Saturday, January 2, 2016

Bukti Cacian Syiah Terhadap Aisyah Dalam Kitab-Kitab Mereka. Segera Buat Undang-Undang Yang Mempidanakan Perbuatan Tersebut Sebelum Terulang Kejadian "Hasan Syahatah”

Bukti Cacian Syiah Terhadap Aisyah Dalam Kitab-Kitab Mereka

Oleh: Badrul Tamam*
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Warga Muhammadiyah jelas tak mungkin bisa bersatu dan bergandengan tangan dengan Syi’ah. Kenapa? Karena Syi’ah mencaci-maki para shahabat termasuk Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sementara Muhammadiyah sangat menghormati Aisyah. Demikian diungkapkan Dr Ahmad Zain An-Najah MA di hadapan peserta kajian Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta, yang mengusung tema, “Bahaya Syi’ah terhadap Ideologi Muhammadiyah, ”Rabu malam (8/2/2012) di Masjid At-Taqwa, Jalan Kramat Raya 49 Jakarta Pusat.

Alasan lainnya yang diungkapkan Doktor Zain, bahwa nama organisasi perempuan di Muhammadiyah adalah Aisyiyah, yang dinisbatkan kepada Aisyah Radhiyallahu ‘Anha. Sementara Syi’ah menghina dan mencaci maki ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha. Sehingga ini menjadi persoalan sangat serius bagi organisasi yang sudah berumur seratus tahun ini.

Menguatkan kesimpulan Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Mesir periode 2007-2009 di atas, kami suguhkan beberapa bukti kongkrit dari kutub syi’ah yang menjadi sandaran dalam keagamaan mereka. Ini sekaligus sebagai bantahan bagi mereka yang menolak tuduhan telah mencaci para sahabat, khususnya ‘Asiyah Radhiyallahu ‘Anha.

Syi’ah Menuduh Aisyah dan Hafshah telah Meracuni NabiShallallahu ‘Alaihi Wasallam

Syi’ah menuduh ‘Asiyah dan Hafshah Radhiyallahu ‘Anhumayang telah meracuni suaminya sendiri, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelang wafatnya. Hal ini, menurut ‘alim Syi’ah terdapat dalam firman Allah Ta’ala, QS. Ali Imran: 144:

Dari Abdush Shomad bin Basyir, dari Abu Abdillah ‘Alaihis Salamberkata:

تدرون مات النبي (صلى الله عليه وآله) أو قُتل؟ إن الله يقول: أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ، فُسَمَّ قبل الموت! إنّهما سقتاه! فقلنا: إنهما وأبويهما شرّ من خلق الله

“Tahukah kalian, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Aalihi meninggal atau terbunuh? Sesungguhnya Allah berfirman: ‘Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?‘ beliau diracuni sebelum meninggal. Keduanya (Aisyah dan Hafshah) telah meminumkannya! Maka kami katakan: Sesungguhnya keduanya dan kedua bapaknya (maksudnya: Abu Bakar dan Umar) adalah seburuk-buruk makhluk ciptaan Allah.” (Muhammad al-‘Ayyasyi, Tafsir al-‘Ayyasyi, Juz I, (hal. 342)

Catatan Penulis: Orang yang mengetahui hal ihwal Abu Bakar, Umar bin Khathab, ‘Aisyah dan Hafshah (mereka adalah mertua dan istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam), sifat mereka, keutamaan dan kedekatan mereka dengan RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wasallam serta kesitimewaan mereka pasti akan mengatakan dengan lantang: INI ADALAH KEDUTSAAN YANG SANGAT JELAS!.

Syi’ah Menuduh ‘Aisyah Benar-benar Melakukan Serong

Kaum Syi’ah juga berpendapat bahwa Ummul Mukminin, ‘AisyahRadhiyallahu ‘Anha benar-benar melakukan serong, sebagaimana tuduhan orang-orang munafik. Dan Allah belum membebaskannya dari tuduhan zina. Sedangkan firman Allah‘Azza wa Jalla,

أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ

Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu).” (QS. Al-Nuur: 26), tidak menunjukkan pembebasannya dari segala tuduhan miring tersebut.

Ali al-‘Amili al-Bayadhi dalam al-Shirath al-Mustaqim Ila Mustahiqqii al-Taqdiim, (II/165) berkata: “Kami katakan: “Itu adalah penyucian bagi nabi-Nya dari perbuatan zina, bukan untuknya (‘Aisyah) sebagaimana yang disepakati oleh mufassirin.”

