Salah satu hasil
penting ●Muktamar Shufi di Chechnya adalah menegaskan bahwa Shufiyyah termasuk
kelompok Ahlus Sunnah...
Benarkah Kelompok
Shufiyyah termasuk Ahlus Sunnah wal Jama’ah ⁉
Asy-Syaikh al-‘Allamah Rabi’
bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah mengatakan,
“Sesungguhnya golongan Ahlus
Sunnah wal Jama’ah hanya satu kelompok saja, tidak banyak kelompok.
Ahlus Sunnah wal Jama’ah,
disebut : Ahlus Sunnah wal Jama’ah, disebut pula AHLUL HADITS, disebut pula :
SALAFIYYUN atau pengikut madzhab salaf.
SHUFIYYAH TIDAK TERMASUK DI
DALAMNYA, baik dulu maupun sekarang.
Para imam Islam telah
menjelaskan hadits tentang “ath-Thaifah al-Manshurah” dan hadits “al-Firqah
an-Najiyyah” bahwa yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah : Ahlul Hadits
dan para ‘ulama hadits, BUKAN KELOMPOK SHUFIYYAH ataupun kelompok lainnya.
Terlebih lagi setelah terpecah-pecahnya Shufiyyah menjadi banyak sekte yang
semuanya tegak di atas aqidah-aqidah sesat, metode-metode penuh khurafat,
bertolak belakang dengan al-Qur’an dan as-Sunnah serta jalan yang Ahlus Sunnah
wal Jama’ah berada di atasnya.
Di antara aqidah sesat shufi
:
●hulul (Allah bertempat pada
makhluk)
●wihdatul wujud (Allah bersatu
dengan makhluk/alam)
●mengkultuskan para wali
●meyakini bahwa para wali
mengetahui perkara ghaib dan berkuasa terhadap alam
●meyakini ada wali quthub dan
autad
●berdo’a dan beristighotsah
kepada para wali tersebut dalam kondisi terdesak, tidak kepada Allah.
●orang paling utama adalah
orang yang mengakui perbuatan-perbuatan bahaya tersebut dan tidak
mengingkarinya.
Pertentangan antara kelompok
shufi dengan Ahlus Sunnah telah lama ada dan terus berlangsung hingga hari ini.
Maka bagaimana dikatakan
bahwa Shufiyyah termasuk Ahlus Sunnah wal Jama’ah??!”
Kasyf Zaif at-Tashawwuf, hal.
13-14
Majmu’ah Manhajul Anbiya
•••••••••••••••••••••
Aliran Shufiyyah adalah
Pewaris Rafidhah
Asy-Syaikh al-‘Allamah Rabi’
bin Hadiy al-Madkhaly hafizhahullah berkata:
Kuburan itu dibangun di atas
tangan-tangan Rafidhah, adapun Ahlus Sunnah mereka tidak biasa meninggikan
bangunan di atas kuburan. Sesungguhnya yang memulai melakukan bid’ah ini tiada
lain adalah Rafidhah.
Kemudian kebid’ahan ini
diwarisi dari mereka oleh kelompok Shufiyah-Bathiniyah, yang lahiriyah kelompok
adalah tasawuf dan berusaha menampakkan Sunnah, namun di dalam batin mereka
adalah sifat zindiq, atheis dan Rafidhah. Sangat disayangkan.
Maka mereka ini menelusuri
kuburan, mendirikan bangunan di atasnya, membangunnya dan sangat menekankan
untuk mengadakan rihlah (perjalanan) ke kuburan, dan mereka juga mengadakan
berbagai perayaan dan hari raya, dan seterusnya.
Berbagai kebatilan dan
kesesatan yang kebanyakan kaum muslimin menghidupkannya pada hari ini, semuanya
itu meresap pada mereka dari thariqah (cara ibadah)-nya para penganut Rafidhah
al-‘Ubaidiy yang para ulama Islam mengatakan tentang mereka: “Lahiriyah mereka
Rafidhah dan batiniyah mereka kekafiran yang murni”. Mereka inilah yang
(pertama) membiasakan sunnah yang jelek ini.
Wujubul Ittiba’ wat Tahdziru
min Muzhahiris Syirki wal Ibtida’, hal 51-52.
Wallaahu A’lam.
