Masya Allah, begitu khusyunya baca Al-Qur'an
Jabhah Nusrah Resmi Akan
Memisahkan Diri Dari Al-Qaidah, Ini Alasannya
Jabhah Nushrah, atau yang dikenal juga Al-Qaidah Suriah merupakan salah satu fraksi jihad terbesar dan terkuat dalam revolusi dan jihad Suriah yang meletus sejak 2011 di samping ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) dan Ahrar Syam. Jabhah Nushrah awalnya memfokuskan diri untuk menumbangkan rezim Syi’ah Alawi-Nushairiyah pimpinan diktator Basyar Al-Asad yang membunuhi Ahlu Sunnah Suriah demi mempertahankan kekuasaannya.
Jabhah Nushrah merupakan
pendukung terkuat para pejuang revolusi Suriah karena kesatuan paham Ahlu
Sunnahnya, di sekitar tahun 2012-2013 Jabhah Nushrah merupakan harokah Islam yang
terlibat revolusi dan jihad paling dicintai rakyat Suriah. Sebagaimana
diketahui mayoritas warga Suriah yang menginginkan tumbangnya rezim Syi’ah
tidak benar-benar satu paham sekalipun sama-sama ingin menggulingkan
pemerintahan tirani Al-Asad. Ada pula dari kalangan rakyat Suriah pro-revolusi
yang menginginkan tumbangnya rezim namun lantas diganti dengan demokrasi Barat
meskipun jumlahnya jauh lebih sedikit dari yang menginginkan Suriah menerapkan
sistem Syariah Islam dan Kekhalifahan. Dengan begitu, harokah jihad pimpinan
Syiakh Abu Muhammad Al-Julani ini sesungguhnya telah meraih simpatik hampir
seluruh lapisan masyarakat Ahlu Sunnah Suriah.
Tetapi dari mana para pejuang
Jabhah Nushrah mendapatkan senjata-senjata? Di kala dunia seolah memboikot
Suriah?
Mujahidin Jabhah Nushrah
mendapatkan senjata-senjata api awalnya dari tentara-tentara Suriah yang
melakukan desersi, yang oleh publik dunia tentara-tentara desersi pro-revolusi
dikenal sebagai Free Syrian Army (Tentara Pembebasan Suriah). FSA berbeda dengan
Jabhah Nushrah, Ahrar Syam dan ISIS karena bukan harokah atau pun ormas,
melainkan sebutan bagi tentara-tentara Suriah yang membelot membantu mayoritas
warga Suriah menumbangkan rezim tirani Syi’ah yang sudah berkuasa lima dekade.
Kadang pula Jabhah Nushrah
mendapatkan senjata dari tentara-tentara yang ‘butuh makan’ hingga menjual
senjatanya. Sebagian personil Jabhah Nushrah senior mendapatkan senjata serta
keahlian merakit membuat bom dari Irak. Negara Islam Iraq (embrio dari ISIS)
memiliki kesamaan ideologi dengan embrio Jabhah Nushrah, bahkan Syaikh Abu
Muhammad Al-Julani, amir Jabhah Nushrah, merupakan mantan mujahidin saat
Amerika Serikat (AS) menginvasi Irak tahun 2003, serta sempat menjalin hubungan
dengan Syaikh Abu Mus’ab Zarqawi (amir Al-Qaidah Irak) dan Abu Umar Al-Baghdadi
(amir Negara Islam Irak, embrio ISIS). Dengan pengalaman perang dari Perang
Irak beberapa tahun yang lampau, senior-senior Jabhah Nushrah merupakan pejuang
jihad paling mumpuni di medan perang Suriah. Terbukti saat AS dan koalisinya
ramai-ramai menggempur Suriah dengan dalih menghancurkan ISIS mulai September
tahun 2014, Jabhah Nushrah masih tetap eksis bahkan menunjukkan kekuatan yang
semakin besar waktu demi waktu.
Dahulu di tahun 2010, masa
embrionya Jabhah Nushrah, sudah memiliki 5000 personil. Sekarang perkiraan
kasar personil Jabhah Nushrah bisa mencapai belasan hingga puluhan ribu orang,
tidak termasuk simpatisannya.
Sebagaimana pasukan perang,
berbagai fraksi mujahidin punya gaya menyerang sendiri-sendiri. Ciri khas perang
Jabhah Nushrah tidak terlalu sporadis sebagaimana ISIS dan pendahulu mereka
dari mujahidin-mujahidin Irak, namun lebih pada taktik gerilya. Menurut Syaikh
Abdullah bin Abdul Aziz -yang uraiannya banyak dirujuk dalam artikel ini-,
seorang pakar analisis jihad Al-Qaidah dan Suriah, besar kemungkinan dana-dana
jihad Jabhah Nushrah berasal dari para pendonor dari negara-negara teluk yang
bersimpatik pada mujahidin, selain tentunya sokongan dana dari rakyat Suriah
yang menganggap Jabhah Nushrah sebagai ujung tombak revolusi.
Jebakan ranjau khas Jabhah
Nushrah kerap kali membunuhi tentara militer rezim Suriah, taktik gerilya lain
ialah mengepung kota-kota strategis untuk memotong jalur suplai rezim Al-Asad.
