Syiah Mengulang Sejarah –
Satu tahun terakhir ini, dunia Arab dihebohkan
dengan berita-berita penggulingan penguasa-penguasa di beberapa
negaranya; Tunisia, Mesir, Yaman, Libia, Bahrain, dan Suriah, sebagian besar
berhasil dijatuhkan. Alasannya adalah karena pemimpin-pemimpin itu gagal
mensejahterakan rakyatnya, mereka sibuk memperkaya diri mereka, dan menikmati
kekuasaan sepanjang hidup mereka. Menanggapi hal ini, banyak suara yang pro dan
kontra menyikapi pengulingan penguasa-penguasa absolute ini, dengan alasan
demokratisasi Arab, kebebasan, hak asasi, bahkan atas nama agama.
Banyak orang-orang yang dianggap tokoh agama memprovokasi masa
agar terbakar semangat mereka dan menjanjikan adanya pahala atas apa yang
mereka lakukan, apabila berhasil menjatuhkan penguasa-penguasa tersebut.
Demikian pula banyak tokoh sekuler mengampanyekan kebebasan dan anti absolutisme.
Namun pada kesempatan kali ini kita tidak membicarakan permasalahan politik,
kita kerucutkan pembicaraan ini kepada suatu kelompok yang memanfaatkan peluang
di balik huru-hara ini untuk menancapkan kuku-kuku beracun mereka yang di
kawasan Timur Tengah. Sebuah kelompok yang dicitrakan sebagai pahlawan, namun
mereka sebenarnya musuh dalam selimut yang siap menerkam, kelompok tersebut
adalah kelompok
Syiah.
Sejarah Pengkhianatan Syiah
Syiah bukanlah kelompok kemarin sore yang hadir di lingkungan
umat Islam, kelompok ini memiliki sejarah yang panjang. Cikal bakal pemikiran
ini muncul di akhir pemerintahan Khalifah al-Rasyid, Utsman bin Affan. Pada
waktu itu seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam bernama Abdullah bin
Saba’ memprovokasi masa untuk memberontak kepada Utsman bin Affan sehingga
menyebabkan terbunuhnya Utsman. Kemudian pada zaman Ali bin Abi Thalib,
Abdullah bin Saba mengajak memuja-muja Ali dan mengatakan bahwa Ali-lah yang
semestinya menjadi khalifah setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan
Abu Bakar. Abdullah bin Saba’-lah orang yang mencetuskan ajaran Syiah dan
berhasil memunculkan perpecahan di barisan kaum muslimin.
Berbalik dengan keadaan saat ini, orang-orang mengatakan bahwa
mengatakan Syiah sesat adalah pemecah belah Islam dan antek-antek Yahudi.
Hendaknya mereka membaca sejarah yang ditulis oleh ulama-ulama Islam yang
amanah bukan malah menjauhkan diri dan sibuk dengan tulisan-tulisan orientalis
yang khianat dengan mengatasnamakan bijaksana dan kedewasaan. Berikut ini akan
kami cuplikkan rekam jejak kelompok Syiah di saat mereka hadir di tengah-tengah
kaum muslimin.
Pada masa kekhalifahan Abasiyah tercatatlah sebuah masa yang
kelam dalam sejarah Islam, yaitu masuknya tentara Tatar ke Kota Baghdad yang
mengakibatkan jatuhnya Baghdad ke tangan Tatar. Jumlah korban yang tewas
tatkala itu benar-benar luar biasa besarnya. Ibnu Katsir menyatakan,
“Orang-orang berbeda pendapat mengenai jumlah kaum muslimin yang tewas di
Baghdad dalam peristiwa ini. Ada yang mengatakan 800.000 jiwa, ada yang
mengatakan 1 juta 8ratus ribu jiwa, dan ada yang mengatakan jumlahnya mencapai
dua jutaan jiwa. Korban-korban tewas yang berada di jalanan layaknya gundukan
tanah yang bertumpuk-tumpuk. Ketika hujan turun, mayat-mayat mereka segera berubah
dan bangkai-bangkai mereka mengeluarkan bau busuk ke seluruh penjuru kota.
Udara menjadi tercemar dan menjadi wabah penyakit yang luar biasa dimana-mana,
sehingga menyebar dan berterbangan di udara sampai ke negeri Syam. Banyak orang
meninggal akibat perubahan cuaca dan tercemarnya udara. Semua orang menderita
akibat kenaikan harga, wabah penyakit, kematian, pembunuhan, dan penyakit tha’un. Sesungguhnya kita adalah
milik Allah dan hanya kepada-Nya lah kita kembali.” (Bidayah wan Nihayah oleh
Ibnu Katsir, 13:203).