الصوفية ورثة الرافضة
قال الشيخ العلامة / ربيع بن هادي المدخلي – حفظه
الله تعالى –
شيدت القبور على أيدي الروافض ، أما أهل السنة ما
كانوا يعرفون البناء على القبور ، إنما إبتدع هذه البدعة الروافض ، ثم ورثها منهم
باطنية الصوفية الذين ظاهرهم التصوف والتسنن وفي باطنهم زندقة وإلحاد ورفض – مع
الأسف الشديد – فهؤلاء تتبعوا القبور وبنوا عليها ، وشيدوها وشدوا الرحال إليها ،
وأقاموا الإحتفالات والأعياد … إلى آخر الأباطيل والضلالات التي يعيشها أكثر
المسلمين اليوم ، كل ذلك تسرب إليهم عن طريق الروافض العبيديين الذين قال فيهم
علماء الإسلام : ظاهرهم الرفض وباطنهم الكفر المحض : هؤلاء هم الذين سنوا هذه السنة
الخبيثة ” .
وجوب الإتباع والتحذير من مظاهر الشرك والإبتداع
(ص 52_51 )
Buku pegangan sufi, sarat
hadits-hadits palsu
Kemunculan firqah-firqah yang menggulirkan banyak perkara baru dalam agama (bid’ah-bid’ah), seperti golongan Sufi, telah mendatangkan fitnah dan ujian tersendiri terhadap keyakinan dan amaliah umat Islam. Fitnah ini salah satunya dalam bentuk ajakan mengagungkan Rasûlullâh hanya melalui ucapan-ucapan lisan saja, dengan mengesampingkan ajakan mengikuti perbuatan-perbuatan beliau. Dengan begitu, mereka telah berseberangan dengan perintah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan jalan para Sahabat yang mulia, para Khulafa Rasyidin dan ulama-ulama setelah mereka.
Saudaraku, ketahuilah, di antara landasan
pokok kaum Sufi dan ciri khas mereka, adalah menyebarluaskan hadits-hadits
lemah, palsu, dan cerita-cerita khayalan (khurafat) disertai mengamalkan
kandungan-kandungannya. Landasan dasar mereka yang lain, mentashhih
hadits-hadits palsu itu (menilai hadits shahih) melalui kasyf, manâmât (bisikan
dan mimpi) yang menyelisihi kaedah Ulama Hadits dalam menilai satu hadits.
Bila diperhatikan, akan cukup sulit bagi
Saudara untuk menjumpai dan mendengarkan hadits shahih dalam ceramah dan
khutbah-khutbah golongan Sufi. Jarang sekali mereka menyampaikan hadits shahih.
Kalaulah mengetengahkan hadits shahih, itu pun dengan memenggalnya dan
dijadikan sebagai dalil dalam masalah yang tidak pada tempatnya. Pasalnya,
tumpuan utama mereka pada hadits-hadits yang didustakan atas nama Rasûlullâh
(hadits palsu), hadits-hadits gharib, dan cerita-cerita khurafat, yang semua
ini ditonjolkan untul melegalkan keyakinan-keyakinan yang sesat, praktek syirik
dan bid’ah-bid’ah.
Jumlah hadits-hadits dusta dan palsu yang
di kalangan Sufi tidak terhitung, baik muncul karena kedangkalan ilmu mereka
terhadap hadits maupun kesengajaan. Hadits-hadits dusta dan palsu ini
disebarluaskan di tengah umat sampai mengakibatkan diikutinya hadits-hadits
yang tertolak dan terbengkalainya hadits-hadits shahih. Pada dasarnya, mereka
mengakui kurang menguasai hadits dan kitabt-kitabnya, perbedaan hadits shahih
dengan hadits yang bermasalah. Siapa saja memperhatikan buku-buku rujuan
penting mereka, akan menjumpai contoh-contoh tersebut dengan jelas sekali.
Seorang tokoh Sufi kontemporer, ‘Abdullâh
al-Ghimâri mengaku,” …buku-buku tentang maulid Nabi sarat dengan hadits-hadits
palsu, namun telah menjadi akidah yang mengakar pada benak orang awam”.
