Dilaporkan Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi
PERHATIKAN MENIT KE:
. 05:00-05:13
. 05:50-05:56
. 18:47-19:09
. 36:24-36:29
. 37:09- sampai akhir
Pada tanggal 17 Ramadhan 1431 H yang lalu, di saat kaum muslimin
di seluruh penjuru dunia menyibukkan diri untuk beribadah di bulan Ramadhan
yang mulia, guna mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan
ibadah dan ketaatan yang paling dicintai seperti shalat dan puasa, umat Islam dikejutkan dengan
adanya perayaan besar yang dilakukan oleh masyarakat Syi’ah Dua Belas Imam di
London, Inggris. Acara keji itu dipimpin oleh sejumlah ulama Syi’ah dari
berbagai negeri Arab dan non-Arab yang dikepalai oleh Yasir al-Habib. Perayaan
itu dilakukan untuk memperingati “kebinasaan” ‘Aisyah di dalam api neraka
–wal’iyadzu billah-. Untuk pertama kalinya Syi’ah berani secara terang-terangan
melakukan perbuatan nista tersebut. Dahulu mereka melakukan taqiyah yang itu merupakah
aqidah suci dalam agama mereka.
Perayaan tersebut
berupa penyampaian pidato dan pembacaan sya’ir-sya’ir dalam mengkafirkan, serta
melaknat ibunda kaum mukminin ‘Aisyah rodiallohu ‘anha. Adalah Yasir al-Habib
menyampaikan sambutannya di tengah kehadiran banyak orang yang mayoritas mereka
mengenakan pita merah, dan sebagian mereka dengan baju merah sebagai kiasan
bahwa Ibunda ‘Aisyah rodiallohu ‘anha berada dalam neraka Jahannam. Kemudian
Yasir al-Habib mulai menyampaikan sambutannya dengan menegaskan bahwa ‘Aisyah
adalah musuh Allah dan Rasul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam. Dia menyatakan
bahwa sulit baginya untuk menghitung kejahatan-kejahatan ibunda ‘Aisyah
rodiallohu ‘anha terhadap hak Islam dan kaum muslimin. Yang paling keji dari
kejahatan-kejahatan tersebut adalah bahwa dia telah membunuh Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wa sallam dengan racun, turut serta dalam melawan ‘Ali bin
Abi Thalib rodiallohu ‘anhu, memberontak dan memeranginya, menyakiti penghulu
wanita dunia, Fathimah rodiallohu ‘anha hingga membuatnya menangis, serta
kegembiraannya dengan syahidnya Fathimah, dan Amirul Mukminin ‘Ali rodiallohu
‘anhu; melempari jenazah al-Hasan rodiallohu ‘anhu dengan busur-busur panah,
penyebab terbunuhnya tiga puluh ribu kaum muslimin, mengotori sirah Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wa sallam dengan hadits-hadits palsunya, tuduhan kejinya
terhadap Mariah al-Qibthiyyah. Selain itu mereka (orang-orang yang beragama
syiah itu) menuduh ‘Aisyah rodiallohu ‘anha sebagai orang yang kurang adab, dan
berlisan kotor, dan termasuk orang-orang nista lagi fasiq.
Kemudian setelah berbagai tuduhan kotor tersebut, orang hina
(Yasir yang zindiq) ini menegaskan dan menetapkan bahwa ‘Aisyah sekarang berada
dalam api neraka, bahkan tidak hanya sekedar dalam neraka, bahkan dia bersumpah
atas nama Allah, bahwa ‘Aisyah sekarang berada dalam dasar neraka Jahannam,
dalam keadaan tergantung kedua kakinya, memakan bangkai, dan tubuhnya sendiri.
Semua itu menurutrnya berdasarkan kandungan al-Qur`an dan sunnah. Mudah-mudahan laknat Allah dan seluruh manusia atasnya.
Pada penutupan sambutannya, dia mengajak kepada kaum muslimin
untuk shalat dua rakaat sebagai bentuk syukur kepada Allah atas “binasanya”
ummul mukminin –yang dia sebut ummul mujrimin/ ibunda para penjahat- , serta pindahnya dia
kepada adzab pedih lagi kekal di dalam neraka jahannam. Dia juga mengajak kaum
mukminin, setelah shalat tersebut, untuk meminta segala kebutuhan mereka kepada
Allah, dan segala kebutuhan tersebut akan dipenuhi dengan kelembutan Allah
subhanahu wa ta’ala, dan syafa’at Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam,
serta ahlul bait beliau yang suci‘alaihimusshalatu wassalam.
