Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang yang mempunyai sifat dan karakter
mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan menjauhi
perkara-perkara yang baru dan bid’ah dalam agama.
Karena mereka adalah orang-orang yang ittiba’ (mengikuti) kepada
Sunnah Rasulullah dan mengikuti Atsar (jejak Salaful Ummah), maka mereka juga
disebut Ahlul Hadits, Ahlul Atsar dan Ahlul Ittiba’. Di samping itu, mereka
juga dikatakan sebagai ath-Thaa-ifatul Manshuurah (golongan yang mendapatkan
pertolongan Allah), al-Firqatun Naajiyah (golongan yang selamat), Ghurabaa’
(orang asing).1
Ahlus Sunnah wal Jama’ah dikatakan
juga as-Salafiyyuun,
karena mereka mengikuti manhaj Salafush Shalih dari Sahabat, Tabi’in dan
Tabi’ut Tabi’in. Kemudian setiap orang yang mengikuti jejak mereka serta
berjalan berdasarkan manhaj mereka –di sepanjang masa-, mereka ini disebut Salafi, karena
dinisbatkan kepada Salaf.2
Penamaan Ahlus Sunnah wal Jama’ah telah ada pada generasi
pertama umat Islam pada kurun yang dimuliakan Allah, yaitugenerasi Sahabat,
Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in.3
Allah
Ta’ala berfirman:
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
“Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah
yang hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram (kepada mereka
dikatakan): ‘Mengapa kamu kafir setelah beriman? Karena itu rasakanlah adzab
disebabkan kekafiranmu itu.’” (QS. Ali Imran: 106).
وقوله تعالى: { يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ } يعني: يوم القيامة، حين تبيض وجوه أهل السنة والجماعة، وتسودّ وجوه أهل البِدْعَة والفرقة، قاله ابن عباس، رضي الله عنهما4
Ibnu Abbas berkata, “Yakni pada hari kiamat, ketika menjadi
putih wajah-wajah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dan
menjadi hitam wajah-wajah ahlul bid’ah dan perpecahan.”5
Kemudian penggunaan istilah Ahlus Sunnah ini
diikuti oleh kebanyakan ulama, di antaranya:
1. Ayyub as-Sikhtiyani (wafat th. 131 H), ia
berkata, “Apabila aku dikabarkan tentang meninggalnya seorang dari Ahlus Sunnah seolah-olah
hilang salah satu anggota tubuhku.”6
2. Sufyan ats-Tsaury (wafat th. 161 H) berkata,
“Aku wasiatkan kalian untuk tetap berpegang kepada Ahlus Sunnah dengan
baik, karena mereka adalah al-ghurabaa’. Alangkah sedikitnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah.”7
3.Fudhail bin Iyadh (wafat th. 187 H) berkata,
“… Berkata Ahlus
Sunnah:Iman itu keyakinan, perkataan, dan perbuatan.”8
4. Imam Ahmad bin Hanbal (hidup th. 164-241 H),
beliau berkata dalam muqaddimah kitabnya, As-Sunnah,
“Inilah madzhab ahlul ‘ilmi, ash-haabul atsar dan Ahlus Sunnah, yang
mereka dikenal sebagai pengikut Sunnah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan
para Sahabatnya Radhiyallahu ‘anhum, dari semenjak zaman para Sahabat hingga
pada masa sekarang ini…”9
5. Imam Ibnu Jarir ath-Thabari (wafat th. 310 H),
“… Adapun yang benar dari perkataan tentang keyakinan bahwa kaum Mukminin akan
melihat Allah pada hari Kiamat, maka itu merupakan agama yang kami beragama
dengannya, dan kami mengetahui bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ahberpendapat
bahwa penghuni Surga akan melihat Allah sesuai dengan berita yang shahih dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.”10
Faedah: Kami sengaja mencantumkan tahun hidup dan wafat ulama. Dan ini
adalah kebiasaan Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas (semoga Allah menjaganya)
dalam tulisannya. Dengan mencantumkan tahun hidup dan wafat ulama akan
diketahui orang yang berbohong dalam sejarah. Akan diketahui juga orang-orang
yang dijangkiti kebodohan dalam masalah sejarah -khususnya sejarah istilah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah-.
