Oleh
Ustadz Abu Minhal Lc
Sumber: http://almanhaj.or.id/content/3655/slash/0/imam-ke-dua-belas-syiah-manusia-fiktif/
Sumber: http://almanhaj.or.id/content/3655/slash/0/imam-ke-dua-belas-syiah-manusia-fiktif/
KAUM SYIAH MENUNGGU KEDATANGAN
IMAM KE DUA BELAS MEREKA
Mahdi Muntazhar (Imam Mahdi Syiah yang ditunggu-tunggu kedatangannya) termasuk
pembahasan yang sering dibicarakan dalam buku-buku referensi Syiah. Yang mereka
maksud dengan sebutan itu dalam pandangan Syiah adalah imam kedua belas yang
bernama Muhammad bin Hasan al-‘Askari. Menurut versi mereka, ia dilahirkan pada
hari Jum’at bulan Sya’ban pada tahun 255H.
Pada usia 5 tahun, ia
bersembunyi di sirdaab (goa tempat perlindungan dari terik matahari) kota Surra
man Ra`a, terletak antara kota Baghdad dan Tikrit, karena akan dibunuh oleh
orang-orang zhalim.
Ath-Thusi , seorang tokoh
Syiah masa lalu, mengatakan, “Tidak ada alasan yang menghalangi kemunculannya
selain karena ia khawatir dibunuh. Sebab jika tidak ada kekhawatiran ini, ia
tidak boleh menyembunyikan diri.” (Al-Ghaibah:199)
Keyakinan mereka dengan Imam
Mahdi Syiah ini, membuat mereka menunggu-nunggu kemunculannya di mulut sirdaam
dengan memanggil-manggil namanya untuk segera keluar dari persembunyiannya.
IMAM KESEBELAS TIDAK MEMILIKI
KETURUNAN
Dengan sifat hikmah-Nya, Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui, menetapkan
Hasan al-Askari – imam kesebelas menurut kalangan Syiah- meninggal tanpa
memiliki anak dan keturunan. Tentu, realita ini menyulitkan tokoh Syiah,
bagaimana seorang imam meninggal tanpa berputra seorang pun yang akan
menggantikan posisi imamahnya?. Padahal keberadaan imam sangatlah penting dalam
aqidah mereka, bahkan termasuk rukun Islam yang urgensinya mengalahkan shalat
fardhu. (?!) Pengganti seorang imam haruslah keturunan imam sebelumnya. Setelah
masa imamah Hasan Radhiyallahu anhu dan Husain Radhiyallahu anhu, seorang imam
tidak boleh berasal dari saudara imam, harus dari keturunannya. Demikian
keyakinan orang-orang Syiah.
Sejarah telah mencatat bahwa
orang yang mereka anggap sebagai Imam Ke Sebelas, Hasan al-‘Askari , tidak
memiliki anak. Penguasa khilafah ‘Abbasiyah waktu itu pun mengetahui perihal
tersebut. Sebab, mereka mengikuti perkembangan Hasan al-Askari yang sedang
sakit. Beberapa tabib diutus untuk memonitor kesehatannya. Penguasa menugaskan
Hakim setempat untuk memilih 10 orang terpercaya untuk berada di rumah Hasan
al-Askari. Mereka berada di sana sampai ajal menjemput Hasan al-‘Askari.
Setelah Hasan al-Askari
wafat, utusan-utusan yang terpercaya itu memeriksa isi rumah dan kamar untuk
mencari tahu apakah ia memiliki anak atau tidak. Mereka juga mendatangkan
wanita-wanita yang tahu masalah kehamilan untuk memeriksa budak-budak wanita
yang dimiliknya. Hasilnya, ada seorang budak perempuan yang sepertinya sedang
mengandung. Maka, wanita ini pun ditempatkan di satu kamar dan dipersiapkan
segala sesuatu untuk persalinannya.
Setelah Hasan dimakamkan,
pihak penguasa tetap berusaha mencari-cari anak Hasan al-Askari. Harta warisan
pun belum dibagikan. Namun setelah dipastikan bahwa kehamilan salah seorang
budak itu kosong, maka warisan Hasan al-Askari dibagikan kepada Ibu dan saudara
lelakinya Ja’far. Tidak ada seorang pun yang menentang pembagian ini.
