KH Ahmad Satori Ismail, Ketua
Ikatan Da’i Indonesia (IKADI), menilai bahwa para da’i di perkotaan memiliki
tantangan berberbeda dengan di daerah. Di perkotaan banyak Da’i yang berkubang
pada persoalan materi.
“Para da’i kadang
memilih-milih masjid, memilih tempat dakwah, mana yang basah dan yang tidak,”
kata Satori, lansir Republika, Ahad (21/8/2016).
Sebaiknya para Da’i memiliki
jiwa wara’, mereka harus memiliki kepedulian lebih besar kepada umat ketimbang
mengutamakan kepentingan pribadi.
Permasalahan lainnya adalah
kurangnya koordinasi antar da’i, lanjut Satori. Gerakan da’i di perkotaan
dinilai berjalan sendiri-sendiri.
“Kadang-kadang di satu Masjid
sekarang tentang maulid besok maulid lagi,” tutur Satori.
Alhasil banyak program da’i
yang tumpang tindih, lanjut Satori. Seharusnya para da’i dan pengurus Masjid
mampu mengarahkan dakwah yang terorganisir.
Sementara mengenai Da’i di
daerah, yakni tentang bagaimana mereka mampu mengurangi perilaku maksiat di
masyarakat. Perilaku yang di dapatkan karena pengaruh kehidupan perkotaan.
Para da’i juga harus
memfokuskan diri pada motivator ekonomi. Pasalnya, di daerah ekonomi masyarakat
kebanyakan masih rendah.
“Termasuk persiapan-persiapan seperti skill
sehingga mereka merasa dilindungi oleh da’i,” tambahnya.[islampos]