Tidak ketinggalan, penyamaran-penyamaran menyusup ke kantor-kantor pemerintahan
dengan menyamar sebagai pegawai negeri juga menjadi gaya khas jihad mereka
serta menaruh bom-bom dalam kopor demi membunuh sasaran.
Taktik perang gerilya seperti
bom mobil untuk menghancurkan tempat musuh atau pun gedung-gedung meskipun ada
namun jumlahnya sedikit dibanding di Irak, karena menghindari korban kaum
Muslimin yang tidak bersalah. Oleh karena itulah, Jabhah Nushrah mendapat
banyak simpati rakyat Suriah karena tidak mengorbankan kaum Muslimin awam demi
menyerang musuh.
Kekuatan militer rezim yang
berada pada pesawat tempurnya membuat Jabhah Nushrah harus mengepung
bandara-bandara militer, merebut atau menghancurkan pesawat militer rezim
Syi’ah.(ilham)
Mengenal
Jabhah Nushrah yang diterima masyarakat
Korban jiwa serangan udara rumah
sakit Aleppo capai 50 orang, rezim Assad mengelak Militan SDF Kurdi
dukungan AS bunuh puluhan pejuang oposisi Suriah dalam bentrokan di Aleppo
utaraMaksiat mulai menggeliat di kota Damaskus yang dikontrol rezim Assad, kota
oposisi makin relijius.Setelah ibukota propinsi Idlib direbut dari rezim Asad
akhir Maret 2015 oleh koalisi pejuang oposisi Jaisyul Fath, pemimpin Jabhah
Nushrah (JN), Abu Muhammad al-Jaulani dalam pernyataan audionya menyatakan 3
hal penting:
1. Ucapan selamat kepada penduduk
Idlib setelah bebasnya kota ini dari tentara Nushairiyah (pro Asad) dan
berjanji bahwa JN hadir dengan akhlak yang baik dan sikap yang mulia bagi
penduduk Idlib.
2. Penegasan bahwa JN tidak
berambisi memonopoli kontrol kota atau menunjuk pihak lain secara sepihak.
Namun hal ini (kontrol Idlib) akan diamanahkan kepada siapapun sesuai hasil
musyawarah koalisi pejuang oposisi.
3. Pembentukan lembaga peradilan
syari'ah serta lembaga penyuluhan/bimbingan dengan segera dan sebaik-baiknya
yang terdiri dari koalisi pejuang oposisi untuk menyelesaikan segala ketertiban
sipil dan urusan masyarakat.
Langkah Jabhah Nushrah ini
dipandang bertolak belakang dengan ISIS (sempalan al-Qaeda), dimana ISIS
berupaya memonopoli seluruh kekuasaan di bawah kaki Ibrahim al-Baghdadi. Upaya
ISIS tersebut memunculkan konflik besar, pertama kali terjadi pada akhir 2013.
Ketika itu ISIS memaksa semua kelompok oposisi berbaiat setia pada al-Baghdadi.
Menurut para pengamat, al-Qaeda
berusaha "mereformasi" cara kerjanya sehingga membedakan diri dari si
"anak durhaka", ISIS, yang dinilai haus darah dan kekuasaan. Al-Qaeda
di bawah pimpinan Dr. Ayman Zawahiri mencoba mengambil pendekatan yang
pragmatis, fokus dan kondisional. Yaitu merangkul dukungan atau mengambil hati
masyarakat. Cara kerja terbaru al-Qaeda ini mirip dengan strategi politik
gerakan "Ikhwanul Muslimin", dimana Dr. Ayman pernah terlibat di
dalamnya. Ia juga meminta simpatisan al-Qaeda untuk tidak melakukan kebrutalan
terhadap warga sipil (baik itu Alawite, Rafidhy, Kristen, Druze dan lain-lain).
Alasannya agar tidak menimbulkan perlawanan lebih besar yang justru bisa
menguntungkan pasukan musuh. Bahkan September 2014, JN pernah melepas begitu
saja utusan penjaga perdamaian PBB di wilayah dataran tinggi Golan yang mereka
tangkap.
Al-Qaeda akan membangun
harmonisasi dengan kekuatan lokal, bahkan dengan rival demi mengontrol wilayah
yang memiliki kepentingan tertentu. Kelompok lain yang dinilai melakukan
kesalahan akan diberikan uzur dan juga nasehat versi mereka. Pendekatan ini
mendatangkan berbagai keberhasilan bagi al-Qaeda. Yang paling signifikan adalah
fenomena Jabhah Nushrah di Suriah.
Membandingkan al-Qaeda satu
dekade lalu yang mengandalkan propaganda "melawan kafir harbi dan
sekuler" sehingga membangkitkan solidaritas kuat diantara para Jihadi dan
Takfiri, namun tidak berarti apa-apa di mata masyarakat Islam dunia. Malah di
dunia Islam, al-Qaeda menjadi identik sebagai pabrik "pembom bunuh
diri" dan "takfiri". Kesan buruk ini didapatkan setelah
berkali-kali anggota atau simpatisan al-Qaeda melakukan aksi bom bunuh diri di
negara-negara aman yang mengakibatkan jatuhnya korban tidak bersalah.
