Saturday, October 3, 2015

Arab Saudi Minta Rusia Berhenti Gempur Suriah. Menlu KSA : Assad Bersiaplah Hadapi Operasi Militer dari KSA

Arab Saudi Minta Rusia Berhenti Gempur Suriah
Arab Saudi Minta Rusia Berhenti Gempur Suriah

Arab Saudi, rival besar Presiden Suriah Bashar al-Assad, meminta Rusia untuk menghentikan serangan udara di Suriah. Menurut Saudi, serangan Rusia malah menjatuhkan korban dari warga sipil alih-alih ISIS yang jadi target.
Diplomat senior Arab Saudi, Abdallah al-Mouallimi, berpendapat dalam pidatonya di PBB, New York, baik Rusia dan Iran yang merupakan sekutu Assad tak bisa mengklaim melawan “terorisme” ISIS, ketika di saat yang sama mendukung “terorisme” otoritas Suriah.
“Kekhawatiran mendalam terkait operasi militer dari pasukan Rusia di Homs dan Hama hari ini dilakukan di mana pasukan ISIS tidak hadir. Serangan ini mengorbankan mereka yang tidak bersalah. Kami meminta agar ini segera dihentikan dan tidak terulang,” kata Mouallimi, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (1/10).
“Bagi negara-negara yang mengklaim bergabung untuk membasmi terorisme ISIS, mereka tidak dapat melakukannya sembari mendukung terorisme rezim Suriah dan sekutu-sekutu asingnya seperti Hizbullah, Pasukan Quds, dan kelompok teroris sektarian lainnya,” katanya menambahkan dalam komentar yang disiarkan televisi lokal Saudi, al-Arabiya.
Milisi Syiah dari Libanon, Hezbollah, ikut berperang atas nama pemerintahan Assad. Sementara Pasukan Quds, bagian dari Garda Revolusioner elit milik Iran, juga banyak diyakini membantu Damaskus.
Rabu (30/9) kemarin, Rusia melancarkan serangan udara pertamanya ke Suriah sejak perang sipil di negeri itu bermula tahun 2011, dengan hanya memberikan pemberitahuan satu jam sebelumnya kepada Amerika Serikat yang memimpin koalisi serangan udara yang telah berlangsung selama setahun.
Langkah Rusia itu nampaknya merupakan upaya relaksasi yang dimulai tahun ini antara Rusia dan Arab Saudi, meski keduanya seringkali berlawanan pandangan seputar konflik Suriah dan program nuklir Iran.
Pada Juni lalu, atmosfer kedua negara membaik kala Wakil Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengirim delegasi pejabat Saudi ke Moskow dalam rangka penandatanganan kesepakatan militer dan energi.
Pertemuan tersebut sempat menimbulkan spekulasi akan kedekatan hubungan keduanya, tetapi nhal itu kini justru dipertanyakan.
Dalam wawancara dengan harian al-Hayat yang beredar Kamis, Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir menyatakan Saudi dan Rusia punya banyak kesamaan kepentingan untuk melanjutkan hubungan, hanya saja “kurang kesepakatan” terkait Suriah.
“Saya undang Rusia, seperti pejabat-pejabat negara Teluk lain. Anda tahu atmosfer (positif) yang terasa dua bulan lalu,” tutur Jubeir.
“Tetapi tiba-tiba Rusia melangkahi peran militernya di Suriah dan mengumumkan posisi politiknya yang mendukung Assad,” ujar Jubeir.
Riyadh masih kesal mengingat veto Rusia-China dalam Resolusi Keamanan PBB tahun 2012. Dalam kesepakatan yang dirancang oleh Saudi dan didukung Barat itu, Assad diharuskan mundur.
Masih belum jelas apakah negara-negara Teluk menginginkan kelompok pemberontak Suriah yang mereka danai untuk bertempur bersama pasukan Rusia. Kondisi ini kemungkinan bakal mengacaukan keseimbangan kekuatan regional.
“Solusinya (di Suriah) tidak bergantung pada Rusia. Prinsipnya, pertama, bahwa tidak ada peran untuk Bashar al-Assad di masa depan Suriah. Kedua, mempertahankan institusi sipil dan militer di Suriah untuk menghindari kekisruhan,” kata Jubeir kepada al-Hayat.
Jubeir memaparkan poin ketiga, yakni membentuk sebuah dewan transisional bagi seluruh orang Suriah untuk membantu mereka melangkah ke tahap selanjutnya. (Isl/CNN)

Menlu KSA : Assad Bersiaplah Hadapi Operasi Militer dari KSA

Posted on October 2, 2015 by tabayyunnews
Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengatakan pada hari selasa (29 September 2015) bahwa operasi militer bisa menjadi pilihan untuk menyelamatkan Suriah dari penguasa tiran presiden Suriah Bashar al-Assad jika tidak ditemui solusi politik untuk perang yang telah memakan waktu hampir 5 tahun ini.
Berbicara kepada wartawan di markas besar PBB di New York, al-Jubeir memperingatkan bahwa opsi militer akan menimbulkan kerusakan, namun ia mengatakan bahwa itu adalah pilihan terakhir jika rezim al-Assad tidak mematuhi roadmap politik yang diajukan oleh beberapa negara pada tahun 2012.
Menurut roadmap politik tahun 2012, al-Assad harus mundur untuk memberi jalan bagi pemerintahan transisi Suriah.
Al-Jubeir mengatakan bahwa Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dan kelompok-kelompok oposisi anti-Assad akan mendapatkan dukungan lanjutan. Selama ini Iran telah memegang peranan dengan “menduduki kekuasaan” di Suriah, ia pun menekankan bahwa tidak ada solusi untuk perang Suriah tanpa penarikan milisi Lebanon Hizbullah – dan milisi Syiah lainnya – dari negara yang dilanda perang.
Bagaimanapun Al-Jubeir tidak menampik kemungkinan utuk mengadakan perundingan dengan Iran mengenai perang Suriah.
Al-Jubeir juga mengkritik Iran dan Rusia atas dukungannya terhadap rezim al-Assad, ia berkata “hal itu hanya akan meredupkan harapan untuk solusi politik, dimana Rusia sangat jelas memberikan dukungan kepada rezim al-Assad dengan membunuhi rakyat sipil, bukan memerangi terorisme”.
Sumber: Middle East Monitor, ALN.