Saturday, October 3, 2015

Begini Cara Jabhah Nushrah (Jabhah Fath Syam ) Mendapatkan Senjata Dan Bergerilya

foto mujahidin
Masya Allah, begitu khusyunya baca Al-Qur'an

Jabhah Nusrah Resmi Akan Memisahkan Diri Dari Al-Qaidah, Ini Alasannya

Jabhah Nushrah, atau yang dikenal juga Al-Qaidah Suriah merupakan salah satu fraksi jihad terbesar dan terkuat dalam revolusi dan jihad Suriah yang meletus sejak 2011 di samping ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) dan Ahrar Syam. Jabhah Nushrah awalnya memfokuskan diri untuk menumbangkan rezim Syi’ah Alawi-Nushairiyah pimpinan diktator Basyar Al-Asad yang membunuhi Ahlu Sunnah Suriah demi mempertahankan kekuasaannya.
Jabhah Nushrah merupakan pendukung terkuat para pejuang revolusi Suriah karena kesatuan paham Ahlu Sunnahnya, di sekitar tahun 2012-2013 Jabhah Nushrah merupakan harokah Islam yang terlibat revolusi dan jihad paling dicintai rakyat Suriah. Sebagaimana diketahui mayoritas warga Suriah yang menginginkan tumbangnya rezim Syi’ah tidak benar-benar satu paham sekalipun sama-sama ingin menggulingkan pemerintahan tirani Al-Asad. Ada pula dari kalangan rakyat Suriah pro-revolusi yang menginginkan tumbangnya rezim namun lantas diganti dengan demokrasi Barat meskipun jumlahnya jauh lebih sedikit dari yang menginginkan Suriah menerapkan sistem Syariah Islam dan Kekhalifahan. Dengan begitu, harokah jihad pimpinan Syiakh Abu Muhammad Al-Julani ini sesungguhnya telah meraih simpatik hampir seluruh lapisan masyarakat Ahlu Sunnah Suriah.
Tetapi dari mana para pejuang Jabhah Nushrah mendapatkan senjata-senjata? Di kala dunia seolah memboikot Suriah?
Mujahidin Jabhah Nushrah mendapatkan senjata-senjata api awalnya dari tentara-tentara Suriah yang melakukan desersi, yang oleh publik dunia tentara-tentara desersi pro-revolusi dikenal sebagai Free Syrian Army (Tentara Pembebasan Suriah). FSA berbeda dengan Jabhah Nushrah, Ahrar Syam dan ISIS karena bukan harokah atau pun ormas, melainkan sebutan bagi tentara-tentara Suriah yang membelot membantu mayoritas warga Suriah menumbangkan rezim tirani Syi’ah yang sudah berkuasa lima dekade.
Kadang pula Jabhah Nushrah mendapatkan senjata dari tentara-tentara yang ‘butuh makan’ hingga menjual senjatanya. Sebagian personil Jabhah Nushrah senior mendapatkan senjata serta keahlian merakit membuat bom dari Irak. Negara Islam Iraq (embrio dari ISIS) memiliki kesamaan ideologi dengan embrio Jabhah Nushrah, bahkan Syaikh Abu Muhammad Al-Julani, amir Jabhah Nushrah, merupakan mantan mujahidin saat Amerika Serikat (AS) menginvasi Irak tahun 2003, serta sempat menjalin hubungan dengan Syaikh Abu Mus’ab Zarqawi (amir Al-Qaidah Irak) dan Abu Umar Al-Baghdadi (amir Negara Islam Irak, embrio ISIS). Dengan pengalaman perang dari Perang Irak beberapa tahun yang lampau, senior-senior Jabhah Nushrah merupakan pejuang jihad paling mumpuni di medan perang Suriah. Terbukti saat AS dan koalisinya ramai-ramai menggempur Suriah dengan dalih menghancurkan ISIS mulai September tahun 2014, Jabhah Nushrah masih tetap eksis bahkan menunjukkan kekuatan yang semakin besar waktu demi waktu.
Dahulu di tahun 2010, masa embrionya Jabhah Nushrah, sudah memiliki 5000 personil. Sekarang perkiraan kasar personil Jabhah Nushrah bisa mencapai belasan hingga puluhan ribu orang, tidak termasuk simpatisannya.
Sebagaimana pasukan perang, berbagai fraksi mujahidin punya gaya menyerang sendiri-sendiri. Ciri khas perang Jabhah Nushrah tidak terlalu sporadis sebagaimana ISIS dan pendahulu mereka dari mujahidin-mujahidin Irak, namun lebih pada taktik gerilya. Menurut Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz -yang uraiannya banyak dirujuk dalam artikel ini-, seorang pakar analisis jihad Al-Qaidah dan Suriah, besar kemungkinan dana-dana jihad Jabhah Nushrah berasal dari para pendonor dari negara-negara teluk yang bersimpatik pada mujahidin, selain tentunya sokongan dana dari rakyat Suriah yang menganggap Jabhah Nushrah sebagai ujung tombak revolusi.
Jebakan ranjau khas Jabhah Nushrah kerap kali membunuhi tentara militer rezim Suriah, taktik gerilya lain ialah mengepung kota-kota strategis untuk memotong jalur suplai rezim Al-Asad. Tidak ketinggalan, penyamaran-penyamaran menyusup ke kantor-kantor pemerintahan dengan menyamar sebagai pegawai negeri juga menjadi gaya khas jihad mereka serta menaruh bom-bom dalam kopor demi membunuh sasaran.
Taktik perang gerilya seperti bom mobil untuk menghancurkan tempat musuh atau pun gedung-gedung meskipun ada namun jumlahnya sedikit dibanding di Irak, karena menghindari korban kaum Muslimin yang tidak bersalah. Oleh karena itulah, Jabhah Nushrah mendapat banyak simpati rakyat Suriah karena tidak mengorbankan kaum Muslimin awam demi menyerang musuh.
Kekuatan militer rezim yang berada pada pesawat tempurnya membuat Jabhah Nushrah harus mengepung bandara-bandara militer, merebut atau menghancurkan pesawat militer rezim Syi’ah.(ilham)

