Bukti Cacian Syiah Terhadap
Aisyah Dalam Kitab-Kitab Mereka
Oleh: Badrul Tamam*
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
keluarga dan para sahabatnya.
Warga Muhammadiyah jelas tak mungkin bisa bersatu dan
bergandengan tangan dengan Syi’ah. Kenapa? Karena Syi’ah mencaci-maki para
shahabat termasuk Aisyah Radhiyallahu ‘Anha,
istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
sementara Muhammadiyah sangat menghormati Aisyah. Demikian diungkapkan Dr Ahmad
Zain An-Najah MA di hadapan peserta kajian Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM)
DKI Jakarta, yang mengusung tema, “Bahaya Syi’ah terhadap Ideologi
Muhammadiyah, ”Rabu malam (8/2/2012) di Masjid At-Taqwa, Jalan Kramat Raya 49
Jakarta Pusat.
Alasan lainnya yang diungkapkan Doktor Zain, bahwa nama
organisasi perempuan di Muhammadiyah adalah Aisyiyah, yang dinisbatkan kepada
Aisyah Radhiyallahu ‘Anha.
Sementara Syi’ah menghina dan mencaci maki ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha. Sehingga ini menjadi persoalan
sangat serius bagi organisasi yang sudah berumur seratus tahun ini.
Menguatkan kesimpulan Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Cabang
Istimewa Muhammadiyah Mesir periode 2007-2009 di atas, kami suguhkan beberapa
bukti kongkrit dari kutub syi’ah yang menjadi sandaran dalam keagamaan mereka.
Ini sekaligus sebagai bantahan bagi mereka yang menolak tuduhan telah mencaci
para sahabat, khususnya ‘Asiyah Radhiyallahu ‘Anha.
Syi’ah Menuduh Aisyah dan
Hafshah telah Meracuni NabiShallallahu ‘Alaihi Wasallam
Syi’ah menuduh ‘Asiyah dan Hafshah Radhiyallahu ‘Anhumayang telah meracuni suaminya
sendiri, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelang
wafatnya. Hal ini, menurut ‘alim Syi’ah terdapat dalam firman Allah Ta’ala, QS.
Ali Imran: 144:
Dari Abdush Shomad bin Basyir, dari Abu Abdillah ‘Alaihis Salamberkata:
تدرون مات النبي (صلى الله عليه وآله) أو قُتل؟ إن الله يقول:
أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ، فُسَمَّ قبل الموت!
إنّهما سقتاه! فقلنا: إنهما وأبويهما شرّ من خلق الله
“Tahukah kalian, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi meninggal
atau terbunuh? Sesungguhnya Allah berfirman: ‘Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad)?‘ beliau diracuni sebelum meninggal. Keduanya (Aisyah dan
Hafshah) telah meminumkannya! Maka kami katakan: Sesungguhnya keduanya dan
kedua bapaknya (maksudnya: Abu Bakar dan Umar) adalah seburuk-buruk makhluk
ciptaan Allah.” (Muhammad al-‘Ayyasyi, Tafsir al-‘Ayyasyi, Juz I, (hal. 342)
Catatan Penulis: Orang yang mengetahui hal ihwal Abu Bakar, Umar bin
Khathab, ‘Aisyah dan Hafshah (mereka adalah mertua dan istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam), sifat mereka, keutamaan
dan kedekatan mereka dengan RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wasallam serta
kesitimewaan mereka pasti akan mengatakan dengan lantang: INI ADALAH KEDUTSAAN YANG SANGAT JELAS!.
Syi’ah Menuduh ‘Aisyah
Benar-benar Melakukan Serong
Kaum Syi’ah juga berpendapat bahwa Ummul Mukminin, ‘AisyahRadhiyallahu ‘Anha benar-benar melakukan serong,
sebagaimana tuduhan orang-orang munafik. Dan Allah belum membebaskannya dari
tuduhan zina. Sedangkan firman Allah‘Azza wa Jalla,
أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ
“Mereka (yang dituduh) itu
bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu).”
(QS. Al-Nuur: 26), tidak menunjukkan pembebasannya dari segala tuduhan miring
tersebut.
Ali al-‘Amili al-Bayadhi dalam al-Shirath al-Mustaqim Ila Mustahiqqii al-Taqdiim,
(II/165) berkata: “Kami katakan: “Itu adalah penyucian bagi nabi-Nya dari
perbuatan zina, bukan untuknya (‘Aisyah) sebagaimana yang disepakati oleh
mufassirin.”
Alim Syi’ah ini berpendapat bahwa Allah belum membebaskan
‘Aisyah dari tuduhan yang dilontarkan orang-orang munafikin. Sedangkan Allah
berfirman, “Wanita-wanita yang keji adalah
untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita
yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik
dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka
(yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh
itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).” (QS.