Reformasi gerakan al-Qaeda di
bawah Dr. Ayman dimulai dari Yaman melalui anak cabang mereka, AQAP (Al-Qaeda
Arabian Peninsula). AQAP memulai dengan mendekati kabilah-kabilah Yaman dan
memfasilitasi mereka menuju suatu tujuan sesuai roadmap AQAP. Cetak biru ini
kemudian diterapkan di Suriah, dengan Jabhah Nushrah sebagai motornya. Al-Qaeda
Suriah banyak belajar dari kesalahan perjuangan al-Qaeda di Irak yang banyak
disusupi intelejen partai Ba'ats. Rentetan kesalahan perjuangan di Irak
tersebut pada akhirnya melahirkan ISIS.
Pasca meletusnya revolusi,
kondisi Suriah menguntungkan bagi al-Qaeda, dimana masyarakat Islam bangkit
melawan pemerintah Basyar dan Syi'ah. Keadaan herois, Islamis, serta bernuansa
perjuangan membuat JN berkembang pesat dengan mayoritas anggotanya asli Suriah
meski terdapat beberapa anggota asing (muhajirin). Melalui langkah luwes para petinggi
dan konseptornya, JN dapat bersekutu dengan faksi-faksi lainnya dan menerapkan
fokus hanya pada perjuangan di dalam Suriah. Bahkan JN pernah menyatakan tidak
akan meluaskan operasi keluar Suriah atau melawan barat secara langsung. Dalam
wawancara dengan Al-Jazeera, JN menegaskan konfrontasi yang telah dan akan
terjadi di luar Suriah adalah urusan al-Qaeda, bukan JN.
Afliasi JN dengan al-Qaeda
membuat mereka dilabeli sebagai kelompok "teroris" oleh berbagai
negara termasuk Turki dan Saudi (dua negara pendukung utama revolusi). Meski
demikian, fakta di lapangan dalam perang melawan rezim Assad dan ISIS,
faksi-faksi dukungan Turki maupun negara-negara Arab bisa mesra berkoalisi
dengan JN.
Awal 2014, Jabhah Nushrah sempat
pontang-panting ketika pecah kongsi dengan ISIS. Banyak anggota mereka ganti
baju mendukung al-Baghdadi yang mendeklarasikan diri sebagai
"khalifah". Namun al-Jaulani berhasil membangun ulang kekuatannya
hingga berpuncak pada pembebasan ibukota propinsi Idlib dimana JN menjadi salah
satu aktor paling berpengaruh dalam koalisi Jaisyul Fath.
Terkait penerapan syari'at Islam
di Suriah, JN tidak mengandalkan pendekatan kekuatan serta aksi represif
terhadap masyarakat. Mereka tahu Muslim di Suriah adalah kaum terzhalimi dan
dijauhkan dari Islam oleh rezim Asad selama puluhan tahun. Pemaksaan hanya akan
menimbulkan sikap mendua dari masyarakat. Di depan JN mereka tunduk dan patuh,
namun di belakangnya mereka menolak keras. JN juga menggunakan pendekatan
persuasif berupa dakwah intensif dan menyeluruh kepada masyarakat. Salah
satunya soal menangani masalah rokok.
Hubungan JN dengan pemerintah
negeri-negeri Muslim
Al-Jaulani menyatakan Jabhah
Nushrah tidak memiliki hubungan dengan pemerintah negara manapun. Adapun
dukungan yang diterima dari luar negeri sifatnya adalah bantuan pribadi. Secara
visi global, mereka merupakan "anak ideologis al-Qaeda". Menginginkan
"selurut umat Islam bersatu dengan mujahidin", untuk mencapai
kejayaan Islam sebagaimana roadmap mereka.
Selain itu al-Jaulani juga
menuduh pemimpin-pemimpin Arab hanya berusaha mempertahankan kekuasaannya saja
dan terus menjual kekayaan bumi Islam pada Barat, mereka sama sekali tidak
menolong kepentingan Islam. Satu-satunya yang diklaim JN akan membawa kejayaan
Islam adalah dengan cara Jihad fi sabilillah, bukan politik atau apapun. Dengan
pandangan yang sesuai induknya, tentu saja JN dianggap sebagai ancaman oleh
pemerintah Arab dan Barat, namun dengan takaran lebih kecil daripada ISIS.
Kritik pada Jabhah Nushrah di
Suriah
Oleh kelompok oposisi pro
demokrasi, Jabhah Nushrah dan al-Qaeda seringkali dituduh sangat
"lembek" terhadap ISIS, yang telah dianggap oleh JN sebagai Khawarij
atau ghullat takfiri, namun sangat tegas terhadap kelompok yang dinilai sebagai
"sekuler", "nasionalis", "pro demokrasi" dan
"pro barat".
Hal ini terbukti dari perang
terhadap SRF (pimpinan Jamal Ma'rouf) dan Harakah Hazm di wilayah Idlib dan
Aleppo. Dalam waktu singkat JN berhasil menghancurkan organisasi SRF dan Hazm.
Konflik yang mulanya adalah tuduhan penculikan dan pembunuhan terhadap para
muhajirin oleh anggota SRF, serta berbagai tuduhan tindakan kriminal lainnya,
dalam begitu cepat berkembang menjadi perang terbuka. Jabhah Nushrah langsung menyatakan
perang pada "antek Barat", SRF dan Hazm. Konflik tersebut segera
menghancurkan kedua kelompok itu di Idlib, Aleppo dan sekitarnya.