Selain itu pembaca yang beriman, pada acara itu telah
digantungkan sebuah spanduk besar bertuliskan “Binasanya ‘Aisyah di Dalam
Neraka”, dan pada sisi yang berhadapan dengannya digantungkan spanduk
bertuliskan “Kebahagiaan al-Husain ‘alaihi salam”, dimana kedua sepanduk
tersebut, dengan segala kekejian, dinaikkan untuk menyampaikan ucapan kotornya
terhadap Ibunda kita ‘Aisyah –mudah-mudahan Allah meridhainya dan membuatnya ridha.
Perayaan tersebut
telah disiarkan secara live oleh sebagian siaran Syi’ah dengan penuh suka cita
dan bahagia dengan adanya perayaan besar tersebut. Di sela-sela perayaan jahat
itu, disamping melaknat Ummul Mukminin, ditambahkan pula melaknat Abu Bakar, Umar,
Utsman, dan para sahabat besar lainnya –mudahan-mudahan Allah meridhai mereka
semua.
Sungguh, sebelumnya
kami mengira bahwa pada tanggal 17 Ramadhan tersebut mereka merayakan
kemenangan kaum muslimin atas orang-orang musyrik dalam peperangan Badar, akan tetapi
kami dikejutkan bahwa orang-orang musyrik dan orang-orang kafir telah selamat
dari lisan-lisan mereka, karena dialihkan untuk melaknat wanita suci, lagi
disucikan dari langit ketujuh. Dimana Allah subhanahu wa ta’ala telah
menurunkan tentangnya sepuluh ayat dalam surat an-Nur (24) yang menjelaskan
sucinya ‘Aisyah dari tuduhan orang-orang munafik. Kemudian datanglaah
orang-orang zindiq itu dengan mengatasnamakan cinta kepada ahlul bait, menuduh
kehormatan ummul mukminin ‘Aisyah rodiallohu ‘anha yang suci, dan menyakiti
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam melalui pelecehan mereka terhadap
istri yang paling beliau cintai. Mereka dengan lantangnya mengatakan bahwa
Istri Nabi yang tercinta itu telah kafir, dan murtad, serta berada dalam dasar
neraka Jahannam!!
Padahal Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ
يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا (٥٧)
“Sesungguhnya
orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di
dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. Al-Ahzab (33):
57)
Wahai bangsa
Indonesia, wahai bangsa Malaysia, wahai umat Islam, istri kekasih kalian,
al-Mushthafa Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam telah dihinakan sementara
kalian semua diam??!!!
Sesungguhnya, saya
mengatakannya dengan jujur kepada seluruh ulama dan awamnya kaum muslimin, jika
kita tidak melakukan sesuatu maka sesungguhnya kita telah ikut serta dalam
kejahatan tersebut. Maka wajib bagi kita memiliki peran dalam membela Ibunda
kita, kekasih Nabi kita shollallohu ‘alaihi wa sallam. Masing-masing sesuai
dengan kemampuan, kedudukan dan jabatannya. Hendaknya semua tahu bahwa kita
akan berdiri di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala, dan kita akan dihisab akan
keteledoran kita, atau karena kita mendahulukan kemaslahatan duniawi atas
kehormatan Nabi kita Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam. Maka celaka bagi
setiap orang yang meremehkan hukuman dan kemurkaan Allah. Secara khusus,
hendaknya para ulama berhati-hati. Maka apakah yang akan kita jawab kepada
kekasih kita, penghulu kita shollallohu ‘alaihi wa sallam saat beliau nanti
bertanya kepada kita pada hari kiamat, apa yang telah kalian lakukan untuk
membela kehormatanku?!
Maka jawaban apakah kiranya
yang telah kita siapkan untuk pertanyaan tersebut?? Wahai setiap penanggung
jawab, saya tahu bahwa Anda semua akan ditanya di hadapan Allah tentang
sebaik-baik makhluk-Nya setelah para anbiya`? Siapakah yang memiliki keutamaan
(jasa) kepada kita setelah Allah, dan Rasul-Nya, yang karenanya sekarang ini
kita menjadi kaum muslimin, dan bagi kita sorga dengan izin Allah jika amal
kita baik?! Bukankah para sahabat dan ummahatul mukminin yang telah menjaga
Islam serta menyampaikannya kepada orang setelah mereka hingga sampai kepada
kita ini…?! Seandainya bukan karena (sebab) mereka niscaya kita tidak akan
mendapatkan petunjuk, dan tidak akan shalat, kita akan menjadi para penyembah
berhala, api, pohon, dan sapi…! Maka apakah seperti ini kita membalas budi dan
jasa mereka?!
