Mari kita menelaah Fatwa Syaikhul Islam terkait fitnah pembunuhan Husain ini! kita ketahui bahwasanya Yazid bin Muawiyah Bin Abu Sufyan merupakan khalifah yang berkuasa ketika Ubaidaullah bin ziyad membantai Husain dan keluarga.
Syaikhul Islam mengatakan:
Belum pernah sebelumnya seorangpun manusia membicarakan masalah Yazid bin Mu’awiyah dan tidak pula membicarakannya termasuk masalah Dien.
Hingga terjadilah setelah itu beberapa perkara, sehingga manusia melaknat Yazid bin Mu’awiyah, bahkan bisa saja laknat tersebut berujung kepada laknat terhadap orang lain dengan menggunakan kejadian-kejadian tersebut
Sedangkan kebanyakan Ahlus Sunnah tidak suka melaknat orang tertentu. Kemudian suatu kaum dari golongan yang ikut mendengar yang demikian meyakini bahwa Yazid termasuk pemuka orang shalih dan imam yang mendapat petunjuk.
Hingga terjadilah setelah itu beberapa perkara, sehingga manusia melaknat Yazid bin Mu’awiyah, bahkan bisa saja laknat tersebut berujung kepada laknat terhadap orang lain dengan menggunakan kejadian-kejadian tersebut
Sedangkan kebanyakan Ahlus Sunnah tidak suka melaknat orang tertentu. Kemudian suatu kaum dari golongan yang ikut mendengar yang demikian meyakini bahwa Yazid termasuk pemuka orang shalih dan imam yang mendapat petunjuk.
Maka golongan yang melampaui batas terhadap Yazid menjadi dua sisi yang berlawanan:
Sisi pertama, mereka yang mengucapkan bahwa dia kafir zindiq dan bahwasanya dia telah membunuh salah seorang anak perempuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, membunuh sahabat-sahabat Anshar, dan anak-anak mereka pada kejadian Al-Hurrah (pembebasan Madinah) untuk menebus dendam keluarganya yang dibunuh dalam keadaan kafir seperti kakek ibunya ‘Utbah bin Rab’iah, pamannya Al-Walid dan selain keduanya. Mereka menyebutkan pula bahwa dia terkenal sebagai peminum khamr dan menampakkan maksiat-maksiatnya.
Pada sisi lain, ada yang meyakini bahwa dia (Yazid) adalah imam yang adil, mendapatkan petunjuk dan dapat memberi petunjuk. Dan dia dari kalangan sahabat atau pembesar shahabat serta salah seorang dari wali-wali Allah. Bahkan sebagian dari mereka meyakini bahwa dia dari kalangan para nabi. Mereka berkata : barangsiapa yang ragu terhadap Yazid maka Allah akan menghentikan dia dalam neraka Jahannam.
Mereka meriwayatkan dari Syaikh Hasan bin ‘Adi bahwa ia adalah wali yang seperti ini dan seperti itu. Barangsiapa yang ragu maka dia menetap dalam neraka karena ucapan mereka yang demikian terhadap Yazid.
Setelah zaman Syaikh Hasan bertambahlah perkara-perkara batil dalam bentuk syair atau prosa. Mereka ghuluw kepada Syaikh Hasan dan Yazid dengan perkara-perkara yang menyelisihi apa yang ada di atasnya Syaikh ‘Adi yang agung -semoga Allah mensucikan ruhnya-. Karena jalan beliau sebelumnya adalah baik, belum terdapat bid’ah-bid’ah yang seperti itu, kemudian mereka mendapatkan bencana dari pihak Rafidlah yang memusuhi mereka dan kemudian membunuh Syaikh Hasan bin ‘Adi sehingga terjadilah fitnah yang tidak disukai Allah dan Rasul-Nya.
Dua sisi ekstrim terhadap Yazid tersebut menyelishi apa yang disepakati oleh para ahli Ilmu dan orang beriman.
Yazid bin Mu’awiyah dilahirkan pada masa khalifah Utsman bin ‘Affan radliallahu ‘anhu dan tidak pernah bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serta tidak pula termasuk sahabat dengan kesepakatan para ulama. Dia tidak pula terkenal dalam masalah Dien dan keshalihan.