Kejadian ini menunjukkan
kebatilan keyakinan Imam Mahdi Syiah secara otomatis. Pihak Syiah pun tidak
bisa mendustakan dan menghilangkan bukti sejarah ini. Menariknya, ternyata,
kitab-kitab para petinggi agama Syiah menyebutkan realita ini, bahwa Hasan
al-Askari memang wafat tanpa memiliki anak lelaki. Di antara mereka adalah
1. al-Kulaini dalam al-Kâfi (1/505)
2. al-Mufîd dalam al-Irsyâd (hlm.338-339)
3. al-Majlisi dalam Jalâul ‘Ainain
4. Ibnu Shabbâgh dalam al-Fushûl al-Muhimmah fi Ma’rifati Ahwâlil Aimmah (hlm.288-289)
5. al-‘Abbas al-Qummi dalam Muntahal Amâl.
Fakta bahwa Hasan al-Askari
tidak memiliki anak akan mengakibatkan keyakinan mereka hancur dengan
sendirinya. Sebab, kelanjutan imamah secara otomatis berhenti. Tatkala sebagian
penganut Syiah merasakan kekhawatiran aliran Syiah akan sirna karena ketiadaan
imam ke dua belas, maka sejumlah orang dari mereka memikirkan cara untuk
menyelamatkan aliran ini.
Akhirnya, mereka mendapatkan
jalan keluar dari apa yang diyakini oleh kaum Majusi yang mempercayai mereka
memiliiki manusia juru selamat yang ditunggu-tunggu kedatangannya. Dari situ,
seorang dari Syiah bernama Muhammad bin Nushair an-Namîri dan kawan-kawannya
mendapatkan ide dengan klaim bahwa Hasan al-Askari memiliki anak yang ia
sembunyikan di dalam sirdab karena khawatir akan dibunuh oleh orang-orang jahat
dan zhalim. Tujuan mereka menggulirkan pernyataan ini adalah untuk mengelabui
orang-orang awam Syiah sehingga para tokoh Syiah tetap bisa meminta setoran
kekayaan dan zakat dari masyarakat awam atas nama Imam yang ditunggu-tunggu
kedatangannya.
MISTERI SEMBUNYINYA IMAM MAHDI
SYIAH
Anggap saja al-Mahdi pernah dilahirkan, maka tidak ada manfaatnya ia
bersembunyi sekian lama di dalam gua. Orang-orang Syiah jika ditanya hikmah
persembunyian al-Mahdi di dalam gua dan tidak menampakkan diri di hadapan
khalayak, mereka akan beralasan karena ia mengkhawatirkan dirinya terbunuh. Itu
saja. (!)
Alasan yang dikemukakan
ath-Thusi ini dan orang-orang yang serupa dengannya jelas sangat lemah sekali.
Kebatilan alasan mereka tampak pada beberapa point berikut:
1. Telah disebutkan dalam
kitab-kitab referensi utama mereka bahwa al-Mahdi insan yang ditolong dan
dibantu Allah, ia akan menguasai belahan bumi barat dan timur. Jika al-Mahdi
akan ditolong dan dimenangkan oleh Allah, mengapa ia harus menyembunyikan diri
dan tidak muncul di hadapan khalayak?!. Menghilangnya al-Mahdi dengan
bersembunyi di sirdaab dalam jangka tempo yang sangat lama menyisakan dan
memunculkan pertanyaan mengapa harus sembunyi? Bila al-Mahdi meyakini
berita-berita kemenangannya terhadap musuh-musuhnya, mengapa ia harus takut?
2. Keyakinan Syiah bahwa Imam
Mahdi Syiah khawatir akan terbunuh sehingga menyembunyikan diri, berkonsekuensi
gugurnya imamahnya. Sebab, menurut Syiah, seorang imam haruslah manusia yang
paling berani. Disebutkan dalam referensi mereka, “Seorang imam memiliki
beberapa tanda: ia adalah orang yang paling alim, paling bijak, paling bertakwa
dan paling berani”. (Al-Anwâr an-Nu’mâniyyah 1/34 , Ni’matullâh al-Jazâiri)
Sementara orang yang khawatir
dirinya akan dibunuh sehingga menghilang dan menyembunyikan diri bukanlah
manusia pemberani.