Mengenal Jabhah Nushrah yang diterima masyarakat

Korban jiwa serangan udara rumah sakit Aleppo capai 50 orang, rezim Assad mengelak Militan SDF Kurdi dukungan AS bunuh puluhan pejuang oposisi Suriah dalam bentrokan di Aleppo utaraMaksiat mulai menggeliat di kota Damaskus yang dikontrol rezim Assad, kota oposisi makin relijius.Setelah ibukota propinsi Idlib direbut dari rezim Asad akhir Maret 2015 oleh koalisi pejuang oposisi Jaisyul Fath, pemimpin Jabhah Nushrah (JN), Abu Muhammad al-Jaulani dalam pernyataan audionya menyatakan 3 hal penting:

1. Ucapan selamat kepada penduduk Idlib setelah bebasnya kota ini dari tentara Nushairiyah (pro Asad) dan berjanji bahwa JN hadir dengan akhlak yang baik dan sikap yang mulia bagi penduduk Idlib.

2. Penegasan bahwa JN tidak berambisi memonopoli kontrol kota atau menunjuk pihak lain secara sepihak. Namun hal ini (kontrol Idlib) akan diamanahkan kepada siapapun sesuai hasil musyawarah koalisi pejuang oposisi.

3. Pembentukan lembaga peradilan syari'ah serta lembaga penyuluhan/bimbingan dengan segera dan sebaik-baiknya yang terdiri dari koalisi pejuang oposisi untuk menyelesaikan segala ketertiban sipil dan urusan masyarakat.

Langkah Jabhah Nushrah ini dipandang bertolak belakang dengan ISIS (sempalan al-Qaeda), dimana ISIS berupaya memonopoli seluruh kekuasaan di bawah kaki Ibrahim al-Baghdadi. Upaya ISIS tersebut memunculkan konflik besar, pertama kali terjadi pada akhir 2013. Ketika itu ISIS memaksa semua kelompok oposisi berbaiat setia pada al-Baghdadi.

Menurut para pengamat, al-Qaeda berusaha "mereformasi" cara kerjanya sehingga membedakan diri dari si "anak durhaka", ISIS, yang dinilai haus darah dan kekuasaan. Al-Qaeda di bawah pimpinan Dr. Ayman Zawahiri mencoba mengambil pendekatan yang pragmatis, fokus dan kondisional. Yaitu merangkul dukungan atau mengambil hati masyarakat. Cara kerja terbaru al-Qaeda ini mirip dengan strategi politik gerakan "Ikhwanul Muslimin", dimana Dr. Ayman pernah terlibat di dalamnya. Ia juga meminta simpatisan al-Qaeda untuk tidak melakukan kebrutalan terhadap warga sipil (baik itu Alawite, Rafidhy, Kristen, Druze dan lain-lain). Alasannya agar tidak menimbulkan perlawanan lebih besar yang justru bisa menguntungkan pasukan musuh. Bahkan September 2014, JN pernah melepas begitu saja utusan penjaga perdamaian PBB di wilayah dataran tinggi Golan yang mereka tangkap.

Al-Qaeda akan membangun harmonisasi dengan kekuatan lokal, bahkan dengan rival demi mengontrol wilayah yang memiliki kepentingan tertentu. Kelompok lain yang dinilai melakukan kesalahan akan diberikan uzur dan juga nasehat versi mereka. Pendekatan ini mendatangkan berbagai keberhasilan bagi al-Qaeda. Yang paling signifikan adalah fenomena Jabhah Nushrah di Suriah.

Membandingkan al-Qaeda satu dekade lalu yang mengandalkan propaganda "melawan kafir harbi dan sekuler" sehingga membangkitkan solidaritas kuat diantara para Jihadi dan Takfiri, namun tidak berarti apa-apa di mata masyarakat Islam dunia. Malah di dunia Islam, al-Qaeda menjadi identik sebagai pabrik "pembom bunuh diri" dan "takfiri". Kesan buruk ini didapatkan setelah berkali-kali anggota atau simpatisan al-Qaeda melakukan aksi bom bunuh diri di negara-negara aman yang mengakibatkan jatuhnya korban tidak bersalah.

