Demikian informasi kami himpun dari situs pemberitahan Syiah sendiri. ABNA membantah
atas apa yang telah di sampaikan MIUMI terkait bahaya syiah di tengah umat Islam.
Demikian kami kutip atas pernyataan MIUMI yang telah di kutip oleh redaksi
mereka (ABNA-IR)
Ahlussunah wal Jamaah dan Dilema Syiah di Indonesia. Menurutnya,
Ajaran Syiah tidak usah ditakuti karena sangat rapuh, dia hanya ibarat balon,
begitu kena jarum akan langsung meletup. Maka kita, MIUMI harus menjadi jarum
bagi Syiah."
Namun sayangnya
mereka (ABNA-IR) tidak mencantumkan sumber yang ia kutip. Adapun syiah
membantah fatwa MIUMI itu dengan tuduhan telah
membuat fitnah serampangan. Anehnya bantahan tersebut juga terkesan serampangan
menurut kami. Bantahan itu nadanya seperti ini :
Adapun Menurut
redaksi Soffah kedua apa yang telah di utarakan MIUMI adalah benar adanya,
yakni (kuat) dan (rapuh). Faktor kekuatan mereka (Syiah) salah satunya dari
pendanaan dan sistem pembaiatan. Faktanya kru dari Soffah (Abu Bakar) melaporkan
bahwa sekian persen dari warga yang berada di Bangil Pasuruan/Jawa Timur di
pengaruhi dengan iming-iming Uang.
Dilaporkan bahwa siapa saja yang mau mengikuti
mereka (Syiah) akan
mendapat gaji atau bayaran Cuma-Cuma setiap bulannya. Hal ini telah di
sampaikan Imam Husain (imam syiah) kepada ta’mir mesjid Bangil. Pasalnya Imam
Husain ini salah satu petinggi syiah di Bangil yang mendapat pendana’an dari
Iran sebesar 45 Juta perbulan. Bisa anda bayangkan sendiri, sedangkan di Bangil
pasuruan petinggi Syiah tidak hanya satu. Belum lagi pengajian tiap pekan,
siapa saja yang mau mengikuti di beri uang transportasi sebesar 100 ribu
per-orang.
Adapun kekuatan dari segi Pem-Bai’atan. Syiah mampu membuat pengikutnya
berpikir diluar kesadaran. Hal ini akan di alami oleh siapa saja yang mau di
bai’at. Rata-rata yang sudah menyepakati pembai’atan itu daya pikirnya berubah
total, bagaikan air putih dalam gelas yang di ganti dengan air kopi. Bahkan
bila perlu ketika ada keluarga yang tidak setuju dengan Aqidah barunya ia tidak
segan-segan untuk meninggalkan Istrinya. Tambahnya.
Kemudian dari sisi kerapuhan. Ahlussunah wal Jamaah sepakat bahwa dalam
ke-Agamaan Syiah tidak memiliki sanad.
Sehingga sulit baginya untuk merangkul berdakwah sesuai kebutuhan Ummat Islam
pada umumnya yang berpijak kepada Al-Qur’an, Hadist, Qiyas dan Ijma’ Ulama. Mengingat hal ini bisa di buktikan secara
Ilmiyah.