleh seorang pun dari kaum Muslimin. (HR. Bukhari)
Demikianlah, cara
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dalam membela sahabat-sahabat beliau yang
memang mereka berhak untuk beliau bela pada kondisi yang memang memerlukan pembelaan
beliau, baik itu Ali ra, Abu Bakar ra ataupun sahabat yang lainnya.
Kesimpulan :
Al-Qur’an surat
Al-Maidah : 67 dan Al-Maidah : 3 turun tidak ada hubungannya dengan peristiwa
Ghadir Khum dan tidak ada hubungannya dengan penunjukkan terhadap Ali
radhiyallahu ‘anhu. Dan hadits-hadits mengenai keutamaan sahabat semacam Ghadir
Khum juga banyak Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam ucapkan kepada
sahabat-sahabat yang lain, dan tidak ada di kalangan kaum muslimin ahlus sunnah
menganggap hadits-hadits keutamaan semacam itu sebagai penunjukkan khusus
kepada sahabat sebagai khalifah pengganti Nabi shalallahu ‘alaihi
wasallam. Wallahu A’lam biShowab.
Artikel di atas
ditulis dengan banyak mengambil faedah dan disadur secara bebas dari artikel
Ibn al-Hashimi, www.ahlelbayt.com dan
dari beberapa sumber yang lain.
21 Responses : Lihat rujukan
Analisa Terhadap Klaim Syi’ah Atas Hadits Ghadir Khum
( Bagian 1/3 )
Analisa Terhadap Klaim
Syi’ah Atas Hadits Ghadir Khum ( Bagian 2/3 )