Al-Nuur: 26)
Dalam tafsir yang dipegang kaum muslimin sepanjang zaman,
ayat tersebut adalah turun mengenai pembebasan ‘Aisyah dari segala tuduhan
miring. Dan mereka menjadikannya sebagai landasan bersihnya beliau dari tuduhan
hina tersebut. Maka jelaslah bahwa Syi’ah memang benar-benar berbeda dengan
Islam dan kaum muslimin, bukan hanya dalam maslaah furu’ tapi juga berkaitan
dalam masalah-masalah pokok yang menetukan sahnya keimanan.
‘Asiyah Akan Dibangkitkan Saat
Imam Mahdi Syi’ah Keluar Untuk Menerima Hukuman dan Pembalasan dari Fathimah
Penghinaan terhadap Ummul Mukminin, ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, diungkapkan oleh kitab Syi’ah,
bahwa saat Imam Mahdi Syi’ah keluar, ia akan menegakkan had atas Ummul
Mukminin.
Al-Shaduq dalam ‘Ilal al-Syara-i, (hal. 303), dari
Abdurrahim al-Qushahir berkata: Abu Ja’far ‘Alaihis Salami berkata kepadaku:
أما لو قام قائمنا، وردت إليه الحميراء، حتى يجلدها الحد وحتى
ينتقم لابنة محمد فاطمة عليها السلام منها
“Ketika imam kami sudah bangkit,
maka Humaira’ (‘Aisyah) akan dibawa kepadanya sehingga mencambuknya sebagai
hukuman had dan membalaskan dendam untuk anak Muhammad, Fathimah ‘Alaihas
Salam.” (Lihat
juga: Bihar al-Anwar: 52/314)
Aku (Abdurrahim al-Qushahir) berkata: “Aku Jadikan diriku
tebusanmu, kenapa ditegakkan had atasnya?” Dia berkata: karena ia menfitnah ibu
Ibrahim.
Aku bertanya, “kenapa Allah akhirkan hukuman dia untuk
al-Qaim (Imam Mahdi)?” Maka ia berkata, “Karena Allah Tabaraka wa Ta’ala mengutus Muhammad (SAW) sebagai
rahmat dan mengutus al-Qaim (imam Mahdi) ‘Alaihis Salam sebagai penyiksa.” (Lihat juga: Bihar
al-Anwar: 52/315)
Catatan Penulis: bukankah ini bentuk penghinaan terhadap kehormatan
RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wasallam. Allah
Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ
فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا
“Sesungguhnya orang-orang yang
menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat,
dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. Al-Ahzab: 57)
Syi’ah Mengafirkan Para Sahabat
Lebih dari itu, keyakinan Syi’ah menyebutkan bahwa para
sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam semuanya
murtad sepeninggal beliau kecuali hanya segelintir orang saja.
Al-Kulaini dalam al-Raudhah min al-Kaafi (VIII/245),
disebutkan: dari Abu Ja’far ‘Alaihis Salam, ia
berkata: “Semua manusia telah murtad sepeninggal Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” Lalu ditanyakan kepada
beliau siapa saja mereka, beliau menjawab: “Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar
al-Ghifari, dan Salman al-Farisi, -semoga rahmat dan keberkahan Allah terlimpah
kepada mereka.”
Keyakinan Syi’ah ini sangat tidak masuk akal. Bagaimana
mungkin beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam gagal
membina para sahabatnya padahal beliau tinggal bersama mereka selama 23 tahun.
Beliau juga mengabarkan bahwa umatnya menjadi umat terbanyak yang masuk surga.
Sekitar dua sepertiga penghuni surga adalah umat beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Lalu bagaimana bisa
hanya tiga yang masih sah imannya sepeninggalnya?
Lebih jelasnya silahkan baca tulisan kami sebelumnya: Kitab Syi’ah Melaknat dan
Mengafirkan Abu Bakar, Umar dan ‘Aisyah.
Tidak sah Iman Syi’ah Kecuali
Dengan Berbara’ dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah, Hafshah dan Lainnya
Ulama Syi’ah yang bergelar al-‘Allamah, Muhammad al-Baqir
al-Majlisi dalam kitabnya yang berbahasa Persia “Haqqu al-Yakin”
mengatakan, “Aqidah kami (Syi’ah), dalam berbara’ (berlepas diri):
Sesungguhnya kami berlepas diri dari empat berhala: Abu Bakar, Umar, Utsman,
dan Mu’awiyah. (dan belepas diri dari empat wanita): ‘Aisyah, Hafshah, Hindun,
dan Ummu al-Hakam. Dan (berlepas diri) dari semua pengikut dan kelompok mereka.