Reformasi gerakan al-Qaeda di bawah Dr. Ayman dimulai dari Yaman melalui anak cabang mereka, AQAP (Al-Qaeda Arabian Peninsula). AQAP memulai dengan mendekati kabilah-kabilah Yaman dan memfasilitasi mereka menuju suatu tujuan sesuai roadmap AQAP. Cetak biru ini kemudian diterapkan di Suriah, dengan Jabhah Nushrah sebagai motornya. Al-Qaeda Suriah banyak belajar dari kesalahan perjuangan al-Qaeda di Irak yang banyak disusupi intelejen partai Ba'ats. Rentetan kesalahan perjuangan di Irak tersebut pada akhirnya melahirkan ISIS.

Pasca meletusnya revolusi, kondisi Suriah menguntungkan bagi al-Qaeda, dimana masyarakat Islam bangkit melawan pemerintah Basyar dan Syi'ah. Keadaan herois, Islamis, serta bernuansa perjuangan membuat JN berkembang pesat dengan mayoritas anggotanya asli Suriah meski terdapat beberapa anggota asing (muhajirin). Melalui langkah luwes para petinggi dan konseptornya, JN dapat bersekutu dengan faksi-faksi lainnya dan menerapkan fokus hanya pada perjuangan di dalam Suriah. Bahkan JN pernah menyatakan tidak akan meluaskan operasi keluar Suriah atau melawan barat secara langsung. Dalam wawancara dengan Al-Jazeera, JN menegaskan konfrontasi yang telah dan akan terjadi di luar Suriah adalah urusan al-Qaeda, bukan JN.

Afliasi JN dengan al-Qaeda membuat mereka dilabeli sebagai kelompok "teroris" oleh berbagai negara termasuk Turki dan Saudi (dua negara pendukung utama revolusi). Meski demikian, fakta di lapangan dalam perang melawan rezim Assad dan ISIS, faksi-faksi dukungan Turki maupun negara-negara Arab bisa mesra berkoalisi dengan JN.

Awal 2014, Jabhah Nushrah sempat pontang-panting ketika pecah kongsi dengan ISIS. Banyak anggota mereka ganti baju mendukung al-Baghdadi yang mendeklarasikan diri sebagai "khalifah". Namun al-Jaulani berhasil membangun ulang kekuatannya hingga berpuncak pada pembebasan ibukota propinsi Idlib dimana JN menjadi salah satu aktor paling berpengaruh dalam koalisi Jaisyul Fath.

Terkait penerapan syari'at Islam di Suriah, JN tidak mengandalkan pendekatan kekuatan serta aksi represif terhadap masyarakat. Mereka tahu Muslim di Suriah adalah kaum terzhalimi dan dijauhkan dari Islam oleh rezim Asad selama puluhan tahun. Pemaksaan hanya akan menimbulkan sikap mendua dari masyarakat. Di depan JN mereka tunduk dan patuh, namun di belakangnya mereka menolak keras. JN juga menggunakan pendekatan persuasif berupa dakwah intensif dan menyeluruh kepada masyarakat. Salah satunya soal menangani masalah rokok.

Hubungan JN dengan pemerintah negeri-negeri Muslim
Al-Jaulani menyatakan Jabhah Nushrah tidak memiliki hubungan dengan pemerintah negara manapun. Adapun dukungan yang diterima dari luar negeri sifatnya adalah bantuan pribadi. Secara visi global, mereka merupakan "anak ideologis al-Qaeda". Menginginkan "selurut umat Islam bersatu dengan mujahidin", untuk mencapai kejayaan Islam sebagaimana roadmap mereka.

Selain itu al-Jaulani juga menuduh pemimpin-pemimpin Arab hanya berusaha mempertahankan kekuasaannya saja dan terus menjual kekayaan bumi Islam pada Barat, mereka sama sekali tidak menolong kepentingan Islam. Satu-satunya yang diklaim JN akan membawa kejayaan Islam adalah dengan cara Jihad fi sabilillah, bukan politik atau apapun. Dengan pandangan yang sesuai induknya, tentu saja JN dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah Arab dan Barat, namun dengan takaran lebih kecil daripada ISIS.

Kritik pada Jabhah Nushrah di Suriah
Oleh kelompok oposisi pro demokrasi, Jabhah Nushrah dan al-Qaeda seringkali dituduh sangat "lembek" terhadap ISIS, yang telah dianggap oleh JN sebagai Khawarij atau ghullat takfiri, namun sangat tegas terhadap kelompok yang dinilai sebagai "sekuler", "nasionalis", "pro demokrasi" dan "pro barat".

Hal ini terbukti dari perang terhadap SRF (pimpinan Jamal Ma'rouf) dan Harakah Hazm di wilayah Idlib dan Aleppo. Dalam waktu singkat JN berhasil menghancurkan organisasi SRF dan Hazm. Konflik yang mulanya adalah tuduhan penculikan dan pembunuhan terhadap para muhajirin oleh anggota SRF, serta berbagai tuduhan tindakan kriminal lainnya, dalam begitu cepat berkembang menjadi perang terbuka. Jabhah Nushrah langsung menyatakan perang pada "antek Barat", SRF dan Hazm. Konflik tersebut segera menghancurkan kedua kelompok itu di Idlib, Aleppo dan sekitarnya.