Dengan penjelasan di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa lafazh Ahlus Sunnah sudah
dikenal di kalangan Salaf (generasi awal umat ini) dan para ulama sesudahnya.
Istilah Ahlus Sunnah merupakan istilah yang mutlak sebagai lawan kata Ahlul
Bid’ah. Para ulama Ahlus Sunnah menulis penjelasan tentang Aqidah Ahlus Sunnah
agar umat faham tentang aqidah yang benar dan untuk membedakan antara mereka
dengan Ahlul Bid’ah. Sebagaimana telah dilakukan oleh Imam Ahmad bin Hanbal,
Imam al-Barbahari, Imam ath-Thahawi serta yang lainnya.
Dan ini juga sebagai bantahan kepada orang yang berpendapat
bahwa istilah Ahlus Sunnah pertama kali dipakai oleh golongan Asy’ariyyah,
padahal Asy’ariyyah muncul pada abad ke-3 dan ke-4 Hijriyyah.11
Pada hakikatnya, Asy’ariyyah tidak dapat dinisbatkan kepada
Ahlus Sunnah, karena beberapa perbedaan prinsip yang mendasar, di antaranya:
1.Golongan Asy’ariyyah menta’wil sifat-sifat
Allah Ta’ala, sedangkan Ahlus Sunnah menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana
yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, seperti sifat istiwa, wajah,
tangan, al-Qur’an Kalamullah, dan lainnya.
2.Golongan Asy’ariyyah menyibukkan diri mereka
dengan ilmu kalam, sedangkan ulama Ahlus Sunnah justru mencela ilmu kalam,
sebagaimana penjelasan Imam asy-Syafi’i ketika mencela ilmu kalam.
3.Golongan Asy’ariyyah menolak kabar-kabar yang
shahih tentang sifat-sifat Allah, mereka menolaknya dengan akal dan qiyas
(analogi) mereka.12
Sekilas tentang Asy’ariyyah dan Maturidiyyah.
Asy’ariyyah.
Mereka adalah pengikut Abul Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari (wafat
th. 324 H). Sebelumnya beliau menganut pemahaman Mu’tazilah selama 40 tahun,
kemudian berpindah kepada paham Kullabiyyah yang menetapkan sebagian
sifat-sifat Allah dan mentakwil sebagian yang lain. Setelah itu menjelang akhir
hayatnya beliau kembali kepada pemahaman Salaf dan menulis kitab al-Ibanah dan
Maqalaatul Islamiyyin. Dikedua kitab tersebut beliau menyebutkan bahwa beliau
mengikuti pendapat Imam Ahlus Sunnah Ahmad bin Hanbal, dan pendapatnya
mengikuti semua pendapat Imam Ahmad. Namun sayang para pengikutnya mengambil
pemahaman beliau ketika menganut paham Kullabiyah dan menisbatkan pemahaman
tersebut kepada beliau, sehingga mereka menamakan diri mereka dengan al-Asyaa’irah atau al-Asy’ariyyah.
Sedangkan beliau sendiri berlepas diri dari mereka.13
Maturidiyyah.
Mereka
dinisbatkan kepada Abu Manshur al-Maturidi as-Samarkand (wafat th. 332 H), imam
mereka. Di antara pendapat bid’ah mereka adalah:
1. Mereka menafikan sifat fi’liyyah bagi Allah.
Sedangkan Ahlus Sunnah menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana yang telah
ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
2. Menafikan keyakinan bahwa kaum mukminin
melihat Allah pada hari kiamat. Padahal keyakinan yang benar (keyakinan ahlus
sunnah) adalah orang mukmin akan melihat Allah pada hari kiamat. Rasulullah
bersabda,“Sesungguhnya
kalian akan melihat Rabb (Allah) kalian, sebagaimana kalian melihat bulan pada
malam bulan purnama, kalian tidak terhalang (tidak berdesak-desakan) ketika
melihat-Nya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).14
3. Mengingkari sebagian besar sifat-sifat Allah
Ta’ala. Dan lain-lain.15
BANTAHAN KEPADA HABIB RIZIEQ SHIHAB.