Dia termasuk pemuda muslim bukan kafir dan bukan pula zindiq. Dia memegang tampuk kekuasaan setelah ayahnya dengan tidak disukai oleh sebagian kaum muslimin namun diridlai oleh sebagian yang lain. Dia memiliki keberanian dan kedermawanan dan tidak pernah menampakkan kemaksiatan-kemaksiatan sebagaimana dikisahkan oleh musuh-musuhnya.
Yazid bin Mu’awiyah dilahirkan pada masa khalifah Utsman bin ‘Affan radliallahu ‘anhu dan tidak pernah bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serta tidak pula termasuk sahabat dengan kesepakatan para ulama. Dia tidak pula terkenal dalam masalah Dien dan keshalihan.
Dia termasuk pemuda muslim bukan kafir dan bukan pula zindiq. Dia memegang tampuk kekuasaan setelah ayahnya dengan tidak disukai oleh sebagian kaum muslimin namun diridlai oleh sebagian yang lain. Dia memiliki keberanian dan kedermawanan dan tidak pernah menampakkan kemaksiatan-kemaksiatan sebagaimana dikisahkan oleh musuh-musuhnya.
Namun pada masa pemerintahannya telah terjadi perkara-perkara besar
yaitu:
yaitu:
1. Terbunuhnya Al-Husein radhiyallahu ‘anhu padahal dia tidak memerintahkan untuk membunuhnya dan tidak pula menampakkan kegembiraan dengan pembunuhan Husein serta tidak memukul gigi taringnya dengan besi.
Dia juga tidak membawa kepala Husein ke Syam. Dia hanya memerintahkan untuk mencegah Husein dengan melarangnya dari urusan tertentu sekalipun dengan memeranginya. Tetapi para utusannya melebihi dari apa yang diperintahkannya karena Samardzi Al-Juyusy mendorong ‘Ubaidillah bin Ziyad untuk membunuhnya. Ibnu Ziyad pun menyakitinya dan ketika Al-Husein radhiyallahu ‘anhu meminta agar dia dibawa menghadap Yazid, atau diajak ke front untuk berjihad (memerangi orang-orang kafir bersama tentara Yazid -pent), atau kembali ke Mekkah, mereka menolaknya dan tetap menawannya. Atas perintah Umar bin Sa’d, maka mereka membunuh beliau dan sekelompok Ahlul Bait radhiyallahu ‘anhum dengan dzalim.
Dia juga tidak membawa kepala Husein ke Syam. Dia hanya memerintahkan untuk mencegah Husein dengan melarangnya dari urusan tertentu sekalipun dengan memeranginya. Tetapi para utusannya melebihi dari apa yang diperintahkannya karena Samardzi Al-Juyusy mendorong ‘Ubaidillah bin Ziyad untuk membunuhnya. Ibnu Ziyad pun menyakitinya dan ketika Al-Husein radhiyallahu ‘anhu meminta agar dia dibawa menghadap Yazid, atau diajak ke front untuk berjihad (memerangi orang-orang kafir bersama tentara Yazid -pent), atau kembali ke Mekkah, mereka menolaknya dan tetap menawannya. Atas perintah Umar bin Sa’d, maka mereka membunuh beliau dan sekelompok Ahlul Bait radhiyallahu ‘anhum dengan dzalim.
Terbunuhnya beliau -radhiyallahu ‘anhu- adalah musibah besar, terbunuhnya Al-Husein dan Utsman Bin Affan sebelumnya merupakan penyebab fitnah terbesar pada umat ini. Pembunuh keduanya adalah makhluk yang paling jelek di sisi Allah.
Ketika keluarga beliau radhiyallahu ‘anhu mendatangi Yazid bin Mua’wiyah, Yazid memuliakan mereka dan mengantarkan mereka ke Madinah.
Diriwayatkan bahwa Yazid melaknat Ibnu Ziyad atas pembunuhan Husein dan berkata: “Aku sebenarnya meridlai ketaatan penduduk Irak tanpa pembunuhan Husein.” Tetapi dia tidak menampakkan pengingkaran terhadap pembunuhnya, tidak membela serta tidak pula membalasnya, padahal itu adalah wajib bagi dia. Maka akhirnya Ahlul Haq mencelanya karena meninggalkan kewajibannya, ditambah lagi dengan perkara-perkara lainnya dan musuh-musuhnya malah menambahkan beberapa kedustaan palsu atasnya.