3. Keyakinan aneh tersebut
juga berarti bahwa al-Mahdi tidak akan pernah muncul sampai negara-negara
zhalim dan perusak lenyap, sehingga ia baru bisa merasa aman dari ancaman
bunuh. Karena kezhaliman akan tetap ada berarti kemunculannya tidak dibutuhkan.
4. Sejarah mencatat, Syiah
telah memiliki kekuasaan dan pemerintahan, seperti Iran sebagai contoh nyata.
Negara itu tentu pasti akan berusaha melindungi al-Mahdi kalau mau memunculkan
diri, akan tetapi kenapa tidak muncul-muncul juga?
5. Orang yang tidak bisa
membela diri dan melindungi dirinya dari ancaman pembunuhan maka jelas tidak
akan sanggup melindungi orang lain. Apakah masuk akal, orang-orang Syiah
menunggu kedatangan orang yang katanya akan memberangus musuh-musuh mereka
dengan gemilang?
Dengan demikian, alasan
mereka untuk menutupi keanehan menghilang dan sembunyi Imam Mahdi mereka gugur
dan selanjutnya hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Imam Mahdi mereka pada
hakekatnya memang tidak ada dan tidak pernah ada.
KETIKA BERSEMBUNYI, UMAT TIDAK
MENDAPATKAN MANFAAT APA-APA
Petunjuk lain yang menandakan kebatilan aqidah sembunyinya Imam Mahdi Syiah,
bahwa tidak ada satu maslahat dan manfaat secuil pun yang didapatkan umat
manusia termasuk kaum Muslimin, dan para penganut Syiah, baik berhubungan
dengan maslahat duniawi atau agama yang didapatkan dari persembunyiaan Imam
Mahdi Syiah itu.
Bisa dihitung sampai
sekarang, Imam Mahdi Syi’ah sudah bersembunyi tidak kurang dari 1173 tahun
lamanya (?!), karena menurut mereka ia memasuki gua pada tahun 260H saat
berusia 5 tahun. Apakah manfaat dari keberadaannya yang bersembunyi kalau
memang ia benar-benar ada dan masih hidup? Bagaimana bila ia sebenarnya tidak
pernah ada. Bagi siapa saja yang meyakini dengan imam ke-12 ini, manfaat apakah
yang ia dapatkan untuk agama dan dunianya. Maka, hanya ada dua kondisi, imam
itu hilang atau memang tidak pernah ada. Dalam dua kondisi ini, tidak ada
manfaat untuk agama atau dunia seseorang.
Berdasarkan pandangan Syiah
yang menganggap imamah sebagai rukun agama, maka ketidakmunculan Imam Mahdi
Syiah ini – bila dianggap ada – mengakibatkan lumpuhnya pelaksanaan syariat dan
kemaslahatan agama lainnya. Pantas saja, shalat Jum’at dan jamaah tidak
dilakukan di kantong-kantong Syiah, dengan alasan ketiadaan imam. (?!)
Dengan demikian, dapat
diketahui bahwa kisah fiktif (khurofat) Imam Mahdi Syiah digulirkan untuk
menutupi kekeliruan aqidah mereka yang memang sudah rusak sebelumnya dari
asasnya. Walillâhil hamdi wal minnah ‘alal Islâm wal hidâyah.
KETIKA AKAL SEHAT HILANG, YANG
PALING ANEH SEKALIPUN DIBENARKAN
Setelah secara yakin dapat disimpulkan bahwa Imam Mahdi Syiah memang tidak ada,
dan keyakinan tentang itu lebih tepat masuk kategori cerita khurofat, ada
baiknya kita simak komentar beberapa Ulama Islam tentang keyakinan rusak ini.