Habib Rizieq berkata:
1. Apalagi umat Islam dari kalangan Asy’ari dan Maturidi yang sudah 1200
tahun lebih secara representatif mewakili Ahlussunnah wal Jama’ah.
2.1000 tahun lebih yang disebut
Ahlussunnah itu adalah Asy’ari dan Maturidi.
Bantahan.
Kelirulah Habib Rizieq yang
mengatakan Asy’ari (Asy’ariyyah) dan Maturidi mewakili Ahlus Sunnah wal
Jama’ah. Karena yang mewakiliAhlus Sunnah wal Jama’ah adalah para Sahabat Rasulullah, Tabi’in,
Tabi’ut Tabi’in, para ulama dan orang-orang yang mengikuti mereka.
Asy’ariyyah dan Maturidi tidak dapat dinisbatkan kepada Ahlus
Sunnah karena terdapat perbedaan antara Asy’ariyyah dan Maturidi dengan Ahlus
Sunnah.
Wal hasil Asy’ari dan Maturidi bukan wakil Ahlus
Sunnah wal Jama’ah, karena Asy-‘ari dan Maturidi berbeda/tidak sama dengan
Ahlus Sunnah. Bagaimana mungkin suatu yang berbeda dikatakan sama.
Apalagi
istilah Ahlus Sunnah wal jama’ah telah dikenal jauh sebelum timbul pemahaman
Asy’ariyyah dan Maturidiyyah. Pahamilah wahai Saudaraku!
Istilah
Ahlus Sunnah telah dikenal pada masa Ibnu Abbas yang lahir tiga tahun sebelum
hijrah dan meninggal dunia tahun 68 H. Jauh sebelum masa Abul Hasan al-Asy’ari
(wafat 324 H) dan jauh sebelum masa Abu Manshur al-Maturidi (wafat 332 H).
(Bersambung,
Insya Allah).
Disusun
oleh Abu Aslam bin Syahmir bin Marbawi.
Footnote:
1. Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, halaman 38.
2. Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah” halaman 35.
3.Lihat buku “Prinsip-Prinsip Aqidah Ahlus
Sunnah wal Jama’ah” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, halaman 19. Lihat
juga buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” karya Ustadz Yazid bin Abdul
Qadir Jawas, halaman 41.
4.Lihat Maktabah Syamilah, Tafsir Ibnu Katsir,
surat al-Ma’idah ayat 106.
5.Tafsiir Ibni Katsiir (II/92,
cet. Daar Thayyibah) dan Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah
wal Jama’ah (I/79, no. 74). Lihat buku “Prinsip-Prinsip
Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” halaman 20. Lihat juga buku “Syarah Aqidah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah” halaman 42.
6.Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah” halaman 42.
7. Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal
Jama’ah (I/71, no. 49 dan 50).
Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” halaman 42.
8.Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah” halaman 42.
9.Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah” halaman 43.
10.Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah” halaman 43.
11.Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah” halaman 43-44.
12.Lihat pembahasan tentang berbagai perbedaan
pokok antara Ahlus Sunnah dengan Asy’ariyyah dalam kitab Manhaj
Ahlis Sunnah wal Jama’ah wa Manhajil Asyaa’irah fii Tauhiidillahi Ta’aalaa oleh
Khalid bin Abdil Lathif bin Muhammad Nur dalam 2 jilid, cet. I/Maktabah
al-Ghuraba’ al-Atsariyyah, th. 1416 H. Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah
wal Jama’ah” halaman 44.
13.Al-Milal wan Nihal (hal.
94-103), Wasathiyyah Ahlus Sunnah bainal Firaq(hal.
297-299), dan Mu’jamul Bida’ (hal.
53). Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir
Jawas, halaman 519-520.
14.HR. Al-Bukhari (no. 554) dan Muslim (no. 633
(211)). Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” halaman 218.
15.Al-Maaturidiyyah Diraasatan wa Taqwiiman, karya
Awadullah bin Dakhil al-Luhaibi al-Harbi, dan Mu’jamul Bida’ (hal
474). Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir
Jawas, halaman 521.