Sesungguhnya saya
mendorong perhatian Anda untuk bangkit dalam rangka membela kehormatan Nabi dan
kekasih Anda Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam. Bangsa Arab telah bangkit,
melakukan satu bagian dari kewajiban mereka terhadap tragedi ini. Dan sekarang
kami ingin Anda menyempurnakan kewajiban tersebut, dan melakukan peran Anda.
Anda semua tidaklah lebih kecil kecemburuan atau kecintaannya kepada Nabi
shollallohu ‘alaihi wa sallam dan Ummahatul mukminin dari bangsa Arab dan
selain mereka.
Majalah Qiblati telah ikut
menyampaikan gugatan di Inggris, dengan menggabungkan diri bersama sejumlah
lembaga ilmiah, dan siaran-siaran satelit, dan dengan keikutsertaan sejumlah
besar tokoh melawan orang kafir dari Kuwait yang bernama Yasir al-Habib –laknatullah ‘alaihi– tersebut. Pemerintah Kuwait telah menuntut
mengekstradisinya melalui Interpol, akan tetapi Interpol Inggris menolaknya.
Oleh karenanya, sudah semestinya bagi kita untuk menambah jumlah para penuntut
untuk mengadilinya dengan tuduhan pelecehan agama hingga pemerintah Inggris
patuh guna mengadilinya atau mengekstradisinya agar orang-orang kafir jahat itu
tahu diri, dan tidak lagi berani lancang terhadap penghulu mereka dan ummahatul
mukminin yang mereka itu tidak sebanding dengan debu yang diinjak oleh orang-orang
terbaik tersebut -rodiallohu ‘anhum -.
Oleh karena itulah, kami, majalah Qiblati memutuskan membuat
sebuah kampanye dengan nama “Kampanye Pembelaan Terhadap Ummul Mukminin ‘Aisyah rodiallohu
‘anha”. Guna mendukung, dan ikut serta dalam kampanye
ini, kami meminta kepada setiap orang yang cemburu, dari berbagai jam’iyah,
organisasi, yayasan, pondok pesantren, lembaga-lembaga, forum-forum,
majlis-majlis ilmu, serta masing-masing individu untuk mendukung kampanye ini
dengan ikut serta di dalamnya dengan mengirimkan SMS ke nomor
08-1945 575-999
dan menulis di dalamnya nama, no HP jika ada nomor lain,
kemudian menulis
“Saya setuju
menggugat kasus ini ke pengadilan”
Demikian pula bisa ikut serta dengan mengirimkan email ke
dukungan@qiblati.com
Setelah itu, kami akan menyertakan nama seluruh pendukung kampanye dalam
daftar para penggugat di Inggris.
Sesungguhnya saya
sangat optimis dengan kebaikan penduduk Indonesia –maupun yang lainnya- dalam
membela kehormatan ibunda kita, dan Nabi kita shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Bapak dan ibu saya sebagai tebusannya shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Sesungguhnya majalah
Qiblati melakukan tugas ini karena keyakinan terhadap pentingnya peranan dalam
menerangi masyarakat, dalam menyatukan suara, dan barisan menuju hal-hal yang
di dalamnya terdapat kebaikan bagi Islam dan kaum muslimin, serta bagi dunia ini.
Kami memohon agar
semua pihak ikut andil dalam menyebarkan kampanye ini melalui email, serta
mendorong manusia untuk ikut serta di dalamnya. Siapa saja bisa mengcopy
makalah ini dari website Qiblati untuk kemudian menyebarkannya di antara
manusia di setiap tempat. Dan wajib ada satu jejak bagi kita dalam membela
ibunda kita. Demi Allah, seandainya ada seseorang yang berbicara tentang
kehormatan Ibunda kita sendiri, niscaya kita tidak akan diam, lalu bagaimana
dengan ibunda kaum mukminin Aisyah rodiallohu ‘anha yang lebih baik dari ibu
kita semua?!
Wahai bunda, janganlah bersedih…!