Sikap JN pada kelompok oposisi
pro demokrasi tersebut berbeda dengan sikap mereka pada ISIS. Di awal konflik
ISIS juga membunuh dan menculik tokoh-tokoh penting JN, bahkan merampas wilayah
hingga mengirim bom bunuh diri. Namun berbagai upaya "islah",
"nasehat", "korespondensi" terus diusahakan untuk mencegah
pertumpahan darah. Ironisnya, walau sudah menjadi korban pembunuhan ISIS, saat
itu al-Qaeda masih menahan diri untuk perang terbuka dengan ISIS karena
memandangnya sebagai saudara yang dapat diajak berdamai. Dalih yang umum
diajukan al-Qaeda adalah "ISIS masih muslim". Deklarasi perang
terbuka JN pada ISIS baru dilaksanakan Agustus 2015, oleh pernyataan Syaikh
al-Mishri.
Baru-baru ini JN kembali dikritik
karena titik-titik aset operasional mereka berada sangat dekat dengan keramaian
warga sipil. Walau hanya gedung pengadilan sipil, bagi koalisi Amerika,
keberadaan aset tersebut sudah cukup menjadi pembenaran untuk menjatuhkan bom.
Dimana hasilnya malah lebih banyak menghabisi warga sipil daripada anggota JN.
Pada fase serangan udara Rusia baru-baru ini, kritik tersebut muncul kembali.
Namun JN bertindak cepat dengan memindahkan lokasi operasional mereka menjauhi
keramaian warga sipil.
Kritikan kali ini nyaris tidak
terdengar sebab langkah JN yang berkaca pada kesalahan masa lalu, juga
antisipasi kebrutalan Rusia yang terang-terangan membantai di lokasi warga
sipil tanpa peduli ada atau tidaknya aset militer di sana. Terbukti pada hari
Sabtu ini (9/1), sebuah penjara sipil di Ma'arat Nu'man dibom oleh Rusia,
sehingga membunuh puluhan orang.
(Dari berbagai sumber, oleh
redaksi Risalah)
Pejuang
Suriah Kembali Bersatu di Bawah Aliansi Jaisyul Halab
Geliat perang selalunya
mempunyai kendala dan masalah internal tersendiri di dalamnya. Tak terkecuali
dalam kancah jihad Suriah untuk melawan tentara rezim Assad dan para sekutu
agresornya. Tetapi, di samping adanya masalah internal, sebuah organisasi
perjuangan juga tidak lepas dengan kata aliansi untuk menguatkan upaya mereka
dalam melengserkan rezim Suriah.
Beberapa kelompok
oposisi Suriah yang berbasis di dan sekitar kota Aleppo telah bersatu di bawah
kepemimpinan mantan amir Ahrarus Syam, Hashem Al-Sheikh yang masih memiliki
hubungan dengan kelompok jihad Al-Qaidah.
Aliansi pejuang baru ini
bernama Jaisyul Halab. Namun, tidak satupun dari konstituennya yang menggunakan
nama itu. Selain Ahrarus Syam, lima kelompok dari Tentara Pembebasan Suriah
(FSA) Divisi 101, Divisi ke-16, Resimen Pertama, Brigade Gunung Falcons dan
Divisi Sultan Murad serta Gerakan Islam Nuruddin Al-Zanki juga telah bergabung
di dalamnya.
Namun untuk faksi jihad
Al-Qaidah di Suriah, Jabhah Nushrah belum masuk dalam jajaran anggota aliansi
militer ini. Meski demikian, mereka hampir pasti akan bekerja sama dengan
Jabhah Nushrah, karena beberapa dari konstituennya, terutama Ahrarus Syam dan
Gerakan Nuruddin Al-Zanki, telah lama berjuang bersama-sama dengan para anggota
afiliasi Al-Qaidah di medan perang.
Dalam segi formasi,
pasukan pejuang oposisi di Aleppo telah melakukan reshuffle berkali-kali selama
perang berlangsung. Untuk Jaisyul Halab sendiri hanya merupakan aliansi militer
yang baru dibentuk dalam menanggapi serangan rezim Assad dan sekutunya,
termasuk Rusia yang telah membantu dalam bentuk serangan udara selama ini.
Figur Hashem Al-Sheikh
(Veteran Jihad)
Berbicara mengenai figur
pemimpin, Hashem Al-Sheikh yang dikenal sebagai Abu Jaber merupakan seorang
pemimpin para veteran jihad. Al-Sheikh mengambil alih jabatan amir Ahrarus Syam
pada bulan September 2014, setelah kader pemimpin kelompok tersebut gugur dalam
ledakan misterius. Untuk itu, dia melanjutkan peran pemimpin selama satu tahun
sebelum dirinya secara sukarela mengundurkan diri pada bulan September 2015.
Pada bulan April 2015,
Al-Jazeera menyiarkan wawancara panjang dengan Al-Sheikh, yang mengeluhkan
peran Jabhah Nushrah sebagai cabang dari Al-Qaidah. Al-Sheikh berpendapat bahwa
kesetiaan Jabhah Nushrah kepada Al-Qaidah telah menyakiti revolusi Suriah.