Sikap JN pada kelompok oposisi pro demokrasi tersebut berbeda dengan sikap mereka pada ISIS. Di awal konflik ISIS juga membunuh dan menculik tokoh-tokoh penting JN, bahkan merampas wilayah hingga mengirim bom bunuh diri. Namun berbagai upaya "islah", "nasehat", "korespondensi" terus diusahakan untuk mencegah pertumpahan darah. Ironisnya, walau sudah menjadi korban pembunuhan ISIS, saat itu al-Qaeda masih menahan diri untuk perang terbuka dengan ISIS karena memandangnya sebagai saudara yang dapat diajak berdamai. Dalih yang umum diajukan al-Qaeda adalah "ISIS masih muslim". Deklarasi perang terbuka JN pada ISIS baru dilaksanakan Agustus 2015, oleh pernyataan Syaikh al-Mishri.

Baru-baru ini JN kembali dikritik karena titik-titik aset operasional mereka berada sangat dekat dengan keramaian warga sipil. Walau hanya gedung pengadilan sipil, bagi koalisi Amerika, keberadaan aset tersebut sudah cukup menjadi pembenaran untuk menjatuhkan bom. Dimana hasilnya malah lebih banyak menghabisi warga sipil daripada anggota JN. Pada fase serangan udara Rusia baru-baru ini, kritik tersebut muncul kembali. Namun JN bertindak cepat dengan memindahkan lokasi operasional mereka menjauhi keramaian warga sipil.

Kritikan kali ini nyaris tidak terdengar sebab langkah JN yang berkaca pada kesalahan masa lalu, juga antisipasi kebrutalan Rusia yang terang-terangan membantai di lokasi warga sipil tanpa peduli ada atau tidaknya aset militer di sana. Terbukti pada hari Sabtu ini (9/1), sebuah penjara sipil di Ma'arat Nu'man dibom oleh Rusia, sehingga membunuh puluhan orang.
(Dari berbagai sumber, oleh redaksi Risalah)