Mereka adalah seburuk-buruk makhluk Allah di muka bumi. Dan sesungguhnya tidak
sempurna iman kepada Allah, Rasul-Nya, dan para imam kecuali sesudah berlepas
diri dari para musuh-musuh mereka.” (Haqqu al-Yaqin, Al-Allamah Muhammad al-Baqir
al-Majlisi: 519)
Ini merupakan bukti nyata penghinaan mereka terhadap istri
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
Ummul Mukminin Aisyah dan Hafshah Radhiyallahu ‘Anhuma.
Juga penghinaan terhadap bapak keduanya sekaligus mertua Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Penghinaan ini juga
ditujukan kepada menantu NabiShallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Mereka adalah kaum yang menuduh bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam orang
yang tidak mengetahui orang-orang yang buruk di sekitarnya sehingga beliau
menjadikan sebagian mereka sebagai mertua, istri, dan menantu. Semoga Allah
melaknat kaum Syi’ah yang melemparkan tuduhan hina kepada orang-orang mulia
ini. Wallahu Ta’ala a’lam.
*Penulis merupakan alumnus Ma’had Aly Al-Islam, Bekasi.
Artikel diambil dari www.voa-islam.com.
Lecehkan Istri Nabi Pelacur,
Syi’ah Mustahil Berdamai dengan Muhammadiyah
Warga persyarikatan
Muhammadiyah tak mungkin berdamai apalagi disatukan dengan Syi’ah. Karena
Syi’ah mencaci-maki para shahabat termasuk Aisyah RA istri Rasulullah SAW,
sementara Muhammadiyah sangat menghormati Aisyah RA.
Hal itu diungkapkan Dr Ahmad Zain An-Najah MA di hadapan
peserta kajian Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta, Rabu malam
(8/2/2012) di Masjid At-Taqwa, Jalan Kramat Raya 49 Jakarta Pusat.
Dalam kajian ilmiah bertema “Bahaya Syi’ah terhadap
Ideologi Muhammadiyah” itu, Doktor Zain, demikian biasa disapa, memaparkan
fakta-fakta dan doktrin Syi’ah yang bertentangan dengan ideologi Muhammadiyah.
Menurut Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Cabang Istimewa
Muhammadiyah Mesir periode 2007-2009 itu, upaya penyatuan Syi’ah dan Sunni
adalah kemustahilan besar, karena sejak zaman shahabat, Syi’ah tidak bisa
bersatu dengan Sunni. “Apakah bisa disatukan? Tidak mungkin! Sudah berabad-abad
sejak zaman shahabat tidak mungkin Ahlussunnah dan Syi’ah itu bersatu,”
ujarnya.
Meski ideologi Syi’ah bertentangan dengan akidah Islam,
menurut Doktor Zain, jika ingin hidup berdampingan secara damai dengan umat
Islam, maka kaum Syi’ah jangan mencaci maki para shahabat, terutama Aisyah RA.
“Boleh saja mereka hidup di Indonesia tetapi jangan mencaci maki para sahabat,
jangan mencaci maki Aisyah radhiyallahu ‘anha,” paparnya.
Bagi warga persyarikatan Muhammadiyah, penghinaan Syi’ah
terhadap Aisyah RA menjadi persoalan serius, karena nama organisasi kewanitaan
di Muhammadiyah dinisbatkan kepada Aisyah RA. Data-data penghujatan Syi’ah itu
tersebar secara luas di berbagai buku dan rekaman video ulama Syi’ah sendiri.
Karenanya, Doktor Zain mempertanyakan komitmen warga Muhammadiyah yang
merangkul Syi’ah.
“Nama organisasi
perempuan di Muhammadiyah adalah Aisyiyah, yang dinisbatkan kepada Aisyah
radhiyallahu ‘anha. Lalu Aisyah itu dicacimaki dan dituduh sebagai pelacur oleh
Syi’ah,” jelasnya. “Kenapa Muhammadiyah itu merangkul kelompok yang menuduh
Aisyah itu pelacur, na’udzubillahi min dzalik!” tambahnya.
Selain melecehkan Aisyah RA secara keji, jelas Doktor
Zain, kaum Syi’ah juga mengafirkan para shahabat Nabi. “Dalam aqidah Syi’ah itu
semua sahabat kafir kecuali empat: Salman Al-Farisi karena dari Persia, Abu
Dzar Al Ghifari dan Miqdad ibnu Aswad, ditambah Ali Radhiyallahu ‘anhu,”
terangnya.
Terakhir, Doktor Zain mengimbau warga persyarikatan
Muhammadiyah agar mengukuhkan soliditas, jangan berpecah-belah seperti aliran
sesat Syi’ah. “Syi’ah itu sektenya banyak, disebutkan oleh para ulama sampai
mencapai 300 sekte. Kelompok Syi’ah itu banyak perpecahannya, makanya
Muhammadiyah jangan berpecah nanti seperti aliran sesat,” pungkasnya.
http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2012/02/10/17689/lecehkan-istri-nabi-pelacur-syiah-mustahil-berdamai-dengan-muhammadiyah