“Mengetahui Kesesatan Adalah
Untuk Menghindarinya”: Menepis Kerancuan Pemikiran Habib Rizieq Shihab
Shalawat dan salam kita
mohonkan kepada Allah agar tercurah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, keluarganya dan semua sahabatnya.
Ini adalah tulisan kami yang ketiga yang berkaitan dengan
menepis kerancuan pemahaman Habib Rizieq Shihab (semoga Allah memberi petunjuk
kepadanya). Kami berharap tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan kaum
muslimin. Kami juga berharap agar Allah menjadikan kita ikhlash dalam seluruh
amalan kita.
Berkaitan dengan
pernyataan Habib Rizieq Shihab pada suatu ceramahnya, yang berisi kerancuan
yang banyak. Maka mari kita lihat perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
Rahimahullah: “Kebenaran
itu apabila semakin ditentang dengan syubhat (kerancuan) maka Allah akan
membangkitkan kebenaran dan melenyapkan kebatilan dengan bukti-bukti kuat.
Kebenaran itu ibaratnya emas murni, semakin teruji semakin tampak keasliannya,
sedangkan kebatilan itu seperti emas palsu, semakin diuji semakin tampak
kepalsuannya.”1
Dalam buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” pada Bab 13, Ustadz Yazid menyebutkan:2 “Penulis bawakan sebagian
firqah-firqah sesat, golongan atau aliran-aliran, dan pemahaman-pemahaman sesat
agar umat Islam tidak mengikuti pemahaman ini.
Prinsip disyari’atkannya mengkaji tentang firqah-firqah sesat
dasarnya adalah al-Qur’an dan as-Sunnah.
Allah Ta’ala menyebutkan tentang keyakinan kufur dari Yahudi,
Nasrani, para penyembah berhala dan lainnya, supaya umat Islam berhati-hati
tidak mengikuti agama dan keyakinan mereka…
Sebagian Sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan dan
kejelekan karena khawatir jatuh dalam kejelekan. Rasulullah telah
memberitahukan kepada Hudzaifah Ibnul Yaman tentang berbagai macam fitnah…
Tidak diragukan lagi bahwa pembahasan tentang firqah, aliran,
pemahaman sesat, madzhab-madzhab yang menyesatkan dan menyingkap kesesatan
serta penyimpangan-penyimpangan mereka merupakan penjelasan tentang jalannya
orang-orang yang berdosa.
Allah Ta’ala berfirman:
وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآَيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ
“Dan
demikianlah Kami terangkan ayat-ayat al-Qur’an, (agar terlihat jelas jalan
orang-orang yang shalih) dan agar terlihat jelas (pula) jalan orang-orang yang
berdosa.” (QS. Al-An’aam: 55).
Imam al-Qurthubi berkata,
‘Apabila sudah jelas jalan orang-orang yang berdosa, maka akan jelas jalan
orang-orang yang beriman.’3
Umar bin al-Khaththab
berkata, ‘Sesungguhnya tali Islam akan terurai apabila bertambah di dalam Islam
orang yang tidak kenal Jahiliyyah.’4
(Sampai di sini perkataan Ustadz Yazid).
Pembahasan tentang
firqah-firqah sudah dilakukan oleh ulama sejak zaman dahulu dan terdapat
kitab-kitab tantang firqah-firqah tersebut. Di antara ulama yang menulis
tentang firqah-firqah adalah Imam
Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah (wafat th.
324 H)5. Kitab-kitab yang membahas firqah-firqah:6
1. Maqaalatul
Islamiyyiin karya Imam Abul
Hasan al-Asy’ari (wafat th. 324 H).
2. Al-Fishal
fil Milal fil Ahwa’ wan Nihal karya Imam Ibnu Hazm
(wafat th. 456 H).
3. Al-Farqu
bainal Firaq karya Imam Abdul Qahir bin Thahir bin Muhammad al-Baghdadi
(wafat th. 429 H).
4. Al-Milal
wan Nihal karya Abul Fathi Muhammad
bin Abul Qasim bin Abdul Karim bin Abu Bakar, yang terkenal dengan
asy-Syahrastani (wafat th. 548 H).
5. Majmu’
Fataawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Dan kitab-kitab lainnya.