Engkau adalah kehormatan kami
Kehormatan Nabi kami…
Bunda, janganlah bersedih…!
Janganlah bersedih…!
Kami, Umat islam; anak-anakmu
Siap berkorban membelamu
Agar saya bisa memotong
jalan atas sebagian orang-orang Syi’ah yang akan mengingkari perbuatan tersebut
sebagai taqiyyah (kepura-puraan) dan kedustaan, maka sesungguhnya saya
mengatakan dengan jujur bahwa setiap syi’ah berkeyakinan akan kekafiran
‘Aisyah, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan para sahabat yang lain. Dikarenakan
seluruh kitab induk mereka terang-terangan dalam masalah ini. Maka asas dan
ushul agama mereka berdiri di atas pengkafiran para sahat Nabi shollallohu
‘alaihi wa sallam, sekalipun mereka tidak terang-terangan mengatakanya sebagai
bentuk taqiyah.
Agar saya bisa menetapkan kejujuran ucapan saya, saya menantang
setiap Yayasan Resmi Syi’ah di Indonesia atau yang lain di dunia untuk
mengeluarkan satu penjelasan yang di dalamnya diterangkan bahwa Ummul Mukminin
‘Aisyah rodiallohu ‘anha adalah ibu mereka, dan bahwa beliau adalah wanita
mukminah dan penghuni sorga. Sesungguhnya saya, dengan ucapan ini ingin
menelanjangi aqidah satu kaum yang berdiri di atas kedustaan dan penipuan. Saya
ingin menjelaskan kepada orang-orang yang terperdaya dari para penyeru kepada
toleransi dan pendekatan tentang satu hakikat yang tersamarkan, serta aqidah
rusak milik para penentang al-Qur`an dan sunnah tersebut. Sesungguhnya saya
berpegang dengan tuntutan saya ini, dan tuntutan inilah yang nantinya akan
menetapkan kepada kaum muslimin secara umum jika saya benar atau dusta. Sebagai
penguat ucapan saya, al-Mujamma’ al-‘Alami Liahlil Bait (Majelis Internasional
untuk Ahlul Bait), demi meredakan kemarahan kita, terpaksa mengeluarkan satu
pernyataan yang di dalamnya terdapat celaan terhadap tragedi tersebut tanpa
memberikan pembelaan terhadap Ummul Mukminin dengan anggapan bahwa hilah (kilah) mereka, serta
kedustaan mereka akan bisa menipu kita. Bahkan penjelasan mereka hanyalah
bersifat umum, serta tidak menyebut nama ‘Aisyah rodiallohu ‘anhu sama sekali.
Apakah Anda tahu sebabnya? Jawabannya adalah agar mereka tidak terpaksa
mengatakan ridhiyallahu ‘anha kepada beliau.
Tenanglah wahai para pengurus Majelis Internasional untuk Ahlul Bait, kami telah
tersadar untuk kalian dengan izin Allah. Kalian mau mengucapkan radhiyallahu ‘anhaterhadapnya atau kalian mengakui bahwa dia
adalah ibunda kaum mukminin, dan bahwa dia berada di sorga, atau saya
nasihatkan kepada kalian semua untuk menulis dalam penjelasan kalian itu satu
ungkapan “untuk orang-orang yang tertipu saja”. Berikut komentar saya terhadap
pernyataan kalian tersebut.
Karena saya sangat
faham tentang cara-cara licik syi’ah, maka terlebih dulu saya akan menjelaskan
bagaimana jawaban mereka. Kemungkinan terbaik, mereka akan menjawab bahwa “kami
mengingkari (memprotes) perayaan memalukan tersebut, dan kami tidak
menerimanya, dan ‘Aisyah menurut kami adalah seorang muslimah”. Ini adalah
tipuan yang masyhur dari mereka. Mereka akan menggunakannya untuk menipu, dan
itu adalah biasa. Karena di dalam ushul aqidah mereka disebutkan bahwa setiap
orang yang tidak beriman dengan kewalian Ali dan para imam setelahnya bukanlah
orang mukmin. Islam bukanlah syarat untuk selamat. Seluruh ulama Syi’ah telah
sepakat, yang dulu dan yang sekarang, tidak ada khilaf di antara mereka,
tentang aqidah imamah yang menyelisihi kaum muslimin, dan mereka mengkafirkan
kaum muslimin karenanya. Syi’ah berkeyakinan bahwa keimanan tidak akan sempurna
bagi seorang manusia hingga dia beriman dengan kewalian Ali (langsung setelah
nabi wafat). Jika dia tidak beriman, maka dia bukan orang mukmin sekalipun dia
beriman dengan rukun-rukun iman yang lain. Dan imamah ini, siapa yang tidak
mengimaninya, menurut Syi’ah dia telah kafir kepada Allah, dan sedikit dari
mereka menjadikannya sebagai orang fasiq yang tidak beriman.
