Dalam acara kajian pekanan
shahih Al-Bukhari di Masjid Al-Bukhari yang diisi oleh Ustadz Dr. Abdul
Muta’ali, membahas hadits tentang keutamaan-keutamaan sahabat, tabi’in dan
tabi’ut tabi’in sesuai sabda Rasulullah SAW: “Akan datang pada manusia suatu
zaman, ketika itu ada sekelompok orang yang berperang lalu orang-orang saling
bertanya di antara mereka, “apakah di antara kalian ada orang yang bersahabat
dengan Rasulullah SAW.” Lalu kelompok itu menjawab “ya ada” maka mereka diberi
kemenangan, kemudian akan datang lagi kepada manusia suatu zaman yang ketika
itu ada sekelompok orang yang berperang lalu ditanyakan kepada mereka, “apakah
di antara kalian ada yang bersahabat dengan sahabat Rasulullah SAW?” Mereka
menjawab “ya ada” maka mereka diberi kemenangan, kemudian akan datang lagi
kepada manusia suatu zaman yang ketika itu ada sekelompok orang yang berperang
lalu ditanyakan kepada mereka, apakah di antara kalian ada orang yang
bersahabat dengan orang yang bersahabat dengan sahabat Rasulullah SAW? Mereka
menjawab “ya ada”, maka mereka pun diberi kemenangan.
Menurut Ustadz Abdul Muta’ali
hadits ini menunjukan keutamaan sahabat, ia juga menyatakan bahwa tidak boleh
hukumnya mencari-cari kesalahan sahabat Rasulullah SAW, seluruhnya tanpa
kecuali. Siapa yang menghina sahabat berarti orang tersebut sangat tercela.
“Jika sudah berbicara tentang sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in, sudah stop,
selesai (jangan dicela, jangan dicari kesalahannya),” imbuh ulama yang pernah
mengenyam pendidikan di Sudan ini, di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Universitas
Indonesia (UI), Depok, hari Selasa sore (29/9).
Bahkan para sahabat seperti
Abu Sufyan dan Muawiyah bin Abu Sufyan wajib setiap Muslim menghormatinya dan
memuliakannya. Ustadz Abdul Muta’ali menyayangkan ada sekelompok orang yang
mengaku Muslim tapi suka mencela sahabat, baik Abu Bakar, Umar, Utsman,
Muawiyah dan Ummul Mukminin, Aisyah, radhiallahu’anhum. Kelompok pencela
sahabat tersebut tidak lain adalah kelompok Syi’ah yang sesat. Dalam kajiannya,
ulama yang juga direktur Kajian Islam dan Timur Tengah UI ini sempat
mengisahkan Perang Jamal dan Perang Siffin di masa kekhalifahan Ali bin Abi
Thalib serta menerangkan kejadian yang sebenarnya kepada puluhan hadirin di
Masjid Ukhuwah Islamiyah.
“Dalam Perang Jamal, Ummul
Mukminin Aisyah, mendengar informasi kelompok Ali akan memeranginya, sedang
pihak Ali mendengar informasi akan adanya sekelompok orang yang akan
memberontak Ali. Informasi itu tidak lain dari orang-orang munafik yang
menginginkan Islam terrpecah-belah,” ujarnya.
Sebagaimana keterangan Ustadz
Abdul Muta’ali, 5000 orang mati syahid saat perang Jamal, kalau orang Islam
berperang tidak akan ada yang mati sia-sia semuanya syahid, meski saling
berkonflik, jadi kedua belah pihak Perang Jamal sama-sama syahid.
Perang Siffin antara kubu
Muawiyah dan Ali, yang sebenarnya dikobarkan oleh orang-orang munafik yang
menyamar di kedua belah pihak baik di sisi Muawiyah dan Ali, baik Amr bin Ash
serta Abu Musa Al-Asy’ari semuanya tetap wajib dimuliakan. Peperangan mereka
karena ada salah komunikasi dan menerima informasi. Selain karena kaum munafik
yang memercik perang. Bahkan sampai sekarang karena ada kelompok yang begitu
membenci Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan, “di Suriah (di mana Syi’ah yang
berkuasa dalam pemerintahan) kuburan (makam) Muawiyah bin Abi Sufyan menjadi
tempat buang sampah, seperti Bantar Gebang (Bekasi) kalau di sini, itu di
Suriah (karena rezim penguasanya Syi’ah),” jelas Ustadz Abdul Muta’ali.
“Ketika disebut sahabat,
teman sahabat, dan teman dari temannya sahabat harusnya urusannya selesai,”
kata Ustadz Abdul Muta’ali yang sempat mengulanginya beberapa kali dalam
kajian.
“Kelompok Syi’ah sangat
mengkultuskan Husein yang terbunuh di Karbala, sedangkan Hasan tidak begitu
dihormati karena istrinya orang arab, kalau Husein yang terbunuh di Karbala itu
istrinya orang Persia,” terangnya. Itu sebabnya mengapa orang Syi’ah (termasuk
Syi’ah Indonesia yang berkiblat ke Iran)sangat mengkultuskan Husein tapi kurang
menghormati Hasan. Pangkal permasalahannya ialah masalah ras Persia (sekarang
Iran). Dahulu orang Syi’ah mayoritas asalnya dari Persia maka mereka
mengkultuskan Husein bin Ali bin Abi Thalib namun tidak begitu menghormati
Hasan bin Ali bin Abi Thalib.