Pejuang Suriah Kembali Bersatu di Bawah Aliansi Jaisyul Halab

Geliat perang selalunya mempunyai kendala dan masalah internal tersendiri di dalamnya. Tak terkecuali dalam kancah jihad Suriah untuk melawan tentara rezim Assad dan para sekutu agresornya. Tetapi, di samping adanya masalah internal, sebuah organisasi perjuangan juga tidak lepas dengan kata aliansi untuk menguatkan upaya mereka dalam melengserkan rezim Suriah.
Beberapa kelompok oposisi Suriah yang berbasis di dan sekitar kota Aleppo telah bersatu di bawah kepemimpinan mantan amir Ahrarus Syam, Hashem Al-Sheikh yang masih memiliki hubungan dengan kelompok jihad Al-Qaidah.
Aliansi pejuang baru ini bernama Jaisyul Halab. Namun, tidak satupun dari konstituennya yang menggunakan nama itu. Selain Ahrarus Syam, lima kelompok dari Tentara Pembebasan Suriah (FSA) Divisi 101, Divisi ke-16, Resimen Pertama, Brigade Gunung Falcons dan Divisi Sultan Murad serta Gerakan Islam Nuruddin Al-Zanki juga telah bergabung di dalamnya.
Namun untuk faksi jihad Al-Qaidah di Suriah, Jabhah Nushrah belum masuk dalam jajaran anggota aliansi militer ini. Meski demikian, mereka hampir pasti akan bekerja sama dengan Jabhah Nushrah, karena beberapa dari konstituennya, terutama Ahrarus Syam dan Gerakan Nuruddin Al-Zanki, telah lama berjuang bersama-sama dengan para anggota afiliasi Al-Qaidah di medan perang.
Dalam segi formasi, pasukan pejuang oposisi di Aleppo telah melakukan reshuffle berkali-kali selama perang berlangsung. Untuk Jaisyul Halab sendiri hanya merupakan aliansi militer yang baru dibentuk dalam menanggapi serangan rezim Assad dan sekutunya, termasuk Rusia yang telah membantu dalam bentuk serangan udara selama ini.
Figur Hashem Al-Sheikh (Veteran Jihad)
Berbicara mengenai figur pemimpin, Hashem Al-Sheikh yang dikenal sebagai Abu Jaber merupakan seorang pemimpin para veteran jihad. Al-Sheikh mengambil alih jabatan amir Ahrarus Syam pada bulan September 2014, setelah kader pemimpin kelompok tersebut gugur dalam ledakan misterius. Untuk itu, dia melanjutkan peran pemimpin selama satu tahun sebelum dirinya secara sukarela mengundurkan diri pada bulan September 2015.
Pada bulan April 2015, Al-Jazeera menyiarkan wawancara panjang dengan Al-Sheikh, yang mengeluhkan peran Jabhah Nushrah sebagai cabang dari Al-Qaidah. Al-Sheikh berpendapat bahwa kesetiaan Jabhah Nushrah kepada Al-Qaidah telah menyakiti revolusi Suriah. Komandan Ahrarus Syam lainnya juga telah membuat argumen yang sama. Mereka mengklaim bahwa kehadiran secara terang-terangan yang dilakukan Jabhah Nushrah telah menghambat upaya untuk menggulingkan rezim Assad karena membawa prespektif yang tidak diinginkan oleh masyarakat internasional.
Mengenai pandangan terhadap Al-Qaidah, Komandan Ahrarus Syam ini juga menyadari bahwa negara-negara Teluk yang menentang rezim Assad tidak akan memberikan bantuan yang banyak jika ada Al-Qaidah di dalamnya, meskipun diakui bahwa Al-Qaidah adalah pemain yang kuat di lapangan.
Pada awalnya pemimpin senior Al-Qaidah mencoba untuk menyembunyikan afiliasi mereka dengan Jabhah Nushrah karena alasan ini. Al-Qaidah juga ingin menghindari perhatian yang tidak diinginkan yang datang dengan nama Al-Qaidah dengan membangun pasukan militer dan fokus pada menumbangkan Assad.
Akan tetapi hasil dari sengketa terbuka dengan ISIS pada April 2013, membuat pemimpin Jabhah Nushrah, Abu Muhammad Al-Jaulani mengungkapkan kesetiaannya kepada Ayman Az-Zawahiri. Akan tetapi, nampaknya ungkapan ini menuai kritik dari pimpinan Al-Qaidah dan mencatat bahwa Al-Qaidah tidak memberikan izin untuk mengumumkan kesetiaan atau mengungkapkan koneksi afiliasi.
Walau telah mengetahui hal ini, Ahrarus Syam tetap melakukan kerja sama militer dengan Jabhah Nushrah setiap harinya selama masa kepemimpinan Al-Sheikh, atau setelah dia mengundurkan diri. Ahrarus Syam dan Jabhah Nushrah sendiri lantas membentuk sebuah koalisi militer pada tahun 2015.
Dari serangkaian kelompok bentukan koalisi ini yang paling sukses adalah Jaisyul Fath, yang menyerbu pasukan Assad di provinsi Idlib pada bulan Mei 2015, dimana Al-Sheikh masih menjadi pemimpin bagi keseluruhan Ahrar. Mereka juga bersama-sama menciptakan Ansharus Syariah di Aleppo.
Untuk saat ini aliansi militer ini tampaknya sudah tidak berfungsi, karena kelompok tersebut tidak menghasilkan propaganda yang mencakup keberadaan Ansharus Syariah .
Al-Sheikh juga kerap kali memuji para mujahid yang gugur, termasuk anggota Jabhah Nushrah yang gugur dalam serangan martir. Misalnya pada 26 Februari 2015, melalui akun twitter ia meminta Allah untuk “menghibur saudara-saudara kita tercinta di #Al nushra mengenai tiga pejuang yang gugur”, termasuk salah satunya adalah seorang amir dari Gurun Suriah. Baru-baru ini, komandan Ahrarus Syam melalui sebuah pidato juga menghormati gugurnya almarhum Abu Rateb Al-Homsi yang merupakan pejuang Jabhah Nushrah.
Melalui sebuah artikel yang diterbitkan pada bulan November 2015, media Safir yang berbasis di Beirut menjelaskan bahwa Al-Sheikh merupakan mantan mujahidin Irak di bawah kepemimpinan Abu Mus’ab Az-Zarqawi yang mendirikan Al-Qaidah di wilayah tersebut. Akan tetapi sumber lainnya mengatakan, Al-Sheikh merupakan fasilitator jihad yang mengorganisir gerakan mujahidin saat bepergian melalui Suriah ke Irak, yang mana mereka juga berjuang untuk menghancurkan tentara Amerika dan boneka Iraknya.
Pada tahun 2005 Al-Sheikh ditangkap dan dijatuhi hukuman beberapa tahun penjara di Sednaya yang merupakan penjara terkenal Bashar Assad. Namun dia berhasil dibebaskan setelah pemberontakan dimulai di Suriah pada tahun 2011 dan menjadi komandan senior sejak keluar dari jeruji besi.
Di bawah kepemimpinannya, Ahrarus Syam juga secara terbuka memuji peran Taliban dan almarhum pemimpinnya Mullah Omar untuk menunjukkan “bagaimana membangun Emirat Islam di hati orang-orang sebelum menjadi kenyataan di lapangan”.
Gerakan Nuruddin Al-Zanki
Salah satu kelompok oposisi terkuat dari aliansi baru Jaisyul Halab adalah gerakan Nuruddin Al-Zanki. Gerakan tersebut merupakan sebuah organisasi Islam yang telah menerima rudal anti-tank TOW buatan Amerika.
Nama Zanki, seperti yang biasa dikenal, telah mempertahankan hubungan dengan beberapa aktor di sejumlah daerah dalam menumbangkan rezim Assad. Tercatat di tahun 2014, kelompok tersebut mendapat sokongan dari Turki. Tetapi hal ini telah bergeser dan kini mereka tengah setia kepada Qatar setelah pemimpinnya, Sheikh Tawfiq Syihabuddin melakukan kunjungan ke Doha. Namun, ada kemungkinan bahwa Zanki telah mempertahankan hubungan baik dengan Turki dan Qatar.
Sejumlah rudal TOW yang telah mereka terima ini sendiri disediakan oleh Pusat Operasional Militer (MOC) di Turki. Menteri Perhubungan Turki juga melaporkan kepada staf personil dari berbagai negara, termasuk pejabat CIA. Salah satu komandan mengatakan kepada Voice of Amerika, Zanki telah menggunakan senjata TOW pada 2015 dengan baik.
Selain Turki dan Qatar, Zanki juga telah mempertahankan hubungan dengan Arab Saudi. Gerakan tersebut mengirim perwakilan ke konferensi Riyadh untuk melengserkan Assad. Selain itu, gerakan dari Jaisyul Halab ini juga memuji keputusan Arab Saudi untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada bulan Januari.
Meskipun Zanki telah diperiksa CIA dan menerima rudal TOW yang dibuat di Amerika Serikat, namun mereka tetap bekerja sama dengan Jabhah Nushrah. Bahkan pemimpin Zanki, Sheikh Tawfiq Syihabuddin membela keputusan Jabhah Nushrah dalam melawan Faksi Suriah Revolusioner (SRF), yang mendapat dukungan dari Barat, pada akhir 2014.
Terlepas dari kenyataan bahwa SRF bekerjasama dengan Jabhah Nushrah, Tetapi cabang Al-Qaidah di Suriah ini memutuskan untuk tidak bekerja sama dengan SRF dan pemimpinnya, Jamal Maarouf di barat laut Suriah.
Mengenai kasus ini Sheikh Syihabuddin menyalahkan SRF, dan menyatakan bahwa, “Korupsi dari Suriah Revolusioner (SRF), yang dipimpin oleh Jamal Maarouf, adalah penyebab Jabhah Nushrah melawannya.”

