Saturday, October 3, 2015

Makam Muawiyah Oleh Syi’ah Dianggap Tempat Pembuangan Sampah

istimewa
Dalam acara kajian pekanan shahih Al-Bukhari di Masjid Al-Bukhari yang diisi oleh Ustadz Dr. Abdul Muta’ali, membahas hadits tentang keutamaan-keutamaan sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in sesuai sabda Rasulullah SAW: “Akan datang pada manusia suatu zaman, ketika itu ada sekelompok orang yang berperang lalu orang-orang saling bertanya di antara mereka, “apakah di antara kalian ada orang yang bersahabat dengan Rasulullah SAW.” Lalu kelompok itu menjawab “ya ada” maka mereka diberi kemenangan, kemudian akan datang lagi kepada manusia suatu zaman yang ketika itu ada sekelompok orang yang berperang lalu ditanyakan kepada mereka, “apakah di antara kalian ada yang bersahabat dengan sahabat Rasulullah SAW?” Mereka menjawab “ya ada” maka mereka diberi kemenangan, kemudian akan datang lagi kepada manusia suatu zaman yang ketika itu ada sekelompok orang yang berperang lalu ditanyakan kepada mereka, apakah di antara kalian ada orang yang bersahabat dengan orang yang bersahabat dengan sahabat Rasulullah SAW? Mereka menjawab “ya ada”, maka mereka pun diberi kemenangan.
Menurut Ustadz Abdul Muta’ali hadits ini menunjukan keutamaan sahabat, ia juga menyatakan bahwa tidak boleh hukumnya mencari-cari kesalahan sahabat Rasulullah SAW, seluruhnya tanpa kecuali. Siapa yang menghina sahabat berarti orang tersebut sangat tercela. “Jika sudah berbicara tentang sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in, sudah stop, selesai (jangan dicela, jangan dicari kesalahannya),” imbuh ulama yang pernah mengenyam pendidikan di Sudan ini, di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Universitas Indonesia (UI), Depok, hari Selasa sore (29/9).
Bahkan para sahabat seperti Abu Sufyan dan Muawiyah bin Abu Sufyan wajib setiap Muslim menghormatinya dan memuliakannya. Ustadz Abdul Muta’ali menyayangkan ada sekelompok orang yang mengaku Muslim tapi suka mencela sahabat, baik Abu Bakar, Umar, Utsman, Muawiyah dan Ummul Mukminin, Aisyah, radhiallahu’anhum. Kelompok pencela sahabat tersebut tidak lain adalah kelompok Syi’ah yang sesat. Dalam kajiannya, ulama yang juga direktur Kajian Islam dan Timur Tengah UI ini sempat mengisahkan Perang Jamal dan Perang Siffin di masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib serta menerangkan kejadian yang sebenarnya kepada puluhan hadirin di Masjid Ukhuwah Islamiyah.
“Dalam Perang Jamal, Ummul Mukminin Aisyah, mendengar informasi kelompok Ali akan memeranginya, sedang pihak Ali mendengar informasi akan adanya sekelompok orang yang akan memberontak Ali. Informasi itu tidak lain dari orang-orang munafik yang menginginkan Islam terrpecah-belah,” ujarnya.
Sebagaimana keterangan Ustadz Abdul Muta’ali, 5000 orang mati syahid saat perang Jamal, kalau orang Islam berperang tidak akan ada yang mati sia-sia semuanya syahid, meski saling berkonflik, jadi kedua belah pihak Perang Jamal sama-sama syahid.
Perang Siffin antara kubu Muawiyah dan Ali, yang sebenarnya dikobarkan oleh orang-orang munafik yang menyamar di kedua belah pihak baik di sisi Muawiyah dan Ali, baik Amr bin Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari semuanya tetap wajib dimuliakan. Peperangan mereka karena ada salah komunikasi dan menerima informasi. Selain karena kaum munafik yang memercik perang. Bahkan sampai sekarang karena ada kelompok yang begitu membenci Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan, “di Suriah (di mana Syi’ah yang berkuasa dalam pemerintahan) kuburan (makam) Muawiyah bin Abi Sufyan menjadi tempat buang sampah, seperti Bantar Gebang (Bekasi) kalau di sini, itu di Suriah (karena rezim penguasanya Syi’ah),” jelas Ustadz Abdul Muta’ali.
“Ketika disebut sahabat, teman sahabat, dan teman dari temannya sahabat harusnya urusannya selesai,” kata Ustadz Abdul Muta’ali yang sempat mengulanginya beberapa kali dalam kajian.
“Kelompok Syi’ah sangat mengkultuskan Husein yang terbunuh di Karbala, sedangkan Hasan tidak begitu dihormati karena istrinya orang arab, kalau Husein yang terbunuh di Karbala itu istrinya orang Persia,” terangnya. Itu sebabnya mengapa orang Syi’ah (termasuk Syi’ah Indonesia yang berkiblat ke Iran)sangat mengkultuskan Husein tapi kurang menghormati Hasan. Pangkal permasalahannya ialah masalah ras Persia (sekarang Iran). Dahulu orang Syi’ah mayoritas asalnya dari Persia maka mereka mengkultuskan Husein bin Ali bin Abi Thalib namun tidak begitu menghormati Hasan bin Ali bin Abi Thalib.