Komandan Ahrarus Syam lainnya juga telah membuat argumen yang sama. Mereka
mengklaim bahwa kehadiran secara terang-terangan yang dilakukan Jabhah Nushrah
telah menghambat upaya untuk menggulingkan rezim Assad karena membawa
prespektif yang tidak diinginkan oleh masyarakat internasional.
Mengenai pandangan
terhadap Al-Qaidah, Komandan Ahrarus Syam ini juga menyadari bahwa
negara-negara Teluk yang menentang rezim Assad tidak akan memberikan bantuan
yang banyak jika ada Al-Qaidah di dalamnya, meskipun diakui bahwa Al-Qaidah
adalah pemain yang kuat di lapangan.
Pada awalnya pemimpin
senior Al-Qaidah mencoba untuk menyembunyikan afiliasi mereka dengan Jabhah
Nushrah karena alasan ini. Al-Qaidah juga ingin menghindari perhatian yang
tidak diinginkan yang datang dengan nama Al-Qaidah dengan membangun pasukan
militer dan fokus pada menumbangkan Assad.
Akan tetapi hasil dari
sengketa terbuka dengan ISIS pada April 2013, membuat pemimpin Jabhah Nushrah,
Abu Muhammad Al-Jaulani mengungkapkan kesetiaannya kepada Ayman Az-Zawahiri.
Akan tetapi, nampaknya ungkapan ini menuai kritik dari pimpinan Al-Qaidah dan
mencatat bahwa Al-Qaidah tidak memberikan izin untuk mengumumkan kesetiaan atau
mengungkapkan koneksi afiliasi.
Walau telah mengetahui
hal ini, Ahrarus Syam tetap melakukan kerja sama militer dengan Jabhah Nushrah
setiap harinya selama masa kepemimpinan Al-Sheikh, atau setelah dia
mengundurkan diri. Ahrarus Syam dan Jabhah Nushrah sendiri lantas membentuk
sebuah koalisi militer pada tahun 2015.
Dari serangkaian
kelompok bentukan koalisi ini yang paling sukses adalah Jaisyul Fath, yang
menyerbu pasukan Assad di provinsi Idlib pada bulan Mei 2015, dimana Al-Sheikh
masih menjadi pemimpin bagi keseluruhan Ahrar. Mereka juga bersama-sama
menciptakan Ansharus Syariah di Aleppo.
Untuk saat ini aliansi
militer ini tampaknya sudah tidak berfungsi, karena kelompok tersebut tidak
menghasilkan propaganda yang mencakup keberadaan Ansharus Syariah .
Al-Sheikh juga kerap
kali memuji para mujahid yang gugur, termasuk anggota Jabhah Nushrah yang gugur
dalam serangan martir. Misalnya pada 26 Februari 2015, melalui akun twitter ia
meminta Allah untuk “menghibur saudara-saudara kita tercinta di #Al nushra mengenai
tiga pejuang yang gugur”, termasuk salah satunya adalah seorang amir dari Gurun
Suriah. Baru-baru ini, komandan Ahrarus Syam melalui sebuah pidato juga
menghormati gugurnya almarhum Abu Rateb Al-Homsi yang merupakan pejuang Jabhah
Nushrah.
Melalui sebuah artikel
yang diterbitkan pada bulan November 2015, media Safir yang berbasis di Beirut
menjelaskan bahwa Al-Sheikh merupakan mantan mujahidin Irak di bawah
kepemimpinan Abu Mus’ab Az-Zarqawi yang mendirikan Al-Qaidah di wilayah
tersebut. Akan tetapi sumber lainnya mengatakan, Al-Sheikh merupakan
fasilitator jihad yang mengorganisir gerakan mujahidin saat bepergian melalui
Suriah ke Irak, yang mana mereka juga berjuang untuk menghancurkan tentara
Amerika dan boneka Iraknya.
Pada tahun 2005
Al-Sheikh ditangkap dan dijatuhi hukuman beberapa tahun penjara di Sednaya yang
merupakan penjara terkenal Bashar Assad. Namun dia berhasil dibebaskan setelah
pemberontakan dimulai di Suriah pada tahun 2011 dan menjadi komandan senior
sejak keluar dari jeruji besi.
Di bawah
kepemimpinannya, Ahrarus Syam juga secara terbuka memuji peran Taliban dan
almarhum pemimpinnya Mullah Omar untuk menunjukkan “bagaimana membangun Emirat
Islam di hati orang-orang sebelum menjadi kenyataan di lapangan”.
Gerakan Nuruddin
Al-Zanki
Salah satu kelompok
oposisi terkuat dari aliansi baru Jaisyul Halab adalah gerakan Nuruddin
Al-Zanki. Gerakan tersebut merupakan sebuah organisasi Islam yang telah
menerima rudal anti-tank TOW buatan Amerika.
Nama Zanki, seperti yang
biasa dikenal, telah mempertahankan hubungan dengan beberapa aktor di sejumlah
daerah dalam menumbangkan rezim Assad. Tercatat di tahun 2014, kelompok
tersebut mendapat sokongan dari Turki. Tetapi hal ini telah bergeser dan kini
mereka tengah setia kepada Qatar setelah pemimpinnya, Sheikh Tawfiq Syihabuddin
melakukan kunjungan ke Doha. Namun, ada kemungkinan bahwa Zanki telah
mempertahankan hubungan baik dengan Turki dan Qatar.