Oleh karena itu,
termasuk perkara yang mustahil bila mereka berkeyakinan bahwa Abu Bakar, Umar,
Utsman, para sahabat secara umum, dan ‘Aisyah –mudah-mudahan Allah meridhai mereka
semua- serta kaum muslimin secara umum adalah orang-orang beriman. Akan tetapi
mereka hanya mengatakan sebagai orang-orang muslim saja, karenak penilaian
mereka sebagai orang mukmin akan meruntuhkan imamah yang itu merupakan asas
agama mereka, dan apa yang bertautan dengannya dari sifat ma’shum dan lainnya.
Setiap orang yang berbasa-basi dan berbaik sangka kepada mereka tidak
mengetahui bahwa dirinya adalah kafir menurut mereka, dan berhak kekal
selamanya di dalam api neraka berdasarkan kitab induk mereka.
Sesungguhnya saya
katakan kepada setiap orang muslim, bahwa kami, ketika mengkafirkan mereka yang
merayakan perayaan tersebut, bukan hanya karena mereka mengkafirkan ummahatul
mukminin dan para sahabat saja, akan tetapi karena ijma’ (kesepakatan) ulama
kaum muslimin yang menyatakan bahwa siapa yang menuduh, dan mencaci Ummul
Mukminin ‘Aisyah rodiallohu ‘anha maka dia telah kafir.
Ibnu Katsir rohimahulloh berkata dalam tafsir surat an-Nur (24):
‘Para ulamarahimahumullah, telah sepakat bahwa
siapa yang mencaci dan menuduhnya dengan tuduhan yang dituduhkan kepadanya,
maka dia kafir, karena menentang al-Qur`an.’ (Tafsirul Qur`anul ‘Azhim, (2/276)), beliau juga menyebutkan ijma’
tersebut dalam al-Bidayah wan-Nihayah (8/92).
Al-Qodhi Abu Ya’la
rohimahulloh berkata, ‘Siapa yang menuduh zina ‘Aisyah rodiallohu ‘anha dengan
apa yang Allah subhanahu wa ta’ala telah mensucikannya, maka dia telah kafir,
tanpa ada khilaf (perselisihan),’ (as-Sharimul Maslul (566-567))
Imam as-Subkiy rohimahulloh berkata, ‘Adapun fitnah terhadap
‘Aisyah rodiallohu ‘anha, wal’iyadzu billah, maka itu mewajibkan pembunuhan karena dua
perkara; salah satunya adalah bahwa al-Qur`an telah bersaksi akan kebersihannya
dari tuduhan tersebut, maka mendustakannya adalah kekufuran, dan menfitnahnya
termasuk kedustaan terhadapnya; yang kedua, bahwa dia adalah istri Nabi
shollallohu ‘alaihi wa sallam, menfitnahnya berarti menghina Nabi shollallohu
‘alaihi wa sallam, dan menghina beliau adalah kekufuran.’ (Fatawa as-Subki, (2/592))
Imam an-Nawawi rohimahulloh berkata dalam Syarah Shahih Muslim (17/117-118),
‘Kebersihan ‘Aisyah rodiallohu ‘anha dari tuduhan zina, adalah sebuah
kebersihan secara qath’i dengan nas al-Qur`an yang mulia, seandainya seseorang
yang meragukannya wal’iyadzu billah, maka dia menjadi kafir, lagi murtad
berdasarkan ijma’ seluruh kaum muslimin.’
Ibnu Qudamah al-Maqdisiy rohimahulloh berkata dalam Lum’atul I’tiqad (29), ‘Termasuk sunnah
adalah mengucapkan radhiyallahu ‘anha kepada istri-istri
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, ummahatul mukminin (ibunda kuam
mukmin) yang suci dan dibebaskan dari segala keburukan. Yang paling utama dari
mereka adalah Khadijah binti Khuwailid, dan ‘Aisyah as-Shiddiqah binti
ash-Shiddiq yang dibebaskan oleh Allah di dalam kitab-Nya, istri Nabi shollallohu
‘alaihi wa sallam di dunia dan akhirat. Maka barangsiapa menuduhnya dengan
apa-apa yang Allah telah membebaskannya, maka dia telah kafir kepada Allah yang
Maha Agung.’