Alim Syi’ah ini berpendapat bahwa Allah belum membebaskan ‘Aisyah dari tuduhan yang dilontarkan orang-orang munafikin. Sedangkan Allah berfirman, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).” (QS. Al-Nuur: 26)

Dalam tafsir yang dipegang kaum muslimin sepanjang zaman, ayat tersebut adalah turun mengenai pembebasan ‘Aisyah dari segala tuduhan miring. Dan mereka menjadikannya sebagai landasan bersihnya beliau dari tuduhan hina tersebut. Maka jelaslah bahwa Syi’ah memang benar-benar berbeda dengan Islam dan kaum muslimin, bukan hanya dalam maslaah furu’ tapi juga berkaitan dalam masalah-masalah pokok yang menetukan sahnya keimanan.

‘Asiyah Akan Dibangkitkan Saat Imam Mahdi Syi’ah Keluar Untuk Menerima Hukuman dan Pembalasan dari Fathimah

Penghinaan terhadap Ummul Mukminin, ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, diungkapkan oleh kitab Syi’ah, bahwa saat Imam Mahdi Syi’ah keluar, ia akan menegakkan had atas Ummul Mukminin.

Al-Shaduq dalam ‘Ilal al-Syara-i, (hal. 303), dari Abdurrahim al-Qushahir berkata: Abu Ja’far ‘Alaihis Salami berkata kepadaku:

أما لو قام قائمنا، وردت إليه الحميراء، حتى يجلدها الحد وحتى ينتقم لابنة محمد فاطمة عليها السلام منها

Ketika imam kami sudah bangkit, maka Humaira’ (‘Aisyah) akan dibawa kepadanya sehingga mencambuknya sebagai hukuman had dan membalaskan dendam untuk anak Muhammad, Fathimah ‘Alaihas Salam.” (Lihat juga: Bihar al-Anwar: 52/314)

Aku (Abdurrahim al-Qushahir) berkata: “Aku Jadikan diriku tebusanmu, kenapa ditegakkan had atasnya?” Dia berkata: karena ia menfitnah ibu Ibrahim.

Aku bertanya, “kenapa Allah akhirkan hukuman dia untuk al-Qaim (Imam Mahdi)?” Maka ia berkata, “Karena Allah Tabaraka wa Ta’ala mengutus Muhammad (SAW) sebagai rahmat dan mengutus al-Qaim (imam Mahdi) ‘Alaihis Salam sebagai penyiksa.” (Lihat juga: Bihar al-Anwar: 52/315)

Catatan Penulis: bukankah ini bentuk penghinaan terhadap kehormatan RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wasallam. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا

Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. Al-Ahzab: 57)

Syi’ah Mengafirkan Para Sahabat

Lebih dari itu, keyakinan Syi’ah menyebutkan bahwa para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam semuanya murtad sepeninggal beliau kecuali hanya segelintir orang saja.

Al-Kulaini dalam al-Raudhah min al-Kaafi (VIII/245), disebutkan: dari Abu Ja’far ‘Alaihis Salam, ia berkata: “Semua manusia telah murtad sepeninggal Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” Lalu ditanyakan kepada beliau siapa saja mereka, beliau menjawab: “Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi, -semoga rahmat dan keberkahan Allah terlimpah kepada mereka.”

Keyakinan Syi’ah ini sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam gagal membina para sahabatnya padahal beliau tinggal bersama mereka selama 23 tahun. Beliau juga mengabarkan bahwa umatnya menjadi umat terbanyak yang masuk surga. Sekitar dua sepertiga penghuni surga adalah umat beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Lalu bagaimana bisa hanya tiga yang masih sah imannya sepeninggalnya?

Lebih jelasnya silahkan baca tulisan kami sebelumnya: Kitab Syi’ah Melaknat dan Mengafirkan Abu Bakar, Umar dan ‘Aisyah.

Tidak sah Iman Syi’ah Kecuali Dengan Berbara’ dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah, Hafshah dan Lainnya

Ulama Syi’ah yang bergelar al-‘Allamah, Muhammad al-Baqir al-Majlisi dalam kitabnya yang berbahasa Persia “Haqqu al-Yakin” mengatakan,  “Aqidah kami (Syi’ah), dalam berbara’ (berlepas diri): Sesungguhnya kami berlepas diri dari empat berhala: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Mu’awiyah. (dan belepas diri dari empat wanita): ‘Aisyah, Hafshah, Hindun, dan Ummu al-Hakam. Dan (berlepas diri) dari semua pengikut dan kelompok mereka. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk Allah di muka bumi. Dan sesungguhnya tidak sempurna iman kepada Allah, Rasul-Nya, dan para imam kecuali sesudah berlepas diri dari para musuh-musuh mereka.” (Haqqu al-Yaqin, Al-Allamah Muhammad al-Baqir al-Majlisi: 519)

