Sebagaimana diberitakan
Aljazeera (1/10/2015), Erdogan juga mengkritik standar ganda media barat dalam
memberitakan isu-isu tentang Mesir, kejadian di Turki, dan juga serangan Israel ke Jalur Gaza.
Erdogan menyatakan dirinya
mendapatkan undangan di sela-sela Sidang Umum PBB di New York akhir September
lalu, yang meminta dirinya duduk satu meja dengan sejumlah kepala negara
lainnya, termasuk di dalamnya Abdul Fatah As-Sisi.
Erdogan menegaskan dirinya
menolak undangan itu dan menyatakan duduk semeja dengan As-Sisi hanya
memberikan legitimasi. Erdogan juga menyatakan bahwa dirinya bukanlah pemimpin
yang kehilangan legitimasi (seperti halnya As-Sisi).
Hal tersebut di atas
disampaikan Erdogan baru-baru ini pada saat membuka secara resmi tahun ajaran
baru di salah satu universitas di Istanbul. (rem/dakwatuna)
Sumber: Aljazeera
PM Turki : Tak Ada Ruang Bagi
Assad Pada Pemerintahan Transisi Suriah
Dilansir Daily Sabah dikutip
Middle East Update, Turki tetap menentang setiap transisi politik di Suriah
yang melibatkan Bashar al-Assad, Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu
mengatakan pada hari Senin dalam sebuah klarifikasi dan penjelasan kebijakan
pemerintah Turki.
Turki adalah kritikus paling
vokal Assad sejak Suriah dilanda pertumpahan darah pada tahun 2011,Turki
menganggap diktator Suriah bertanggung jawab atas kekerasan yang telah
menewaskan ratusan ribu dan jutaan lainnya menjadi pengungsi , dan bersikeras
bahwa Assad harus disingkirkan.
Pekan lalu, Presiden Turki
Tayyip Erdogan membuat pernyataan bahwa Assad bisa menjadi bagian dari masa
transisi, mengacu pada isu yang digulirkan Amerika dan Rusia. Dia kemudian
mengatakan komentarnya tidak mewakili perubahan kebijakan pemerintah Turki.
Davutoglu, berada di New York
dalam rangka menghadiri sidang Majelis Umum PBB, mengatakan bahwa Turki akan
menerima apa pun solusi politik untuk Suriah, tetapi tidak akan menerima
keterlibatan Assad.
“Kami memiliki keyakinan
tanpa adanya al-Assad selama masa transisi, periode transisi tidak lama lagi
bisa dicapai. Kami percaya bahwa situasi ini akan berubah menjadi status quo
permanen. Keyakinan kami dalam hal ini tidak berubah,” PMTurki menambahkan.
Ankara telah lama
mempertahankan pendapat bahwa menyingkirkan Assad sangat penting untuk
menyelesaikan krisis kemanusiaan di Suriah. Saat ini Turki adalah tuan rumah
bagi populasi pengungsi terbesar di dunia dengan menampung lebih dari 2 juta
warga Suriah.
“Kami siap untuk bekerja sama
dengan negara manapun untuk melawan teroris,” kata Davutoglu, dan menambahkan
bahwa sangat penting untuk memiliki solidaritas dengan semua negara, termasuk
Rusia untuk memastikan bahwa masa transisi di Suriah berjalan damai.
Davutoglu kemudian bertemu
dengan para pemimpin AS dan Rusia untuk membahas perkembangan di Suriah dalam
sebuah KTT. KTT tersebut diadakan selama makan siang yang diselenggarakan oleh
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon di New York di sela-sela pertemuan Majelis
Umum PBB.
Juru bicara Perdana Menteri
tidak memberikan rincian tentang pertemuan dengan Barack Obama dan Vladimir
Putin, mereka menegaskan bahwa perdana menteri Turki juga bertemu dengan
Perdana Menteri Irak Haider al Abadi dan Perdana Menteri Lebanon Temmam Salam.
Sumber mengatakan Menteri
Luar Negeri Turki Feridun Sinirlioğlu dan kepala dinas intelijen Turki, Hakan
Fidan, hadir dalam pertemuan 35 menit dengan Abadi.
Pertemuan Davutoglu dengan
perwakilan dari Libanon, di markas PBB berlangsung selama 20 menit.Tidak ada
rincian yang dirilis tentang isi pertemuan.
Presiden Turki Erdogan juga
menyampaikan dalam pidatonya di Ankara pekan lalu, yang mengatakan: “. Tidak
ada yang bisa menerima masa depan Suriah dengan al-Assad. Tidak mungkin untuk
menerima orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan 300.000 sampai 350.000
orang, dia jelas seorang diktator.”
Red : Maulana Mustofa
http://www.antiliberalnews.com/2015/10/02/pm-turki-tak-ada-ruang-bagi-assad-pada-pemerintahan-transisi-suriah/