Mengapa sampai sebanyak itu korban yang tewas oleh kekejaman
orang-orang Tatar? Mengapa dengan mudahnya mereka menembus Kota Baghdad tanpa
perlawanan yang berarti? Padahal Baghdad adalah pusat pemerintahan. Apakah
Dinasti Abasiyah begitu lemahnya sehingga tidak mampu berbuat apa-apa?
Jawabnya adalah Hulagu Khan memiliki seorang kaki tangan di
Baghdad yang menempati posisi sangat strategis di pemerintahan Abasiyah,
seorang menteri yang bernama Muayyiduddin Abu Thalib Muhammad bin Ahmad al
Qami, menteri dari Khalifah Abasiyah, Mu’tashim Billah.
Mu’tashim Billah melakukan kekeliruan besar tatkala dia
mengangkat seorang Syiah, Ibnu al Qami dalam jajaran pemerintahannya. Ia
menjadikan Ibnu al Qami layaknya seorang perdana menteri. Dia bukanlah menteri yang
dapat dipercaya, dan kinerjanya pun tidaklah dapat diharapkan. Dialah yang
melapangkan jalan pasukan Tatar memasuki Baghdad sehingga menwaskan manusia
dalam jumlah yang sangat besar.
Dengan jabatannya yang strategis, Al Qami memulai langkahnya
dengan melemahkan militer Abasiyah. Ia memotong gaji para tentara, mengurangi
tunjangan untuk berjihad, jumlah tentara pun ia susutkan, akibatnya lemahlah
pertahanan Abasiyah. (Bidayah wan Nihayah oleh Ibnu Katsir, 13:235)
Langkah berikutnya ia mulai berkorespondensi dengan Tatar,
memotivasi mereka untuk mengadakan ekspansi, ia menceritakan hal-hal yang
terjadi di Abasiyah, dan membuka rahasia kelemahan militer kekhalifahan. (Bidayah wan Nihayah oleh
Ibnu Katsir, 13:235). Ia juga mempengaruhi khalifah agar terus menunda
memerangi pasukan Tatar. Setelah itu terjadilah apa yang terjadi, terbunuh
banyak korban jiwa, sampai-sampai di antara mereka berandai-andai tidak
dilahirkan pada waktu itu karena tak tahan melihat banyaknya korban yang
terbunuh.
Bagaimana pula kisah Abu Thahir al Qaramithi, seorang Syiah yang
menyerang dan membunuh jamaah haji di Ka’bah, Mekah, pada
hari tarwiyah tahun
317 H. Ia mengubur sumur zam-zam, mengoyak-ngoyak kiswah, dan mencabut hajar
aswad lalu mengatakan, “Dimanakah burung-burung yang banyak itu (ababil)?”
kemudian hajar aswad dibawa ke negaranya (Yaman) sampai tahun 339 H. (Al Bidayah wa an Nihayah, 11:160-161
dan Al Kamil fi Tarikh, 7:53-54).
Demikian juga percobaan pembunuhan seorang pahlawan Islam
Shalahudin al Ayyubi atau Saladin. Orang-orang Syiah tentunya tidak akan lupa
bagaimana Shalahudin melenyapkan daulah Syiah, Daulah Fathimiyah. Beberapa kali
penyerangan dan percobaan pembunuhan dilakukan oleh orang Syiah untuk
membalaskan dendam mereka dan kembali merebut kekuasaan. Terlalu panjang
apabila kami uraikan satu per satu makar-makar yang dibuat Syiah sepanjang
sejarah Islam. Bagi yang menginginkan pembahasan secara mendalam silahkan baca
buku-buku sejarah klasik seperti Al Bidayah wa An Nihayah dan As Suluk li Ma’rifati Dual al Muluk.