Geliat antara Jabhah Nushrah, Ahrarus Syam dan Nuruddin Al-Zanki

Antara Jabhah Nushrah, Ahrarus Syam, dan faksi Nuruddin Al-Zanki rupanya telah lama bersekutu melawan Kurdi di Aleppo. Nyatanya pada bulan Mei 2015, 15 fraksi menandatangani pakta untuk membantu orang-orang tertindas dari lingkungan Sheikh Maqsud, Aleppo dan mengusir agresi militer, baik dengan cara damai atau perang.
15 fraksi yang menadatangani hal ini, yang termasuk Jabhah Nushrah, Ahrar dan Zanki, menyalahkan Milisi Unit Pertahanan (YPG) karena telah melakukan serangan berulang kali di lingkungan etnis Kurdi dan Arab tersebut.
Meskipun Jabhah Nushra dan Zanki tidak resmi menjadi bagian dari koalisi di Aleppo pada saat itu, tapi perjanjian itu menunjukkan bahwa mereka bekerja satu sama lain dalam menghadapi pasukan Kurdi, yang mendapat bantuan dari Amerika untuk memerangi ISIS di Suriah utara.
Pada bulan Agustus 2015, seorang tokoh senior organisasi Al-Qaidah di Suriah membela hubungan mereka dengan gerakan Zanki, dengan alasan mereka adalah salah satu dari kelompok FSA yang harus diperhitungkan sebagai sekutu dalam memerangi rezim Assad.
Dalam sebuah sesi wawancara, Abu Firas As-Suri membahas persaingan Jabhah Nushrah dengan Negara Islam (ISIS) secara panjang lebar. As-Suri yang merupakan anggota senior Al-Qaidah dan kini duduk di Dewan Syura Jabhah Nushrah ini menjelaskan bahwa ISIS telah mengkritik Jabhah Nushrah karena bekerja sama dengan FSA.
Menyikapi tuduhan ini, Abu Firas menganggap ISIS keliru, karena faksi FSA bersekutu dengan Jabhah Nushrah tidak dalam persoalan ideologis mereka sendiri, mereka juga bersedia untuk mengadili setiap sengketa di pengadilan syariah umum, dan berjuang untuk menghancurkan rezim Assad.
“Kelompok-kelompok FSA mengatakan bahwa mereka siap untuk apa pun sesuai dengan syariah Islam dan kita mendelegasikan untuk menerapkan putusan dari syariah pada mereka,” jelas Suri. Akan tetapi pihak ISIS masih menolak kerjasama ini dan bagaimanapun mereka mamandang faksi FSA adalah kafir.
“Kami mengatakan kepada mereka untuk berhenti bermain-main. FSA merupakan sektor yang sangat luas, itu bukan kelompok yang terorganisir. FSA terdiri dari banyak kelompok yang kemudian terdaftar sebagai organisasi anggota FSA yang diterima sekutu,” tambahnya.
Tokoh senior Al-Qaidah ini juga menganggap FSA memiliki ideologi yang bisa diterapkan kepada para pengikutnya, termasuk gerakan Nuruddin Al-Zanki yang telah bekerja sama dengan pejuang Jabhah Nushrah dalam kancah jihad Suriah.
“Bukan berarti FSA tidak memiliki ideologi yang dapat diterapkan pada pengikutnya, termasuk gerakan Imaduddin Al-Zanki. Yang penting adalah mereka melawan rezim Assad,” bebernya.
Walau begitu, laporan dari The Long War Journal mengatakan bahwa anggota Zanki dan Jabhah Nushrah tengah bentrok di sebuah pos pemeriksaan di akhir September dan awal Oktober 2015. Setelah iut, biro politik gerakan Zanki mencela Jabhah Nushrah melalui Twitter yang diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Arab.
Namun, pertikaian di antara mereka tidak menyebabkan keretakan permanen antara keduanya. Sebaliknya, pihak Zanki telah memenuhi tuntutan Jabhah Nushrah dengan meminta maaf melalui surat tertulis.
“Kritik yang kalian tuduhkan tidak mewakili posisi resmi gerakan [Zanki] dan kami berhutang budi atas pembebasan tuduhan dari saudara-saudara kita atas apa yang dikaitkan dengan mereka terkait tuduhan, sindiran, dan fitnah kepada Tuhan yang Maha Esa, dan kami hanya berpikir dengan benar dari mereka,” bunyi salah satu kalimat dalam surat tersebut.
“Hubungan antara kami dan saudara kami Jabhah Nushrah adalah melanjutkan istilah yang lebih baik dari apa yang terjadi pada masa lalu, dan kejadian ini yang terjadi antara kami tidak akan menghalangi kita untuk terus semangat memperkuat ikatan persaudaraan Islam antara kami dan mereka, dan yang mewajibkan kita (agama) untuk bekerja sama dan menggabungkan upaya dan melawan musuh agresor,” lanjutan untaian kata maaf dari Zanki..
Pernyataan ini sendiri berakhir dengan pertemuan di antara pihak Imaduddin Al-Zanki dan Jabhah Nushrah untuk memastikan bahwa satu-satunya pertimbangan dalam sengketa antara kami harus didasarkan pada hukum agama.
Mengingat hubungan persaudaraan yang terjalin mesra antara Jabhah Nushrah, Ahrarus Syam dan Imaduddin Al-Zanki, ada kemungkinan bahwa mereka semua akan terus bekerja sama dalam melawan tentara rezim Assad dan sekutunya, sekalipun fakta-fakta tersebut dikesampingkan.