As-Suyuthi rohimahulloh berkata dalam kitabnya al-Iklil fi Istinbathit Tanzil (19), ‘Para ulama
telah berdalil dengannya –ayat ifk- bahwa siapa yang menuduhnya, maka dia
dibunuh karena kedustaannya terhadap nash al-Qur`an. Para ulama berkata,
‘Menuduh ‘Aisyah adalah sebuah kekufuran, karena Allah subhanahu wa ta’ala
telah bertasbih kepada dirinya sendiri saat menyebutnya, seraya berfirman
[سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيْمٌ] Maha Suci Engkau, ini adalah sebuah
kebohongan yang nyata. Sebagaimana Dia bertasbih, mensucikan Dzat-Nya saat
menyebutkan apa yang orang-orang musyrik mensifati-Nya dengan istri dan anak.”
Ini adalah ucapan
orang-orang dahulu dari para imam semuanya, di dalamnya terdapat penjelasan
jelas bahwa umat ini telah sepakat bahwa siapa yang mencaci Ummul Mukminin
‘Aisyah rodiallohu ‘anha, serta menuduhnya dengan apa yang dituduhkan oleh para
penuduh maka sesungguhnya dia telah kafir, dimana dia mendustakan Allah,
terhadap berita berlepas dirinya ‘Aisyah dari tuduhan itu, berikut kesuciannya
rodiallohu ‘anha, dan sebagai hukumannya adalah dibunuh karena murtad dari agama
Islam.
Bahkan para imam kaum
muslimin telah mengungkapkan bahwa hanya sekedar membenci para sahabat saja
telah kafir. Mereka berdalil dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ
اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا
سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي
التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ
فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ
الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ
مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (٢٩)
“Muhammad itu
adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat
mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat
mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman
yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu
menjadi besarlah Dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan
hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang
kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka
ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath (48): 29)
Imam Malik rohimahulloh, dari ayat ini mengambil istinbath hukum
akan kekafiran orang yang membenci para sahabat, dikarenakan para sahabat
menjengkelkan mereka, dan siapa dijengkelkan oleh para sahabat maka dia kafir.
Imam syafi’i dan lainnya pun menyetujuinya. (As-Showa’iqul Muhriqah (317), Tafsir Ibnu Katsir (4/204))
Jika Imam Malik, dan
Imam Syafi’i rohimahulloh, serta selain mereka dari para Imam –mudah-mudahan
Allah merahmati mereka, mengungkapkan bahwa hanya sekedar membenci para sahabat
adalah kekufuran, maka bagiamana pula dengan mengkafirkan mereka, melaknat, mencaci,
serta menuduh mereka dengan perbuatan keji?!!
Ya Allah, atasMulah
urusan Yasir yang keji itu, dan orang-orang yang mengikuti jalannya. Lumpuhkan
tubuhnya dan bisukan lisannya. Jadikanlah dia berharap mati, dan tidak
menemuinya. Ya Allah, tampakkanlah kepada kami keajaiban kekuasaan-Mu pada
dirinya. Turunkanlah kepadanya hukuman dan balasan-Mu yang tidak akan tertolak
dari kaum pendosa. Ya Allah kuasakanlah atasnya tentara-tentara langit dan
bumi. Ya Allah jadikanlah dia sebagai satu tanda, dan pelajaran bagi
orang-orang yang mengambil pelajaran. Adzablah dia ya Allah sebagai azab dari
yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa. Ya Allah, potonglah tubuh-tubuhnya sepotong
demi sepotong, dan janganlah Engkau mematikannya hingga dia merasakan azab
setiap anggota tubuhnya. Ya Allah, kami memohon kepadaMu untuk mengabulkan, Ya
Jabbar, Ya ‘Azhim, Ya Qowiyu, Ya ‘Azizu, wahasbunallahu wani’mal wakil.
Semoga selawat dan
salam tetap tercurah kepada Nabi kita Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam,
kepada seluruh keluarga beliau, terutama para ummahatul mukminin, dan kepada
seluruh para sahabat semuanya. (AR)*