2. Penduduk Madinah membatalkan bai’atnya kepada Yazid dan mereka mengeluarkan utusan-utusan dan penduduknya. Yazid pun mengirimkan tentara kepada mereka, memerintahkan mereka untuk taat dan jika mereka tidak mentaatinya setelah tiga hari mereka akan memasuki Madinah dengan pedang dan menghalalkan darah mereka. Setelah tiga hari, tentara Yazid memasuki Madinah an-Nabawiyah, membunuh mereka, merampas harta mereka, bahkan menodai kehormatan-kehormatan wanita yang suci, kemudian mengirimkan tentaranya ke Mekkah yang mulia dan mengepungnya. Yazid meninggal dunia pada saat pasukannya dalam keadaan mengepung Mekkah dan hal ini merupakan permusuhan dan kedzaliman yang dikerjakan atas perintahnya.
Oleh karena itu, keyakinan Ahlus Sunnah dan para imam-imam umat ini adalah mereka tidak melaknat dan tidak mencintainya.
Shalih bin Ahmad bin Hanbal berkata: Aku katakan kepada ayahku: “Sesungguhnya suatu kaum mengatakan bahwa mereka cinta kepada Yazid.” Maka beliau rahimahullah menjawab: “Wahai anakku, apakah akan mencintai Yazid seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir?” Aku bertanya: “Wahai ayahku, mengapa engkau tidak melaknatnya?” Beliau menjawab: “Wahai anakku, kapan engkau melihat ayahmu melaknat seseorang?” Diriwayatkan pula bahwa ditanyakan kepadanya: “Apakah engkau menulis hadits dari Yazid bin Mu’awiyyah?” Dia berkata: “Tidak, dan tidak ada kemulyaan, bukankah dia yang telah melakukan terhadap ahlul Madinah apa yang dia lakukan?”
Yazid menurut ulama dan Imam-imam kaum muslimin adalah termasuk raja (Islam -pent). Mereka tidak mencintainya seperti mencintai orang-orang shalih dan wali-wali Allah namun tidak pula melaknatnya.
Karena sesungguhnya mereka tidak suka melaknat seorang muslim secara khusus (ta ‘yin), berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu:
seseorang yang dipanggil dengan Hammar sering meminum khamr.
setiap dia dihadapkankan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ia dicambuk. Maka berkatalah seseorang: “Semoga Allah melaknatnya. Betapa sering dia dihadapkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan engkau melaknatnya, sesungguhnya dia mencintai Allah dan Rasul-Nya. ” (HR. Bukhari)
Karena sesungguhnya mereka tidak suka melaknat seorang muslim secara khusus (ta ‘yin), berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu:
seseorang yang dipanggil dengan Hammar sering meminum khamr.
setiap dia dihadapkankan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ia dicambuk. Maka berkatalah seseorang: “Semoga Allah melaknatnya. Betapa sering dia dihadapkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan engkau melaknatnya, sesungguhnya dia mencintai Allah dan Rasul-Nya. ” (HR. Bukhari)
Walaupun demikian di kalangan Ahlus Sunnah juga ada yang membolehkan laknat terhadapnya karena mereka meyakini bahwa Yazid telah melakukan kedhaliman yang menyebabkan laknat bagi pelakunya.
Kelompok yang lain berpendapat untuk mencintainya karena dia seorang muslim yang memegang pemerintahan di zaman para shahabat dan dibai’at oleh mereka. Serta mereka berkata: “Tidak benar apa yang dinukil tentangnya padahal dia memiliki kebaikan-kebaikan, atau dia melakukannya dengan ijtihad.”
Pendapat yang benar adalah apa yang dikatakan oleh para imam (Ahlus Sunnah), bahwa mereka tidak mengkhususkan kecintaan kepadanya dan tidak pula melaknatnya. Di samping itu kalaupun dia sebagai orang yang fasiq atau dhalim, Allah masih mungkin mengampuni orang fasiq dan dhalim. Lebih-lebih lagi kalau dia memiliki kebaikan-kebaikan yang besar.
Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya dari Ummu Harran binti Malhan radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Tentara pertama yang memerangi Konstantinopel akan diampuni. (HR.
Bukhari)
Bukhari)
sedangkan tentara pertama yang memerangi konstantinopel adalah di bawah pimpinan Yazid bin Mu’awiyyah dan pada waktu itu Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bersamanya.
Catatan:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah melanjutkan setelah itu dengan ucapannya: “Kadang-kadang sering tertukar antara Yazid bin Mu’ awiyah dengan pamannya Yazid bin Abu Sufyan. Padahal sesungguhnya Yazid bin Abu Sufyan adalah dari kalangan Shahabat, bahkan orang- orang pilihan di antara mereka dan dialah keluarga Harb (ayah Abu Sufyan bin Harb -pent) yang terbaik.
Beliau adalah salah seorang pemimpin Syam yang diutus oleh Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu ketika pembebasan negeri Syam. Abu Bakar ash- Shiddiq pernah berjalan bersamanya ketika mengantarkannya, sedangkan dia berada di atas kendaraan. Maka berkatalah Yazid bin Abu Sufyan: “Wahai khalifah Rasulullah, naiklah! (ke atas kendaraan) atau aku yang akan turun.”
Maka berkatalah Abu Bakar: “Aku tidak akan naik dan engkau jangan turun, sesungguhnya aku mengharapkan hisab dengan langkah-langkahku ini di jalan Allah. Ketika beliau wafat setelah pembebasan negeri Syam di zaman pemerintahan Umar radhiyallahu ‘anhu, beliau mengangkat saudaranya yaitu Mu’awiyah untuk menggantikan kedudukannya.
Beliau adalah salah seorang pemimpin Syam yang diutus oleh Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu ketika pembebasan negeri Syam. Abu Bakar ash- Shiddiq pernah berjalan bersamanya ketika mengantarkannya, sedangkan dia berada di atas kendaraan. Maka berkatalah Yazid bin Abu Sufyan: “Wahai khalifah Rasulullah, naiklah! (ke atas kendaraan) atau aku yang akan turun.”
Maka berkatalah Abu Bakar: “Aku tidak akan naik dan engkau jangan turun, sesungguhnya aku mengharapkan hisab dengan langkah-langkahku ini di jalan Allah. Ketika beliau wafat setelah pembebasan negeri Syam di zaman pemerintahan Umar radhiyallahu ‘anhu, beliau mengangkat saudaranya yaitu Mu’awiyah untuk menggantikan kedudukannya.
Kemudian Mu’awiyah mempunyai anak yang bernama Yazid di zaman pemerintahan ‘Utsman ibnu ‘Affan dan dia tetap di Syam sampai seterusnya.
Yang wajib adalah membatasi dan menghindar dari membicarakan Yazid bin Mu’awiyah serta menguji kaum muslimin dengan melakukan hal tersebut. Sesungguhnya yang demikian merupakan bid’ah yang menyelisihi ahlus sunnah wal jama’ah. Karena hal itu menyebabkan sebagian orang bodoh meyakini bahwa Yazid bin Mu`awiyah termasuk kalangan shahabat dan termasuk Pemuka orang shalih atau imam yang adil padahal ini adalah kesalahan yang nyata.”[1]
Semoga bermanfaat`
Yang wajib adalah membatasi dan menghindar dari membicarakan Yazid bin Mu’awiyah serta menguji kaum muslimin dengan melakukan hal tersebut. Sesungguhnya yang demikian merupakan bid’ah yang menyelisihi ahlus sunnah wal jama’ah. Karena hal itu menyebabkan sebagian orang bodoh meyakini bahwa Yazid bin Mu`awiyah termasuk kalangan shahabat dan termasuk Pemuka orang shalih atau imam yang adil padahal ini adalah kesalahan yang nyata.”[1]
Semoga bermanfaat`
[1] MAJMU FATAWA III/410-414
410
411
414
20 Responses to “MAJMU FATAWA : Sikap Ahlus Sunnah Terhadap Yazid bin Muawiyah”
KahirulSeptember 8, 2010 at 10:54 am #
Saya nak tahu,mengapakah Al-Husain ra enggan membaiat Yazid.
dobdobSeptember 16, 2010 at 1:55 am #
saya telah membahas hal tersebut dalam blog ini. silahkan membaca berulang-ulang tulisan diatas. lagipula tulisan ini adalah solusi atas prokontra terkait sikap ahlussunnah kepada yazid bin Muawiyah. jadi mohon dipahami kalau anda termasuk yang kontra.
