Sabtu, 16 Januari 2016 - 14:42 WIB
Teheran telah memberikan senjata dan
uang kepada 30 kelompok dengan lebih dari 200.000 anggota di negara-negara
Timur Tengah.
Iran telah mempersenjatai dan mendukung
kelompok-kelompok teror di Suriah, Irak, Lebanon, dan Yaman, kata seorang ahli
keamanan.
Mohammad Abdullah bin
Fayez, sebagaimana diberitakan Arab News,
Jumat (15/1/2016) mengatakan, Teheran telah memasok senjata dan uang kepada 30
kelompok dengan lebih dari 200.000 milisi di negara-negara tersebut, yang
memungkinkan mereka menindas warga negara lainnya dan membuka pintu masuk
penguasa Iran.
Bin Fayez mengatakan, ini
terjadi di Suriah, dengan dukungan kepada milisi yang terdiri dari 40.000
sampai 45.000 orang, dibantu oleh sekitar 15.000 milisi dari Irak , Iran, dan
Lebanon.
Di Lebanon, Iran mendukung
partai besar sekaligus milisinya yang terdiri dari 15.000 sampai 20.000 orang,
sekaligus memasok mesin perang berat. Di Yaman, mendukung presiden terguling,
Houthi, dan milisinya sebanyak 50.000 orang.
Di Irak, ada kehadiran
permanen ribuan orang, tentara, dan pedagang Iran, yang memiliki pengaruh besar
pada proses pengambilan keputusan negara.
Bin Fayez mengatakan, ini
telah mengakibatkan kematian satu juta orang dan terjadi pengungsian 15 juta
orang, yang 11 juta di antaranya berasal dari Suriah. Selain itu terdapat
kerugian material sebesar 400 miliar dolar (sekitar 5.520 triliun).
Dia mengatakan, telah
terjadi pelanggaran keamanan serius dan kekacauan kekuatan di Timur Tengah
karena hal ini, yang memungkinkan menimbulkan bahaya bagi Kerajaan, negara-negara
Teluk, dan Yordania.
Dia mengatakan, Raja
Salman telah bekerja sama dengan negara-negara tersebut untuk mengatasi Iran,
dengan cara membantu Yaman, Suriah, dan Bahrain.
Bin Fayez mengatakan,
upaya yang dilakukan dalam kekuatan dua kali lipat untuk melawan bahaya ini.*
Rep: Insan Kamil
Editor: Syaiful Irwan
5 Tahun Konflik Di Suriah,
Baru Kali Ini Sekjen PBB Sebut Assad Lakukan Kejahatan Perang
Sabtu, 6
Rabiul Akhir 1437 H / 16 Januari 2016 17:00 WIB
Untuk pertama kalinya sejak berlangsungnya 5 tahun
perang revolusi di Suriah sejak tahun 2011 lalu, Kamis 14 Januari Sekjen PBB
Ban Ki Moon akhirnya menyebut blokade kota di Suriah untuk tujuan kelaparan
adalah sebuah kejahatan perang.
“Sudah jelas
bahwa penggunaan kelaparan sebagai senjata perang adalah sebuah kejahatan perang
yang dilarang dalam hukum kemanusiaan internasional,” ujar Sekjen Ban Ki Moon
di markas besar PBB menanggapi blokade di kota Madaya Suriah.
Ban
melanjutkan, “Rezim Syiah Bashar Al Assad dan kelompok oposisi bertanggung
jawab penuh atas pelanggaran dan kekejaman lainnya di Suriah, dan meminta
seluruh pihak untuk mencabut blokade yang ikut menyengsarakan warga sipil”
Perlu
diketahui bahwa tanggal 25 Januari nanti PBB akan menggelar pertemuan pertama
antara kelompok revolusi Suriah dan pemerintah rezim Bashar Al Assad yang akan
di langsukan di Jenewa, Swiss.
Tercatat
selain kota Madaya ada sekitar 14 kota lainnya di Suriah yang nasibnya serupa
dibawah blokade tentara rezim Bashar Al Assad dan milisi Syiah pro-Iran. Mau
tahu kota apa saja? Silahkan baca artikel di bawah ini. (Rassd/Ram)