Sejumlah rudal TOW yang
telah mereka terima ini sendiri disediakan oleh Pusat Operasional Militer (MOC)
di Turki. Menteri Perhubungan Turki juga melaporkan kepada staf personil dari
berbagai negara, termasuk pejabat CIA. Salah satu komandan mengatakan kepada
Voice of Amerika, Zanki telah menggunakan senjata TOW pada 2015 dengan baik.
Selain Turki dan Qatar, Zanki
juga telah mempertahankan hubungan dengan Arab Saudi. Gerakan tersebut mengirim
perwakilan ke konferensi Riyadh untuk melengserkan Assad. Selain itu, gerakan
dari Jaisyul Halab ini juga memuji keputusan Arab Saudi untuk memutuskan
hubungan diplomatik dengan Iran pada bulan Januari.
Meskipun Zanki telah
diperiksa CIA dan menerima rudal TOW yang dibuat di Amerika Serikat, namun
mereka tetap bekerja sama dengan Jabhah Nushrah. Bahkan pemimpin Zanki, Sheikh
Tawfiq Syihabuddin membela keputusan Jabhah Nushrah dalam melawan Faksi Suriah
Revolusioner (SRF), yang mendapat dukungan dari Barat, pada akhir 2014.
Terlepas dari kenyataan
bahwa SRF bekerjasama dengan Jabhah Nushrah, Tetapi cabang Al-Qaidah di Suriah
ini memutuskan untuk tidak bekerja sama dengan SRF dan pemimpinnya, Jamal
Maarouf di barat laut Suriah.
Mengenai kasus ini
Sheikh Syihabuddin menyalahkan SRF, dan menyatakan bahwa, “Korupsi dari Suriah
Revolusioner (SRF), yang dipimpin oleh Jamal Maarouf, adalah penyebab Jabhah
Nushrah melawannya.”
Geliat antara Jabhah
Nushrah, Ahrarus Syam dan Nuruddin Al-Zanki
Antara Jabhah Nushrah,
Ahrarus Syam, dan faksi Nuruddin Al-Zanki rupanya telah lama bersekutu melawan
Kurdi di Aleppo. Nyatanya pada bulan Mei 2015, 15 fraksi menandatangani pakta
untuk membantu orang-orang tertindas dari lingkungan Sheikh Maqsud, Aleppo dan
mengusir agresi militer, baik dengan cara damai atau perang.
15 fraksi yang menadatangani hal ini, yang termasuk Jabhah
Nushrah, Ahrar dan Zanki, menyalahkan Milisi Unit Pertahanan (YPG) karena telah
melakukan serangan berulang kali di lingkungan etnis Kurdi dan Arab tersebut.
Meskipun Jabhah Nushra dan Zanki tidak resmi menjadi bagian
dari koalisi di Aleppo pada saat itu, tapi perjanjian itu menunjukkan bahwa
mereka bekerja satu sama lain dalam menghadapi pasukan Kurdi, yang mendapat
bantuan dari Amerika untuk memerangi ISIS di Suriah utara.
Pada bulan Agustus 2015, seorang tokoh senior organisasi
Al-Qaidah di Suriah membela hubungan mereka dengan gerakan Zanki, dengan alasan
mereka adalah salah satu dari kelompok FSA yang harus diperhitungkan sebagai sekutu
dalam memerangi rezim Assad.
Dalam sebuah sesi wawancara, Abu Firas As-Suri membahas
persaingan Jabhah Nushrah dengan Negara Islam (ISIS) secara panjang lebar.
As-Suri yang merupakan anggota senior Al-Qaidah dan kini duduk di Dewan Syura
Jabhah Nushrah ini menjelaskan bahwa ISIS telah mengkritik Jabhah Nushrah
karena bekerja sama dengan FSA.
Menyikapi tuduhan ini, Abu Firas menganggap ISIS keliru,
karena faksi FSA bersekutu dengan Jabhah Nushrah tidak dalam persoalan
ideologis mereka sendiri, mereka juga bersedia untuk mengadili setiap sengketa
di pengadilan syariah umum, dan berjuang untuk menghancurkan rezim Assad.
“Kelompok-kelompok FSA mengatakan bahwa mereka siap untuk
apa pun sesuai dengan syariah Islam dan kita mendelegasikan untuk menerapkan
putusan dari syariah pada mereka,” jelas Suri. Akan tetapi pihak ISIS masih
menolak kerjasama ini dan bagaimanapun mereka mamandang faksi FSA adalah kafir.
“Kami mengatakan kepada mereka untuk berhenti bermain-main.
FSA merupakan sektor yang sangat luas, itu bukan kelompok yang terorganisir. FSA
terdiri dari banyak kelompok yang kemudian terdaftar sebagai organisasi anggota
FSA yang diterima sekutu,” tambahnya.
Tokoh senior Al-Qaidah ini juga menganggap FSA memiliki
ideologi yang bisa diterapkan kepada para pengikutnya, termasuk gerakan Nuruddin
Al-Zanki yang telah bekerja sama dengan pejuang Jabhah Nushrah dalam kancah
jihad Suriah.