Di antara kitab-kitab
para ulama dan masyayikh pada zaman sekarang yang membahas dan menjelaskan
firqah-firqah, aliran, dan pemahaman yang menyimpang dari shirathal mustaqim,
menyimpang dari pemahaman para sahabat, menyimpang dari aqidah dan manhaj
Salafush Shalih adalah:7
1.Dirasat
fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minha, karya
Dr. Nashir bin Abdil Karim al-‘Aql.
2.Karya-karya Syaikh Dr.
Ihsan Ilahi Zhahir tentang bantahan terhadap firqh-firqah sesat.
3.Al-Muujaz
fil Adyaan wal Madzahib al-Mu’aashirah, karya
Dr. Nashir bin Abdullah al-Qafari dan Dr. Nashir bin Abdil Karim al-‘Aql.
4.Al-Jamaa’aatul
Islamiyyah fii Dhau-il Kitab was Sunnah bi Fahmi Salafil Ummah, karya Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali. Dan kitab-kitab lainnya.
Faedah: Dari pembahasan di atas kita mendapatkan faedah, yaitu:
1.Seorang yang tidak
mengenal kesesatan dikhawatirkan dia akan terjerumus ke dalamnya.
2.Memperingatkan manusia
dari jalan kejelekan dan kesesatan ada dasarnya dari al-Qur’an dan as-Sunnah.
3.Menjelaskan kesesatan
firqah-firqah, golongan, dan aliran telah dicontohkan oleh para ulama, termasuk
di dalamnya adalah Imam Abul
Hasan al-Asy’arirahimahullah.
4.Menjelaskan kesesatan
suatu kelompok bukanlah untuk memecah belah umat, akan tetapi agar kita
terhindar dari kesesatan sehingga kita bisa bersatu di atas kebenaran.
Di antara manfaat
mempelajari firqah-firqah sesat adalah:8
1.Supaya kita selamat dari
kesesatan dan penyimpangan. Sebagaimana disebutkan dalam sya’ir: Aku mengetahui kejelekan, bukan untuk
kejelekan, tetapi untuk menjaga diri. Dan siapa saja yang tidak tahu kejelekan,
maka dia akan terjatuh padanya.
2.Kita mengajak mereka
kepada pemahaman yang benar serta berusaha menyelamatkan mereka dari kesesatan.
3.Kita akan mengetahui cara
dan metode menjaga diri kita, keluarga, dan umat Islam supaya terhindar dari
kejelekan mereka, rencana-rencana mereka, dan juga konspirasi mereka terhadap
Islam dan kaum muslimin.
4.Kita membahas masalah ini
dengan tujuan untuk ishlah (memperbaiki) keadaan umat agar kembali kepada agama
yang benar.
MENEBAS SYUBHAT HABIB RIZIEQ SHIHAB
Tebasan Pertama.
Di sebagian ocehannya, Habib Rizieq Shihab menggambarkan bahwa
membantah atau menjelaskan pemikiran sesat adalah bentuk memecah belah umat.
Maka syubhat ini telah terjawab pada pembahasan di atas dan pada tulisan kami
sebelumnya. Insya Allah.
Menjelaskan
pemikiran sesat adalah bagian dari dakwah kepada kebenaran, bukan memecah belah umat. Bahkan menjelaskan pemikiran sesat
adalah untuk menyatukan umat di atas kebenaran.
Kami akan berikan urutan proses bersatunya kaum muslimin:
1. Kaum muslimin mengetahui
jalan kesesatan dan jalan kebenaran.
2.Kemudian menghindari
jalan kesesatan dan menuju jalan yang benar.
3.Selanjutnya mereka akan
berada di atas kebenaran, mereka akan berada dalam satu manhaj, mereka akan
berada di atas al-Qur’an dan Sunnah, berada di atas agama Rasulullah dan
Sahabatnya.
4.Hasilnya mereka bersatu
dalam jalan kebenaran. Maka akan terwujud Ukhuwah Islamiyah. Pahamilah hal ini!
Jika tidak ada yang menjelaskan jalan kesesatan, maka urutannya
adalah:
1.Kaum muslimin tidak
mengetahui jalan kesesatan.