Penulis: Dio Alifullah

Ahrar Syam Serang Markas Rusia di Suriah
Ahrar Syam
Mujahidin Suriah telah menembakkan roket ke bandara Latakia dimana Rusia dilaporkan telah mendirikan basis operasi udara dan membangun pangkalan militer di negara itu.
“Dua proyektil jatuh di lahan pertanian dekat dengan pangkalan udara Hmeimim,” Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan Senin malam mengacu pada fasilitas militer yang terletak berdekatan dengan bandara internasional di Latakia seperti dilansir Now Media dikutip Middle East Update.
“Belum ada informasi tentang jatuhnya korban jiwa,” tambah LSM pemantau.
Ahrar al-Sham memberikan pujian atas serangan tersebut, dan merilis video pada hari Senin yang menunjukkan pejuang Ahrar menembakkan roket Grad ke pangkalan Rusia.
Seorang komandan brigade artileri Islam Ahrar al-Sham kelompok pejuang yang beroperasi di timur laut Latakia memberikan penjelasan tentang penembakan roket tersebut.
Komandan Ahrar, yang diidentifikasi sebagai “Omar,” berkata kepada Al-souria Net bahwa unitnya telah menargetkan landasan pacu Rusia dengan roket Grad yang disita dari pangkalan militer rezim.
“Ini adalah senjata kalian. Dan kini mereka telah dikembalikan kepada kalian , “tambahnya mengacu pada penggunaan roket Rusia dalam serangan tersebut.
“Siapapun yang berpartisipasi dalam penumpahan darah rakyat Suriah akan kami jadikan target,” komandan Ahrar memperingatkan.
Dia menjelaskan bahwa serangan roket akan terus dilakukan selama beberapa hari dan bahwa tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa “setiap tempat atau lokasi di mana ada pesawat tempur yang lepas landas untuk membantai warga sipil langsung atau tidak langsung akan menjadi target serangan.”
Sumber informasi pejuang Suriah melaporkan bahwa sejumlah pesawat Rusia terlihat tiba di sebuah pangkalan udara di dekat Homs dan mencatat bahwa armada lain mungkin telah dikirim ke tempat lain karena keterbatasan ruang di pangkalan udara Hmeimim.
All4Syria mengutip sebuah sumber yang mengatakan bahwa pesawat Rusia terlihat mendarat di pangkalan udara Shayrat, yang terletak sekitar 25 km tenggara Suriah tengah.
Meskipun belum bisa mengkonfirmasi sumber laporan, disebutkan kurangnya hanggar di Hmeimim menyebabkan pesawat yang datang dipindahkan ke tempat lain.
“Ada rencana operasional penyebaran pesawat Rusia dalam jumlah besar di pangkalan udara Hmeimim dan beberapa pangkalan udara lainnya,”.
Menurut laporan itu, rencana penyebaran militer Rusia meliputi pangkalan udara Hama, pangkalan udara Dumeir dan Nasiriya di utara Damaskus dan pangkalan udara Bley di Ghouta Timur.
Rusia dalam beberapa pekan terakhir telah melakukan pengiriman armada militer besar di Suriah ditengah laporan bahwa Moskow sedang mempersiapkan pendirian sebuah pangkalan udara di provinsi Latakia untuk melakukan serangan udara mendukung rezim Bashar al-Assad.
Menteri Pertahanan Israel mengatakan kepada wartawan pada 10 September bahwa pasukan Rusia dan penasihat teknis telah tiba di negara itu dilengkapi pesawat operasional dan helikopter tempur.
SOHR melaporkan bahwa pekerjaan konstruksi rahasia telah berlangsung di bandara Latakia, dengan akses yang terbatas hanya untuk personil Rusia.
“Sekitar dua minggu lalu, SOHR menerima informasi terpercaya bahwa pasukan Rusia bekerja untuk mendirikan sebuah landasan pacu yang panjang di daerah Hmeimim … yang mampu dijadikan landasan untuk pesawat besar,” kata laporan LSM pemantauan, Senin.
Menurut sumber “Pihak Rusia sedang membangun landasan pacu dan melarang pihak sipil atau militer Suriah memasuki daerah tersebut.”
Red : Maulana Mustofa