“Bukan berarti FSA tidak memiliki ideologi yang dapat
diterapkan pada pengikutnya, termasuk gerakan Imaduddin Al-Zanki. Yang penting
adalah mereka melawan rezim Assad,” bebernya.
Walau begitu, laporan dari The Long War Journal mengatakan
bahwa anggota Zanki dan Jabhah Nushrah tengah bentrok di sebuah pos pemeriksaan
di akhir September dan awal Oktober 2015. Setelah iut, biro politik gerakan
Zanki mencela Jabhah Nushrah melalui Twitter yang diterbitkan dalam bahasa
Inggris dan Arab.
Namun, pertikaian di antara mereka tidak menyebabkan
keretakan permanen antara keduanya. Sebaliknya, pihak Zanki telah memenuhi
tuntutan Jabhah Nushrah dengan meminta maaf melalui surat tertulis.
“Kritik yang kalian tuduhkan tidak mewakili posisi resmi
gerakan [Zanki] dan kami berhutang budi atas pembebasan tuduhan dari
saudara-saudara kita atas apa yang dikaitkan dengan mereka terkait tuduhan,
sindiran, dan fitnah kepada Tuhan yang Maha Esa, dan kami hanya berpikir dengan
benar dari mereka,” bunyi salah satu kalimat dalam surat tersebut.
“Hubungan antara kami dan saudara kami Jabhah Nushrah adalah
melanjutkan istilah yang lebih baik dari apa yang terjadi pada masa lalu, dan
kejadian ini yang terjadi antara kami tidak akan menghalangi kita untuk terus
semangat memperkuat ikatan persaudaraan Islam antara kami dan mereka, dan yang
mewajibkan kita (agama) untuk bekerja sama dan menggabungkan upaya dan melawan
musuh agresor,” lanjutan untaian kata maaf dari Zanki..
Pernyataan ini sendiri berakhir dengan pertemuan di antara
pihak Imaduddin Al-Zanki dan Jabhah Nushrah untuk memastikan bahwa satu-satunya
pertimbangan dalam sengketa antara kami harus didasarkan pada hukum agama.
Mengingat hubungan persaudaraan yang terjalin mesra antara
Jabhah Nushrah, Ahrarus Syam dan Imaduddin Al-Zanki, ada kemungkinan bahwa
mereka semua akan terus bekerja sama dalam melawan tentara rezim Assad dan
sekutunya, sekalipun fakta-fakta tersebut dikesampingkan.
Penulis: Dio Alifullah
Ahrar Syam Serang Markas Rusia di Suriah
Mujahidin Suriah telah
menembakkan roket ke bandara Latakia dimana Rusia dilaporkan telah mendirikan
basis operasi udara dan membangun pangkalan militer di negara itu.
“Dua proyektil jatuh di lahan
pertanian dekat dengan pangkalan udara Hmeimim,” Observatorium Suriah untuk Hak
Asasi Manusia melaporkan Senin malam mengacu pada fasilitas militer yang
terletak berdekatan dengan bandara internasional di Latakia seperti dilansir
Now Media dikutip Middle East Update.
“Belum ada informasi tentang
jatuhnya korban jiwa,” tambah LSM pemantau.
Ahrar al-Sham memberikan
pujian atas serangan tersebut, dan merilis video pada hari Senin yang
menunjukkan pejuang Ahrar menembakkan roket Grad ke pangkalan Rusia.
Seorang komandan brigade
artileri Islam Ahrar al-Sham kelompok pejuang yang beroperasi di timur laut
Latakia memberikan penjelasan tentang penembakan roket tersebut.
Komandan Ahrar, yang
diidentifikasi sebagai “Omar,” berkata kepada Al-souria Net bahwa unitnya telah
menargetkan landasan pacu Rusia dengan roket Grad yang disita dari pangkalan
militer rezim.
“Ini adalah senjata kalian.
Dan kini mereka telah dikembalikan kepada kalian , “tambahnya mengacu pada
penggunaan roket Rusia dalam serangan tersebut.
“Siapapun yang berpartisipasi
dalam penumpahan darah rakyat Suriah akan kami jadikan target,” komandan Ahrar
memperingatkan.
Dia menjelaskan bahwa
serangan roket akan terus dilakukan selama beberapa hari dan bahwa tujuannya
adalah untuk menunjukkan bahwa “setiap tempat atau lokasi di mana ada pesawat
tempur yang lepas landas untuk membantai warga sipil langsung atau tidak
langsung akan menjadi target serangan.”
Sumber informasi pejuang
Suriah melaporkan bahwa sejumlah pesawat Rusia terlihat tiba di sebuah
pangkalan udara di dekat Homs dan mencatat bahwa armada lain mungkin telah
dikirim ke tempat lain karena keterbatasan ruang di pangkalan udara Hmeimim.
All4Syria mengutip sebuah
sumber yang mengatakan bahwa pesawat Rusia terlihat mendarat di pangkalan udara
Shayrat, yang terletak sekitar 25 km tenggara Suriah tengah.
Meskipun belum bisa
mengkonfirmasi sumber laporan, disebutkan kurangnya hanggar di Hmeimim
menyebabkan pesawat yang datang dipindahkan ke tempat lain.