2.Kaum muslimin akan
terjerumus kepada kesesatan yang banyak. Kaum muslimin akan terjerumus ke dalam
kubangan kesesatan yang bermacam-macam. Kaum muslimin akan terdiri dari
berbagai macam pemikiran sesat yang berbeda-beda.
3.Akibatnya mereka berpecah
belah. Pahamilah hal ini!
Tebasan
Kedua.
Di sebagian ocehannya,
Habib Rizieq Shihab memberikan gambaran kepada kaum muslimin bahwa buku “Mulia dengan Manhaj Salaf”adalah buku yang mengkafirkan sesama muslim dan mengkafirkan
ulama.
Maka kami katakan: Kami
mempersilahkan kepada Habib Rizieq Shihab dan orang-orang yang sepemikiran
dengannya untuk menunjukkan ‘pernyataan’ yang ada dalam buku “Mulia dengan Manhaj Salaf”yang menunjukkan pengkafiran sesama muslim dan pengkafiran
ulama.
Jika tidak ada
‘pernyataan’ pengkafiran tersebut, maka jangan sekali-kali mengadakan
kebohongan, jangan memberikan gambaran jelek kepada buku yang menjelaskan
tentang manhaj
salaf. Jangan menipu kaum
muslimin! Takutlah
kepada Allah!
Jangan
menjauhkan kaum muslimin dari kebenaran! Jangan menjauhkan kaum muslimin dari manhaj Rasulullah dan
Sahabatnya! Jangan menjauhkan kaum muslimin dari ahli ilmu!
Jangan
menjauhkan kaum muslimin dari buku yang bermanfaat!
Bahkan, jika kita mau jujur kita akan mengakui manhaj salaf
adalah manhaj yang memuliakan ulama. Kita akan dapati di dalam ceramah dan buku
bermanhaj salaf pujian kepada ulama. Kita akan dapati buku yang berisi biografi
ulama yang ditulis oleh seorang Salafi. Di dalam buku bermanhaj salaf akan
didapati perkataan ulama. Penulis yang bermanhaj salaf mendo’akan ulama dalam
bukunya. Jadi, bagaimana mungkin manhaj salaf mengkafirkan ulama?
Segala
tuduhan tanpa bukti, maka pelontarnya hanya pembual semata.
Tebasan
Ketiga.
Di sebagian ocehannya, Habib Rizieq Shihab memberikan gambaran
kepada kaum muslimin bahwa Salafi suka mengkafirkan.
Kami katakan: Ini adalah
tuduhan semata! Ini menunjukkan ketidakpahaman Habib Rizieq tentang manhaj
Salaf. Maka kami mempersilahkan kepada Habib Rizieq agar membaca buku “Mulia dengan Manhaj Salaf”. Andai saja Habib Rizieq mau meluangkan waktunya untuk membaca
buku ini (dari awal sampai akhir), maka (Insya Allah) akan menghilangkan
syubhat yang ada pada dirinya.
Manhaj salaf adalah manhaj (metode) yang benar dalam beragama.
Manhaj salaf adalah manhaj Rasulullah dan Sahabatnya. Bagaimana mungkin manhaj
Rasulullah dan Sahabatnya adalah suka mengkafirkan? Hanya kepada Allah kami
adukan kebodohan orang yang bodoh!
Tebasan
Keempat (Penyebutan macam-macam firqah sesat).
Pada bab 13 buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” disebutkan judul “Firqah-Firqah Sesat dan Menyesatkan”. Di dalam
bab 13 ini disebutkan sejumlah firqah sesat.
Ketahuilah wahai
Saudara-Saudariku, penyebutan berbagai macam firqah sesat dalam satu bab, bukan berarti setiap firqah sesat adalah sama dalam hal kesesatannya.
Ambil contoh: Di antara firqah sesat yang disebutkan dalam buku
ini adalah jama’ah tabligh dan ahmadiyah. Maka penyebutan jama’ah tabligh dan
ahmadiyah ini dalam satu bab, bukan berarti kedua firqah ini adalah sama dalam
kesesatannya. Mohon diperhatikan!
Jadi jika kita mengatakan
Ahmadiyah adalah kafir bukan berarti jama’ah tabligh langsung kita katakan adalah kafir.