Ini merupakan bukti nyata penghinaan mereka terhadap istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Ummul Mukminin Aisyah dan Hafshah Radhiyallahu ‘Anhuma. Juga penghinaan terhadap bapak keduanya sekaligus mertua Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Penghinaan ini juga ditujukan kepada menantu NabiShallallahu ‘Alaihi Wasallam. Mereka adalah kaum yang menuduh bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam orang yang tidak mengetahui orang-orang yang buruk di sekitarnya sehingga beliau menjadikan sebagian mereka sebagai mertua, istri, dan menantu. Semoga Allah melaknat kaum Syi’ah yang melemparkan tuduhan hina kepada orang-orang mulia ini. Wallahu Ta’ala a’lam.
*Penulis merupakan alumnus Ma’had Aly Al-Islam, Bekasi. Artikel diambil dari www.voa-islam.com.


Lecehkan Istri Nabi Pelacur, Syi’ah Mustahil Berdamai dengan Muhammadiyah

Warga persyarikatan Muhammadiyah tak mungkin berdamai apalagi disatukan dengan Syi’ah. Karena Syi’ah mencaci-maki para shahabat termasuk Aisyah RA istri Rasulullah SAW, sementara Muhammadiyah sangat menghormati Aisyah RA.
Hal itu diungkapkan Dr Ahmad Zain An-Najah MA di hadapan peserta kajian Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta, Rabu malam (8/2/2012) di Masjid At-Taqwa, Jalan Kramat Raya 49 Jakarta Pusat.
Dalam kajian ilmiah bertema “Bahaya Syi’ah terhadap Ideologi Muhammadiyah” itu, Doktor Zain, demikian biasa disapa, memaparkan fakta-fakta dan doktrin Syi’ah yang bertentangan dengan ideologi Muhammadiyah.
Menurut Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Mesir periode 2007-2009 itu, upaya penyatuan Syi’ah dan Sunni adalah kemustahilan besar, karena sejak zaman shahabat, Syi’ah tidak bisa bersatu dengan Sunni. “Apakah bisa disatukan? Tidak mungkin! Sudah berabad-abad sejak zaman shahabat tidak mungkin Ahlussunnah dan Syi’ah itu bersatu,” ujarnya.
Meski ideologi Syi’ah bertentangan dengan akidah Islam, menurut Doktor Zain, jika ingin hidup berdampingan secara damai dengan umat Islam, maka kaum Syi’ah jangan mencaci maki para shahabat, terutama Aisyah RA. “Boleh saja mereka hidup di Indonesia tetapi jangan mencaci maki para sahabat, jangan mencaci maki Aisyah radhiyallahu ‘anha,” paparnya.
Bagi warga persyarikatan Muhammadiyah, penghinaan Syi’ah terhadap Aisyah RA menjadi persoalan serius, karena nama organisasi kewanitaan di Muhammadiyah dinisbatkan kepada Aisyah RA. Data-data penghujatan Syi’ah itu tersebar secara luas di berbagai buku dan rekaman video ulama Syi’ah sendiri. Karenanya, Doktor Zain mempertanyakan komitmen warga Muhammadiyah yang merangkul Syi’ah.
“Nama organisasi perempuan di Muhammadiyah adalah Aisyiyah, yang dinisbatkan kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha. Lalu Aisyah itu dicacimaki dan dituduh sebagai pelacur oleh Syi’ah,” jelasnya. “Kenapa Muhammadiyah itu merangkul kelompok yang menuduh Aisyah itu pelacur, na’udzubillahi min dzalik!” tambahnya.
Selain melecehkan Aisyah RA secara keji, jelas Doktor Zain, kaum Syi’ah juga mengafirkan para shahabat Nabi. “Dalam aqidah Syi’ah itu semua sahabat kafir kecuali empat: Salman Al-Farisi karena dari Persia, Abu Dzar Al Ghifari dan Miqdad ibnu Aswad, ditambah Ali Radhiyallahu ‘anhu,” terangnya.
Terakhir, Doktor Zain mengimbau warga persyarikatan Muhammadiyah agar mengukuhkan soliditas, jangan berpecah-belah seperti aliran sesat Syi’ah. “Syi’ah itu sektenya banyak, disebutkan oleh para ulama sampai mencapai 300 sekte. Kelompok Syi’ah itu banyak perpecahannya, makanya Muhammadiyah jangan berpecah nanti seperti aliran sesat,” pungkasnya.
http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2012/02/10/17689/lecehkan-istri-nabi-pelacur-syiah-mustahil-berdamai-dengan-muhammadiyah