“Ada rencana operasional penyebaran pesawat Rusia dalam jumlah besar di pangkalan udara Hmeimim dan beberapa pangkalan udara lainnya,”.
“Ada rencana operasional penyebaran pesawat Rusia dalam jumlah besar di pangkalan udara Hmeimim dan beberapa pangkalan udara lainnya,”.
Menurut laporan itu, rencana
penyebaran militer Rusia meliputi pangkalan udara Hama, pangkalan udara Dumeir
dan Nasiriya di utara Damaskus dan pangkalan udara Bley di Ghouta Timur.
Rusia dalam beberapa pekan
terakhir telah melakukan pengiriman armada militer besar di Suriah ditengah
laporan bahwa Moskow sedang mempersiapkan pendirian sebuah pangkalan udara di
provinsi Latakia untuk melakukan serangan udara mendukung rezim Bashar
al-Assad.
Menteri Pertahanan Israel
mengatakan kepada wartawan pada 10 September bahwa pasukan Rusia dan penasihat
teknis telah tiba di negara itu dilengkapi pesawat operasional dan helikopter
tempur.
SOHR melaporkan bahwa
pekerjaan konstruksi rahasia telah berlangsung di bandara Latakia, dengan akses
yang terbatas hanya untuk personil Rusia.
“Sekitar dua minggu lalu,
SOHR menerima informasi terpercaya bahwa pasukan Rusia bekerja untuk mendirikan
sebuah landasan pacu yang panjang di daerah Hmeimim … yang mampu dijadikan
landasan untuk pesawat besar,” kata laporan LSM pemantauan, Senin.
Menurut sumber “Pihak Rusia
sedang membangun landasan pacu dan melarang pihak sipil atau militer Suriah
memasuki daerah tersebut.”
Red : Maulana Mustofa
Related articles
Lima Tahun Revolusi Suriah, Al-Jaulani: Lanjutkanlah
Perjuangan Menuju Kemuliaan ! Jabhah Nushrah Rilis “The Heirs Of Glory” Season
2
Syaikh Aidh Al-Qarni: "Semua yang Mengangkat Senjata
Melawan Bashar Asad adalah Mujahid"
Banyolan Terbodoh Sepanjang Sejarah (Terpengaruh Syiah
), Rusia: Jet Tempur Jabhah Nusrah Sebagai Pelaku Pemboman Kamp Pengungsi Di
Idlib
Syaikh Muhaysini sampaikan berita kemenangan Mujahidin
dalam menghadapi pasukan Asad yang didukung Rusia
Syaikh Al-Muhaisini: Terima kasih wahai Hasan
Nasrullah, kedunguanmu mengobarkan semangat Mujahidin!
Mimpi Seorang Salafi Untuk Bergabung Dengan Kelompok
Jihad Jabhah Nusrah
Takut Daulah Islam Tegak, Amerika Tuding Mujahid
Suriah Teroris !
Sikap Munafik Gedung Putih, Ternyata Amerika Yang
Izinkan Al-Kadzab Bashar Serang Aleppo. Menlu Saudi: Jika Tidak Bisa Dengan
Jalan Politik, Maka Kami Akan Turunkan Syiah Assad Dengan Senjata
Seperti Induk Semangnya Rezim Barbar Syiah Bashar Dan
Komunis Rusia, Pendukungnya Syiah Indonesia Benar-Benar Al-Kadzab, Memanipulasi
Kebenaran Pengeboman RS Di Aleppo Dan Kamp Pengungsi Di Idlib.
Direktur CIA : Perang Melawan Negara Islam Dan
Organisasi Ekstrimis Lainnya Di Kawasan Timur Tengah Akan Membutuhkan Waktu
Puluhan Tahun. AS Dan Rusia Tidak Memasukkan Kelompok Jabhah Nushrah Dan ISIS
Di Dalamnya, Sebagai Legitimasi Menyerang Mujahidin Muslim Yang Lain ( Termasuk
Di Aleppo) Karena Keduanya Bisa Saja Ada Disana (Akal-Akalan Kufar).
Situs Syi'ah Malu-malu ( Abu-abu )
"Melintir" Seruan Ukhuwah Syekh DR. Aidh bin Abdullah Al-Qarni,
Padahal Beliau Menyadari "Kebejadan Syi'ah" !
Analisa Jihad: Perang Suriah Kian Berpotensi Menjadi
Konflik Global
John Kerry Dan Vladimir Putin Tidak Serius Mengakhiri
Perang Suriah? Gencatan Senjata AS-Rusia Adalah Rekayasa ( Kesepakatan ) Untuk
Perangi Islam
Inilah Tanggapan Para Komandan
FSA terkait Eksistensi Jabhah Nushrah di Aleppo
Seorang komandan FSA,
Abdurrahman Sheikh berpendapat bahwa dirinya tidak melihat Jabhah Nushrah
sebagai musuh dan percaya bahwa mereka merupakan kelompok yang mengambil peran
penting karena tidak ada yang menolak terkait kehebatan mereka di medan tempur.“Kami
tidak memiliki masalah dengan Jabhah Nushrah, mereka adalah para pejuang yang
kuat dan berjuang di garis depan pertempuran,” katanya dikutip dari
middleeasteye.net pada Sabtu (09/04).