Karena kesesatan keduanya ada perbedaan. Pahamilah ini!
Begitu juga penyebutan firqah Asy’ari satu bab dengan JIL
(Jaringan Iblis) maka bukan berarti kita menyamakan Asy’ari dengan JIL. Karena
keduanya ada perbedaan.
Mari kita lihat hadits Nabi tentang pembatal Shalat!
Apabila seseorang shalat, lalu dilewati oleh salah satu dari
tiga, maka shalatnya batal, yaitu
1. Wanita yang sudah baligh,
2. Keledai, dan
3. Anjing hitam.
Dari Abu Dzarr al-Ghifari Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “RasulullahShallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Jika seorang muslim tidak
menggunakan sutrah seperti pelana unta dalam shalatnya maka shalatnya akan
terputus jika lewat di hadapannya seorang wanita, seekor keledai, dan anjing
hitam.’” Al-Hadits. Dalam hadits tersebut disebutkan: “Anjing hitam itu adalah
setan.” (HR. Muslim).9
Di dalam buku Sifat Shalat Nabi karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani disebutkan
Rasulullah bersabda, “Yang
memutuskan shalat seseorang, apabila di hadapannya tidak terdapat sesuatu
setinggi kayu yang terdapat pada ujung pelana adalah dilewati perempuan (yang
haidh)10, keledai, dan anjing hitam.” Abu Dzar
berkata: Aku bertanya: “Wahai Rasulullah! Apa bedanya anjing hitam dengan
anjing merah?” “Anjing hitam adalah syaithan,” jawab beliau.11
Penyebutan wanita yang sudah baligh dan keledai dalam satu
pembahasan bukan berarti kita menyamakan wanita dengan keledai. Begitu juga
penyebutan Asy’ari, jama’ah tabligh, Ahmadiyah dan JIL dalam satu pembahasan,
bukan berarti kita menyamakan keempat firqah tersebut. Karena masing-masing
firqah memiliki kesesatan yang berbeda.
Ambil contoh: Jika kita mengatakan Ahmadiyah dan JIL memiliki
keyakinan kufur. Bukan berarti kita langsung mengatakan Asy’ari dan jama’ah
tabligh juga memiliki keyakinan kufur yang sama dengan Ahmadiyah dan JIL
(Jaringan Iblis).
Walhasil,
dalam pembahasan kesesatan dan kekafiran hendaklah kita merujuk kepada ahli
ilmu. Oleh sebab itu jangan serampangan dalam pembahasan kesesatan dan
kekafiran. Allahu a’lam.
Mudah-mudahan bisa dimengerti. Semoga Allah memberikan pemahaman
agama kepada kita.
Tebasan
Keenam (Penggunaan kata ‘sesat’ dan ‘kafir’).
Penggunaan kata ‘sesat’ dan ‘kafir’ ada perincian. Jika kita
katakan suatu firqah adalah sesat bukan berarti firqah itu langsung dikatakan
kafir. Maka dilihat dulu apakah kesesatannya menyebabkan kekafiran atau tidak.
Akan tetapi jika suatu firqah dikatakan adalah kafir maka tidak diragukan lagi
kesesatannya. Jadi ‘sesat’ belum tentu ‘kafir’, dan ‘kafir’ sudah jelas
‘sesat’. Mohon dipahami!
Oleh sebab itu Habib Rizieq Shihab jangan memukul rata istilah
‘sesat’ dan ‘kafir’!!!
Mari kita ambil pelajaran
dari perkataan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah. Beliau berkata, “Siapa saja yang berbicara bukan pada
bidangnya, niscaya dia akan melontarkan keanehan-keanehan.” (Fathul Bari).12
Allahu
a’lam.
Disusun
oleh Abu Aslam bin Syahmir Marbawi
Footnote:
1.Thariqul Wushul hlm. 194
oleh Syaikh Abdurrahman as-Sa’di. Lihat buku “Meluruskan Sejarah Wahhabi” karya
Ustadz Yusuf Abu Ubaidah halaman xiii.
2.Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas (semoga Allah
menjaganya) halaman 497.