Usai mengungkap sifat-sifat
Imam Mahdi Ahli Sunnah yang diterangkan oleh Rasûlullâh Muhammad dalam
hadits-hadits shahihnya, Imam Ibnu Katsîr rahimahulla , seorang pakar tafsir,
sejarah dan fikih, (wafat tahun H) menyimpulkan tentang Imam Mahdi Syiah yang
telah bersembunyi lebih dari 100 tahun dalam gua dengan berkata, “Sesungguhnya
(wujud Imam Mahdi Syiah) itu tidak ada hakekatnya, tidak ada mata yang pernah
menyaksikannya juga tidak ada bukti yang menjelaskannya”. (al-Fitan wal Malâhim
1/23-24)
Di tempat lain beliau
menyatakan, “Sesungguhnya keyakinan tersebut termasuk hadzayân (igauan belaka),
bukti sangat jauh dari hidayah, sangat kuat kedekatannya dengan setan. Sebab,
tidak ada dalil dan petunjuk (yang membenarkannya) baik dari al-Qur`an, Hadits
(shahih), akal sehat dan istihsaan”. (al-Fitan wal Malâhim 1/29)
Sementara ‘Allamah Syaikh
as-Safârîni rahimahullah juga menyebut keyakinan itu sebagai igauan belaka yang
tidak ada hakekatnya. (Lawâmi’ul Anwâr 2/71)
Demikian pula, Syaikh Khâlid
Muhammad ‘Ali al-Hâjj menyatakan, “Ringkasnya, klaim Syiah (bahwa Imam Dua
Belas mereka bersembunyi) itu tidak ada dasarnya sama sekali. Tidak ada satu
orang ulama besar (Ahli Sunnah) yang meriwayatkannya. Tidak ada unsur
kebenarannya sedikit pun. Akan tetapi, bila akal (sehat) telah hilang, maka segala
sesuatu (yang aneh) pun mungkin terjadi”. (al-Kasysyâful Farîdi ‘an Ma’âwil
Hadmi wa Naqâidhi at-Tauhîd 1/123-124)
PENUTUP
Aqidah Imam Mahdi ala Syiah ini memperlihatkan dengan jelas sekali betapa
merupakan aqidah yang rapuh, ganjil sekaligus aneh, tidak sepantasnya orang
yang berakal meyakininya. Orang yang berakal sehat dan mencintai al-haq akan
menolaknya mentah-mentah.
Kebenaran haqiqi sangat
jelas, dan tidak kabur bagi orang yang mengetahuinya, sebagaimana seorang ahli
emas tidak akan sulit membedakan antara emas murni dan emas palsu. Sementara
bagi orang yang bodoh, buta, atau kurang tahu, bisa saja menganggap kesesatan,
kemungkaran, dan penyimpangan sebagai al-haq yang harus diyakini, diamalkan dan
dibela mati-matian.
Inilah yang mengakibatkan sebagian
orang terjerumus dalam penyimpangan dan kesesatan yang terkadang tampak jelas
tidak bisa diterima oleh akal sehat. Oleh karena itu, kebatilan akan mudah
menyebar dan laku di tengah orang-orang yang tidak berilmu, bodoh dan buta
terhadap ilmu syar’i dan ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , serta
pengamalan Islam oleh para Sahabat.
Semoga Allâh Azza wa Jalla
senantiasa menetapkan hidayahNya pada kita dan mewafatkan kita di atas Sunnah.
Wallâhu a’lam.
MARAJI.
1. Badzlul Majhûdi fî Itsbâti Musyâbahati Râfidhati lil Yahûdi, ‘Abdullâh
al-Jumaili, Maktabah al-‘Ghurâbâ al-Atsariyyah Madinah
2. Muqaddimah tahqîq kitab al-Imâmah fir raddi ‘alâ Râfidhah al-Hâfizh Abu
Nu’aim al-Asfahâni oleh DR. ‘Ali Muhammad Nâshir al-Faqîhi
3. Ash-Shawârifu ‘anil haqqi, Hamd al-‘Utsmân Cet. II Th1426H
[Disalin dari majalah
As-Sunnah Edisi 01/Tahun XV/1433H/2012. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah
Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp.
0271-858197 Fax 0271-858196]
Artikal berkaitan: https://aburedza.wordpress.com/2010/02/10/imam-ke-12-imam-mahdi-ia-ujud-atas-andaian-bukan-atas-kelahiran/
Baca juga :
Imam ke 12 Imam Mahdi : Ia ujud atas andaian
bukan atas kelahiran.