AmirSeptember 8, 2010 at 11:41 pm #
Imam Ahmad ibn Hanbal: Yazid Adalah Hamba Terlaknat Dalam Al Qur’an!
Banyak anggapan keliru beredar bahwa ulama Ahlusunnah semuanya memuja Yazid dan membelanya dari semua kejahatan yang ia lakukan terhadap umat Islam secara umum dan Keluarga suci Nabi secara khususnya. Akan tetapi anggapan itu adalah salah, tidak sedikit ulama dan para imam Ahlusunnah yang tegas-tegas mengecam Yazid, bahkan melaknatinya. Hanya kaum nawâshib yang menyelinab di tengah-tengah kaum Sunni sajalah yang berterang-terangan membela Yazid.
Di antara ulama Sunni yang mengecam dan mengatakan bahwa Yazid adalah hamba terlaknat dalam Al Qur’an dan ia juga melaknati Yazid adalah Imam Ahmad seorang imam besar Ahlusunnah, yang namanya juga sering disebut-sebut oleh kaum Salafy baik yang Nawâshib maupun yang netral!
Di bawah ini akan kami sebutkan penukilan Imam Sibthu Ibn Jauzi yang mengutip sikap Imam Ahmad ibn Hanbal.
Ibnu Jauzi berkata:2$#$Q%Q%Q%
dobdob: silahkan membuat blog sendiri untuk mengetengahkan pemikiran anda. saya kira secara garis besar sudah saya kemukakan tentang prokontra penyikapan terhadap yazid dari kalangan ahlussunnah sendiri.
saya kira posting anda tidak sesuai dengan apa yang sedang kita bahas.
dobdobSeptember 16, 2010 at 1:52 am #
Alhamdulillah. terimakasih atas informasi yang anda berikan.
Kita sedang membicarakan hal terkait tertumpahnya banyak darah kaum muslimin. mohon bersikap hati-hati dan cermat. siapa yang anda maksud memuja yazid? blog ini? ibnu Taimiyah?
sekedar mengingatkan bahwa sikap ibnu taimiyah dalam hal ini netral terkait adanya indikasi bahwa yazid termasuk orang yang dikabarkan masuk syurga sementara kekhalifahannya tidak diridhai oleh beberapa orang soleh dari ummat ini. ditambah lagi Allah mungkin saja memaafkan dosa-dosa siapapun.
saya telah menebalkan beberapa kalimat yang saya kira bisa merepresentasikan sikap blog ini dan juga ibnu taimiyah.
adapun terkait sibthu ibnul jauzi, maka saya serahkan urusannya kepada Az Zahabi yang telah mengatakan bahwa dia adalah seorang faqih namun menjadi rafidhah. mohon hati-hati karena anda sempat menulis “ibnu Jauzi berkata”, padahal kalimat tersebut bersumber dari sibthu Ibnul Jauzi bukan Ibnul Jauzi.
Semoga bermanfaat
yasserDecember 17, 2010 at 2:23 pm #
Dalam sebuah riwayat, dalam masa khalifah ‘Umar bin abd.aziz.r.a, suatu hari pernah khalifah ‘Umar mendengar ada seorang menyebut yazid bin Mu’awiyah dengan tambahan r.a (rodhiyallohu ‘anhu), serta merta orang tersebut dicambuknya oleh khalifah. Imam Ahmad bin Hanbal merestui pemberontakan Husain r.a. cucu Rosululloh terhadap yazid bin mu’awiyah. Wallohu a’lam.
dobdobDecember 20, 2010 at 3:53 am #
mohon sertakan sumber penukilan antum untuk menambah data blog ini dan menjaga keilmiahan.
