Tepat sholat Isya, pada malam 2 Januari 1492 M, di menara
masjid Bayazin Granada inilah untuk terakhir kalinya azan di kumandangkan
secara lantang di bumi Andalusia.
Kilas Balik
Pada tahun 711 M, umat Islam mulai memasuki
semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal sekarang). Dengan misi mengakhiri
kekuasaan tiran, Raja Roderick. Umat Islam di bawak kepemimpinan Thariq bin
Ziyad menyeberangi lautan yang memisahkan Maroko dan daratan Spanyol. Tujuh
tahun kemudian, sebagian besar wilayah semenanjung Iberia (Andalusia) berhasil
diduduki oleh umat Islam. Dan kekuasaan tersebut berlanjut selama lebih dari
700 tahun.
Pada tahun 900-an M, Islam mencapai puncak
kejayaannya di tanah Andalusia. Lebih dari 5 juta muslim tinggal di daerah
tersebut, dengan prosentase mencapai 80% penduduk. Kerajaan yang kuat kala itu,
Dinasti Umayah II menjadi penguasa tunggal di daerah tersebut dan menjadi
kerajaan yang paling maju dan paling stabil kondisi sosialnya di daratan Eropa.
Granada dibawah kekuasaan Islam saat itu merupakan
kota yang bersinar terang karena kemilau cahaya kemajuan ilmu pengetahuan
ketika kota-kota besar lain di Eropa masih terkungkung dengan kegelapan.
Namun, masa keemasan sosial dan politik ini
tidaklah abadi. Pada tahun 1000-an M, kerajaan Andalusia ini runtuh dan
terpecah-pecah menjadi beberapa negara kecil yang disebut tha-ifah.
Satu per satu thaifah jatuh oleh kerajaan Kristen
Eropa. Dimulai dari tahun 1000-an hingga 1200-an, kota-kota utama semisal
Cordoba, Sevilla, Toledo bergiliran dikuasai. Dan hanya menyisakan Granada.
Pada era tersebut, tahun 1200-an, Granada sempat
berhasil menghindarkan diri dari penaklukkan kerajaan-kerajaan Eropa. Setelah
jatuhnya Kota Cordoba, Granada menyepakati perjanjian dengan Kerajaan Castile,
salah satu kerajaan Kristen yang terkuat di Eropa. Perjanjian tersebut
berisikan kesediaan dan ketundukan Granada dengan membayar upeti berupa emas
kepada Kerajaan Castile setiap tahunnya. Timbal baliknya, Castile menjamin
independensi Granada dalam urusan dalam negeri mereka dan lepas dari ancaman
invasi Castile.
Selain membayar upeti, faktor lain yang membantu
Granada terhindar dari penklukkaan adalah letak geografisnya. Kerajaan ini
terletak di kaki pegunungan Sierra Nevada yang menjadi benteng alami melindungi
kerajaan dari invasi pihak-pihak luar.
Granada Tak Bisa Menghindari Takdirnya
Selama lebih dari 250 tahun, Granada tetap tunduk
kepada Castile dengan membayar upeti. Namun dikelilingi oleh kerajaan-kerajaan
Kristen yang tidak bersahabat tetap saja membuat Granada dalam keadaan
terancam. Mereka tidak pernah aman dari ancaman penaklukkan.
Suratan takdir tentang keruntuhan Granada pun
dimulai, ketika Raja Ferdinand dari Aragon menikah dengan Putri Isabella dari
Castile. Pernikahan ini menyatukan dua kerajaan terkuat di semenanjung Iberia
yang merajut cita-cita yang satu, menaklukkan Granada dan menghapus jejak-jejak
Islam di benua biru.
Pada tahun 1491, Granada dikepung oleh
pasukan-pasukan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Dari menara istananya, Sultan
Muhammad melihat pasukan Kristen dalam jumlah yang besar telah mengepung dan
bersiap menyerang Granada. Sultan Muhammad pun dipaksa untuk menandatangani
surat penyerahan Granada kepada pasukan sekutu Kristen. Peristiwa ini terjadi
pada November 1491.
Pada tanggal 2 Januari 1492, pasukan Kristen
memasuki Kota Granada. Pasukan-pasukan ini memasuki istana Alhambra, mereka
memasang bendera-bendera dan simbol-simbol kerajaan Kristen Eropa di
dinding-dinding istana sebagai tanda kemenangan, dan di menara tertinggi istana
Alhambra mereka pancangkan bendera salib agar rakyat Granada mengetahui siapa
penguasa mereka sekarang. Keadaan saat itu benar-benar mencekam, rakyat muslim
Granada tidak berani keluar dari rumah-rumah mereka dan jalanan pun lengang
dari hiruk pikuk manusia. Umat Islam hanya punya dua pilihan: masuk Kristen
atau dibunuh.
Tepat sholat Isya, pada malam 2 Januari 1492 M, di
menara masjid Bayazin Granada inilah untuk terakhir kalinya azan di kumandangkan
secara lantang di bumi Andalusia.
Itulah akhir dari peradaban Islam di Spanyol yang
telah berlangsung lebih dari tujuh abad lamanya. Cahaya Islam menghilang dari
daratan tersebut dengan terusir dan tewasnya umat Islam di sana, kemudian
diganti dengan pendatang-pendatang Kristen yang menempati wilayah tersebut.