31 December 2015
Prof. DR. KH. Yunahar
Ilyas, Lc, MA
1. Tauhid tidak boleh
menyimpang
Muhammadiyah menolak Pluralisme Agama yang berciri:
a) Sintesisme Agama (agama yg digabung, muncul ajaran baru),
b) Sinkretisme
Agama (masih percaya dari luar ajaran agama atau Islam+Hindu), dan
2. Berpegang teguh pada
Al Quran dan As Sunnah
Cara memahami independen (komprehensif, integratif), artinya tidak terikat pada
aliran teologi agama tertentu. Muhammadiyah lebih dekat ke salafiyah, tapi
tidak sama. Tidak terikat pada salah satu atau beberapa mazhab, tapi bukan
berarti antimazhab. Yang diambil ayatnya, bukan pendapat.
3. Tajdid
Salafiyah yg tajdid (pembaharu), bukan salafiyah yang beku dan kaku.
Tajdid:
a) purifikasi (pemurnian dalam hal akidah, ibadah mahdah, dan akhlak)
dan
b) dinamisasi (seluruh aspek kehidupan, seperti sosial, ekonomi, budaya,
ilmu pengetahuan sehingga menjadi aktual). Jangan sampai salah pasang, antara
pemurnian dan dinamisasi. Akibatnya, mengembangkan akidah menjadi liberalisme,
memurnikan budaya menjadi jumud. Prinsip budaya: apa saja boleh, kecuali ada
dalil yg melarangnya.
4. Washatiyah (moderat)
Tidak ekstrim kanan maupun kiri. Muhammadiyah mengambil jalan tengah, jalan yg
diikuti Nabi Muhammad sesuai Al Quran dan As Sunnah.
Catatan dari Pengajian
Malam Selasa Majelis Tabligh PP Muhammadiyah (31/8/2015):