Galih The Duke Of MerovingianMay 23, 2011 at 4:21 pm #
that’s a good article, thx
mokhtar atsqafiJune 1, 2011 at 11:24 pm #
Laknatullah ilaih wa ila abu sufyan wa muawiyah wa yazid ila yaumil kiamah…. Yazid manusia laknat pemabuk dan lemah akalnya dari keluarga munafikin.. Tidak ada manusia serendah dia. . Ya Allah kekalkanlah yazid dan keluarga pembenci zuriah rasulullah kekal dibdasar jahanam… Ilahi ya rabbi
dobdobJune 9, 2011 at 10:09 am #
saya mengharapkan partisipasi ilmiyah dari anda, silahkan anda menyangkal artikel saya berdasarkan informasi ilmiah yang anda miliki. biasakan menggunakan metode penulisan induktif. terimkasih
Rafidhah mana bisa ilmiah…
sungguh picik jika orang zaman sekarang membela Muawuyah setelah berlalunya zaman dan terangnya ilmu!!! kalau pada zamannya mungkin masih wajar…
Abdul Hafiz Al KajanjiJanuary 30, 2012 at 1:22 pm #
Harap semua baca artikel ni…
si miskin ilmuFebruary 4, 2012 at 8:44 pm #
baca tafsir Al Alusi..
kitab ruhul maani… jilid 14 hal 104-105
ulama ahlus sunnah…
juga kurang suka sama yazid…
dobdobFebruary 24, 2012 at 9:24 am #
kalau masalah gak suka sih wajar-wajar saja.. yang berbahaya adalah jika kita kerap mengotori lisan dengan kalimat-kalimat celaan.. baca artikel ini dengan seksama… ahlussunnah seharunya bersikap ditengah… apalagi disinyalir ada indikasi hadits yang menunjukkan bahwa Yazid termasuk mulia karena mengikuti perang fisabilillah yang balasannya adalah syurga..dosa besar selama bukan syirik bisa saja diampuni tanpa taubat.
ditambah lagi..celaan-celaan terhadap Yazid dan ayahnya kerap menjadi gerbang untuk mencela para sahabat dan Isteri Rasulullah.
rediMarch 13, 2012 at 10:05 am #
sejarah telah terbuka,hanya alloh swt yang mengetahui kebaikan dan kedzoliman ibnu yazid.yang jelas bahwa husein telah tebunuh pada masamuawiyyah.yang jelas 2 khalifahnya ibnu yazid.semoga alloh swt membalasnya di akhirat
dobdobMarch 30, 2012 at 5:01 pm #
monggo dibaca lagi mas biar marah-marahnya lebih terarah
Sukran akhi buat artikelnya, mudah-mudah antum dimudahkan oleh allah subhanahu wa Ta’ala untuk membuat artikel
Javad Al KadzimOctober 24, 2012 at 2:32 pm #
Ane Javad Al-Kadzim bermubahalah (meminta keadilan pada Alloh). Pecinta Muawiyah la’natullah adalah musuh Rosul dan ahlul baytnya yang suci. Muawiyah adalah manusia munafik yang merupakan pohon terkutuk dan dila’nat Alloh. Jika pernyataan ane ini salah maka ane akan dikutuk Alloh dengan hukuman yang seberat-beratnya dan dengan siksaan yang amat pedih mulai detik ini juga sampai akhir hayat ane. Jika hal ini tidak terjadi maka la’natlah bagi pecinta Muawiyan dan Yazid la’natullah ‘alaihuma.
dobdobJanuary 30, 2013 at 10:31 am #
ane saranin ente berdoa aja kepada Allah dan minta diberi petunjuk tentang pemahaman ente. Allah adalah sebaik-baik pemberi petunjuk. saya disni juga mendoakan semoga saudara selalu diberikan petunjuk dan dalam lindungan Allah
nokiaJanuary 8, 2013 at 12:21 am #
dalam sejarah jelas YAZID (LA) FASIK, yg pemberontak kan muawiyah pada pemerintahan yg sah yaitu Sayidina Hasan kok dibalik2 menurut logika ente, coba cek di kitabnya Ibnu kasir al bidayah wan nihayah