Sungguh, hadits-hadits dusta sangat banyak
(dalam buku-buku Sufi). Dalam konteks ini, ada sebagian orang yang ditokohkan
dalam agama yang telah menyusun sebuah kitab berisi berbagai macam kedustaan
atas nama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat yang mudah
memperdayai orang-orang jahil. Meskipun si penulis kitab mungkin tidak punya
niat untuk sengaja berdusta atas nama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bahkan orang itu mencintai beliau, mengagungkan beliau, namun ia melakukannya
(menulis hadits-hadits dusta dalam kitabnya) lantaran tidak memiliki kemampuan
menyeleksi hadits yang benar dan hadis palsu.
Kalangan Sufi telah menjadikan aktifias
menekuni membaca buku Dalâil Khairât (petunjuk-petunjuk kebaikan-kebaikan)
sebagai pengganti membaca al-Qur`ân. Padahal dalam buku ini terdapat kedustaan
atas nama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan generasi Salaf, serta
dipenuhi dengan hadits-hadits palsu dan dusta.
Begitu pula, buku pegangan lain berjudul
Raudhul Rayâhîn, ar-Raudhul Fâiq, Majâlisu al-‘Arâis dan kitab Maulid Ibni
Hajr. Kalangan Sufi lebih menggemari membacari buku-buku yang berbahaya tesebut
yang memuat keburukan, hadits palsu dan bid’ah yang disertai ajakan untuk
menghidupkannya dengan memalsukan hadits-hadits untuk itu. Mereka tidak
memperdulikan kitab-kitab hadits standar yang menjadi landasan umat Islam
umumnya, semisal Shahîh al-Bukhâri, Shahîh Muslim, kitab Sunan, Muwaththa,
Musnad dan kitab-kitab hadits lain yang menjadi perbendaharaan Islam dalam
bidang hadits yang sarat dengan ajaran-ajaran Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Saudaraku Muslim, jangan sampai engkau
membaca buku-buku beracun lagi penuh dusta tersebut, juga jangan membelinya.
Kewajiban kita adalah memegangi Kitâbullâh dan Sunnah Rasul-Nya. Ambillah dari
sumber-sumbernya yang terstandar, yaitu kitab-kitab hadits yang telah popular
seperti Shahîhain, kitab Sunan, Musnad-musnad, kitab Mushannaf, Muwatha dan
kitab-kitab hadits lainnya yang sudah jelas menjadi rujukan umat. Kitab-kitab
hadits ini sudah sangat memadai bagi kita, tanpa perlu melihat buku-buku penuh
racun yang tersebar di kalangan Sufi.
Selain itu, masih ada kitab-kitab lain
yang bermanfaat dalam bahasan ini, seperti Jalâul Afhâm fi ash-Shalâti was Salâmi
‘ala Khairil Anâm karya Imam Ibnul Qayyim, al-Adzkâr dan Riyâdhus Shâlihîn
karya Imam Nawawi, al-Kalimu ath-Thayyibi karya Syaikhul Islam.
(Diangkat dari makalah Taqwîmu al-Mafâhîm
al-Khâthi`ah ‘Indal Ghulâti wal Jufaati fi ad-Difâ’i ‘anin Nabiyyi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, DR. Ali Musri, MA, hlm. 37-38. Disampaikan dalam ”Muktamar
Internasional” dengan tema ”Nabi Rahmat, Muhammad shallallâhu ’alaihi wa
sallam” tanggal 2-4 Oktober 2010 di kota Riyadh, Saudi Arabia)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi
10/Tahun XV/1433H/2012M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl.
Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax
0271-858196]
Membongkar kesesatan sufi (bahagian
I, sejarah dan fitnah tasawwuf)
Membongkar kesesatan sufi (bahagian
II, sorotan terhadap sufi)
Membongkar kesesatan sufi (bahagian
III, Perbedaan pokok islam dan tasawwuf)
Membongkar kesesatan sufi (bahagian
IV, Definisi tarekat sufi)
Membongkar kesesatan sufi (bahagian
V, Kasyaf, khurafat dan shufi)
Http://saidaneffendi-darussalam.blogspot.co.id/2012/04/membongkar-kesesatan-sufi-bahagian-v.html?M=0
Mengoreksi ajaran tasawwuf
Rahasia tipu muslihat
dedengkot shufi & syi’ah dibalik tudingan “wahabi” dalang paham takfir dan
aksi terorisme