Sejarah Berulang
Pada era modern ini, makar Syiah pun tak kalah hebat dari apa yang telah nenek
moyang mereka lakukan terhadap umat Islam. Mereka tetap menumpahkan darah dan
membuat keonaran. Perhatikanlah negara-negara yang memiliki komunitas Syiah yang
cukup potensial, pasti terjadi konflik sektarian, terjadi pembunuhan,
perampasan, dan penodaan kehormatan. Di antaranya:
Libanon
Kita tentu masih ingat, bagaimana Hizbullah yang berideologi Syiah
ini dianggap pahlawan, pejuang pemberani, dan pembela umat Islam dari makar
Yahudi. Peperangan antara Hizbullah dan Yahudi yang menduduki tanah Palestina,
di antaranya terjadi pada bulan juli 2006. Perang ini dilatarbelakangi oleh
aksi heroik gerilyawan Hizbullah yang berani menculik 2 tentara Yahudi demi sebuah
tujuan “mulia”, yakni mengadakan bargaining dengan Yahudi untuk menukar tahanan. Sebuah aksi
kepahlawanan bukan? Ternyata Yahudi merespon tindakan Hizbullah itu dengan
mengamuk menyerang pemukiman sipil di Libanon. Selama 34 hari mereka mengebomi
perkampungan sipil masyarakat Ahlussunnah di Libanon. Lalu pertanyaan muncul,
Hizbullah yang Syiah melawan Yahudi, tapi mengapa korban 1000 lebih dari
masyarakat sipil Ahlussunnah atau non Syiah yang malah dominan?
Bahrain
Krisis yang terjadi di Timur Tengah yang dimulai dengan keberhasilan
demonstrasi anti pemerintah menggulingkan Zainal Abidin Ben Ali di Tunisia
menginspirasi warga negara Arab lainnya. Pemerintahan Ben Ali yang sangat lama
memerintah dianggap gagal memenuhi harapan rakyat serta menyebabkan rakyat
hidup dalam kemiskinan. Kemudian hal serupa terjadi di Mesir, akhirnya Husni
Mubarak lengser dari singgasana.
Pergolakan itu pun muncul di Bahrain yang mayoritas penduduknya
berideologi Syiah (70%), namun dipimpin oleh Ahlussunnah yang minoritas (30%).
Pergolakan ini sangat kentara keinginan Syiah untuk merebut tampuk kekuasaan.
Pemerintah yang bermahdzab Ahlussunnah di Bahrain terhitung cukup berhasil
menyejahterakan rakyatnya. Bahrain termasuk negara yang perkembangan ekonominya
terpesat di dunia, pendapat perkapita USD33.850 atau 15 kali lipatnya
Indonesia. Bahrain juga tidak mengekakng rakyatnya dan dikatakan salah satu
negara terbebas di kawasan Teluk. Di bidang olahraga, negara ini juga berhasil
mengadakan event olahraga bertaraf internasional. Ini menunjukkan potensi
ekonomi yang dimiliki oleh Bahrain sangat besar. Dengan demikian pergolakan
untuk menggulingkan pemerintah di Bahrain sama sekali tidak berdasar kecuali
keinginan Syiah untuk berkuasa di wilayah tersebut. Bagi mereka kekuasaan di
Bahrain dengan segala kekayaan yang dimilikinya akan memudahkan mereka
menyebarkan ideologi Syiah di tanah Arab bahkan dunia dan mewujudkan cita-cita
pada saat revolusi Iran.
Yaman
Makar Syiah terhadap Ahlussunnah pun terjadi di Yaman. Gerilyawan Houthi yang
berideologi Syiah Itsna Asyariyah seperti Iran, memanfaatkan situasi
pemerintahan yang lemah karena perlawanan masa. Mereka memerangi Ahlussunnah di
wilayah So’dah di kota Damaj dengan alasan hendak menjadikan wilayah tersebut
100% dihuni oleh orang-orang Syiah, bukan karena alasan orang-orang Ahlussunnah
mengancam keberadaan mereka. Mereka mengadakan pemboikotan, memutuskan akses
pemukim So’dah dengan wilayah lainnya, dan dengan bantuan Iran mereka memerangi
penduduk So’dah. Mereka membunuhi minoritas Ahlussunnah, baik anak-anak,
perempuan, maupun orang tua, mereka tidak pandang bulu.
Suriah
Kekejaman Syiah di Suriah sudah kami singgung di tulisan sebelumnya
Kesimpulannya, kehadiran Syiah di tengah-tengah kaum muslimin
selalu menimbulkan efek negative; perpecahan antar umat Islam, rusaknya
stabilitas keamanan, pembunuhan, dll. Ketika lemah mereka mengampanyekan
persatuan dan toleransi, ketika kuat mereka mengintimidasi. Apabila mereka
menyerukan persatuan di negeri yang mayoritas Ahlussunnah semestinya mereka
dulu yang memulai hal itu di negeri-negeri yang mayoritas Syiah.
Ditulis oleh Nurfitri Hadi (Tim Konsultasi Syariah)
Disalin dari artikel Nurfitri Hadi untuk Blog Abu Abdurrohman