Related articles

Lima Tahun Revolusi Suriah, Al-Jaulani: Lanjutkanlah Perjuangan Menuju Kemuliaan ! Jabhah Nushrah Rilis “The Heirs Of Glory” Season 2
Syaikh Aidh Al-Qarni: "Semua yang Mengangkat Senjata Melawan Bashar Asad adalah Mujahid"
Banyolan Terbodoh Sepanjang Sejarah (Terpengaruh Syiah ), Rusia: Jet Tempur Jabhah Nusrah Sebagai Pelaku Pemboman Kamp Pengungsi Di Idlib
Syaikh Muhaysini sampaikan berita kemenangan Mujahidin dalam menghadapi pasukan Asad yang didukung Rusia
Syaikh Al-Muhaisini: Terima kasih wahai Hasan Nasrullah, kedunguanmu mengobarkan semangat Mujahidin!
Mimpi Seorang Salafi Untuk Bergabung Dengan Kelompok Jihad Jabhah Nusrah
Takut Daulah Islam Tegak, Amerika Tuding Mujahid Suriah Teroris !
Sikap Munafik Gedung Putih, Ternyata Amerika Yang Izinkan Al-Kadzab Bashar Serang Aleppo. Menlu Saudi: Jika Tidak Bisa Dengan Jalan Politik, Maka Kami Akan Turunkan Syiah Assad Dengan Senjata
Seperti Induk Semangnya Rezim Barbar Syiah Bashar Dan Komunis Rusia, Pendukungnya Syiah Indonesia Benar-Benar Al-Kadzab, Memanipulasi Kebenaran Pengeboman RS Di Aleppo Dan Kamp Pengungsi Di Idlib.
Direktur CIA : Perang Melawan Negara Islam Dan Organisasi Ekstrimis Lainnya Di Kawasan Timur Tengah Akan Membutuhkan Waktu Puluhan Tahun. AS Dan Rusia Tidak Memasukkan Kelompok Jabhah Nushrah Dan ISIS Di Dalamnya, Sebagai Legitimasi Menyerang Mujahidin Muslim Yang Lain ( Termasuk Di Aleppo) Karena Keduanya Bisa Saja Ada Disana (Akal-Akalan Kufar).
Situs Syi'ah Malu-malu ( Abu-abu ) "Melintir" Seruan Ukhuwah Syekh DR. Aidh bin Abdullah Al-Qarni, Padahal Beliau Menyadari "Kebejadan Syi'ah" !
Analisa Jihad: Perang Suriah Kian Berpotensi Menjadi Konflik Global
John Kerry Dan Vladimir Putin Tidak Serius Mengakhiri Perang Suriah? Gencatan Senjata AS-Rusia Adalah Rekayasa ( Kesepakatan ) Untuk Perangi Islam
Inilah Tanggapan Para Komandan FSA terkait Eksistensi Jabhah Nushrah di Aleppo
Seorang komandan FSA, Abdurrahman Sheikh berpendapat bahwa dirinya tidak melihat Jabhah Nushrah sebagai musuh dan percaya bahwa mereka merupakan kelompok yang mengambil peran penting karena tidak ada yang menolak terkait kehebatan mereka di medan tempur.“Kami tidak memiliki masalah dengan Jabhah Nushrah, mereka adalah para pejuang yang kuat dan berjuang di garis depan pertempuran,” katanya dikutip dari middleeasteye.net pada Sabtu (09/04).