3.Tafsir al-Qurthubi
(IV/281) cet. Darul Kutub al-Ilmiyyah. Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 498.
4.Majmuu’ Fataawaa (XV/54),
Minhaajus Sunnah (II/398, IV/590), dan Madaarijus Saalikiin (I/373). Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf”halaman 498.
5.Lahir pada tahun 260 H.
Lihat buku “Al Ibanah, Buku Putih Imam al-Asy’ari” halaman 18. Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 519.
6.Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 498-499.
7.Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 499.
8.Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 500.
9.Shahih: HR. Muslim (no. 510), Abu Dawud (no. 702), an-Nasa-i (no. 750),
dan Ibnu Majah (no. 952). Lihat buku “Sifat Shalat Nabi” karya Ustadz Yazid bin
Abdul Qadir Jawas halaman 66-67.
10.Maksudnya adalah wanita
yang sudah baligh. Yang dimaksud dengan putus di sini, shalatnya batal.
11.Diriwayatkan oleh Muslim,
Abu Dawud, dan Ibnu Khuzaimah (I/95/2). Lihat kitab Tahdziirus Saajid min Ittikhaadzil
Qubuuril Masaajid dan kitabAhkaamul Janaa-iz wa Bida’uha karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani. Lihat buku “Sifat
Shalat Nabi” karya Syaikh al-Albani halaman 114 (bahasa Indonesia). Lihat juga
kitab Shifatu
Shalaatin Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam minat Takbir ilat Taslim ka
annaka taraahaa karya Syaikh Muhammad
Nashiruddin al-Albani halaman 74.
12.Fathul
Bari 3/466. Kalimatul
Haq halaman 131 oleh Syaikh Ahmad Syakir. Lihat
buku “Meluruskan Sejarah Wahhabi” karya Ustadz Yusuf Abu Ubaidah halaman xxiii.
Artikel terkait untuk pendalaman :
Hanya
Satu Jalan Menuju Allah Azza Wa Jalla
Sebagian
Pokok-Pokok 'Aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah - Komparasi Antara Klaim dan
Realitas
Siapakah
Ahl As-Sunnah
Makna
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
Siapakah
Ahlussunnah Wal Jama’ah?
Prof.
Dr. Kamaluddin Nurdin Marjuni : Siapakah Ahlu Sunnah Wal Jama'ah?
Silsilah
Ulama Ahlus Sunnah
As-Sunnah
dan Akal
Ciri-ciri
Aqidah dan Karakteristik Pengikut Ahlussunnah Wal Jama’ah
Aqidah
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Ahlussunnah Wal Jama’ah [Bukti Otentik Dari
Surat Beliau Kepada Penduduk Al-Qashim]
Ushuulus-Sunnah
lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (9) – Hubungan antara As-Sunnah dan Al-Qur’an
Hakikat
Yang Terlupakan Dari Imam Asy-Syafi'i Dan Kesamaan Aqidah Imam Empat
Sebagian ‘Aqidah Para Imam
Ahli Hadits
'Aqidah Ahlus-Sunnah
wal-Jama'ah dalam Sifat Allah ta'ala
15 Alasan Kokohnya Aqidah
Salaf Shalih
Mengapa Harus Manhaj Salaf
54 Hal
Yang Bukan Termasuk Manhaj Salaf
Diantara
Adab dalam Menerima Kebenaran dan Membantah Kebatilan
Mendahulukan
Akidah Sebelum Ukhuwah
Jalan
Keluar dari Perselisihan yang Terjadi Diantara Ahlus-Sunnah (Nasehat Asy-Syaikh
Muqbil)
Salaf
dan Perdebatan
Larangan
Berdebat dalam Masalah Agama
Hindari
Berdebat dengan Orang Jahil
[ OOT ]
Mengapa Kamu Mengatakan Apa yang Tidak Kamu Lakukan ?
[ OOT ]
Kaidah dan Landasan Para Juru Dakwah
Meninggalkan
Perdebatan dalam Masalah Agama ( Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal )
Makna Ahlussunnah
Wal Jama’ah
Mengenal Manhaj Salaf
MULIA DENGAN MANHAJ SALAF:
MELURUSKAN PEMAHAMAN HABIB RIZIEQ SHIHAB