Muawiyah dan Amr Bin Ash termasuk
orang-orang beriman. Tidak ada satupun salaf yang menuduh mereka sebagai orang
munafik. Bahkan telah Tsabit dalam kitab sohih bahwasanya Amr bin Ash ketika
membaiat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam ia berkata :”Agar Allah mengampuni
dosa-dosaku yang telah lalu”. Maka Rasulullah bersabda: “ tidakkah engkau tahu
bahwasanya Islam akan Memusnahkan apa yang telah lalu?”[1].
Dan diketahui bahwa yang Islam yang
memusnahkan (dosa,red) merupakan Islamnya orang-orang beriman, bukan Islamnya
Orang-orang Munafik.
Amr Bin Ash juga termasuk
orang yang berhijrah setelah Hudaibiyah secara sukarela bukan paksaan.
Sedangkan orang-orang Muhajirin bukanlah orang Munafik, tetapi yang munafik
adalah sebagian orang yang telah ada didalam kaum Anshar yang merupakan
Penduduk Madinah. Ketika para pemuka dan kebanyakan penduduknya Masuk Islam,
sebagian orang-orang Munafik tersebut berpura-pura sebagai pemeluk Islam.
Berbeda dengan Penduduk Mekkah yang Para pemuka dan kebanyakan
Penduduknya adalah kafir, tidak ada yang menunjukkan Keimanannya kecuali
orang-orang yang sungguh-sungguh beriman baik lahir maupun batin.
Diantara mereka ada yang disiksa dan
diboikot, berbeda dengan orang Munafik yang berpura-pura Muanfik demi
kepentingan dunianya.
Adapun yang yang menunjukkan keislamannya di
Mekkah akan diganggu kepentingan dunianya. Kemudian sebagian besar orang-orang
beriman ikut serta Hijrah Ke Madinah Ketika Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
Hijrah kesana.
Sebagian dari mereka
dihalang-halangi, seperti contohnya sekelompok laki-laki dari Bani Makhzum,
semisal Walid bin Mughirah Saudaranya kholid dan Saudara abu Jahal dari Ibunya.
Oleh karena itu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berqunut untuk mereka dan
bertutur dalam qunutnya : ‘Ya Allah, selamatkanlah Al Walid bin Walid, Salamah
bin Hisyam, dan orang-orang yang lemah dari kaum mukminin. Ya Allah,
keraskanlah tindakan-Mu atas suku Mudhar, dan timpakan atas mereka tahun-tahun
seperti tahun-tahun Yusuf (paceklik, red).[2]
Kaum Muhajirin dari awal
hingga Akhir tak satupun yang dituduh nifak. Bahkan semuanya termasuk
orang-orang beriman yang disaksikan keimanan mereka, sedangkan melaknat Mukmin
sama dengan membunuhnya.[3]
Adapun Muawiyah bi Abu
Sofyan dan yang semisalnya dari kalangan ath-Thulaqaa` -yang masuk Islam
setelah era Fath Makkah-, Seperti Ikrimah bin abu Jahal, Harits bi Hisyam,
suhail bin Amr, Sofwan bin Umayyah, dan Abu Sufyan bin Harist bin Abdul
Mutthalib. Merek termasuk yang baik Islamnya dengan kesepakatan Kaum Muslimin.
Tidak seorangpun menuduh mereka setelah Hijrah sebagai Munafik. Adapun
Muawiyah, Rasulullah telah memintanya untuk menjadi penulis Rasulullah dan
beliau bersanda “Ya Allah ajarkanlah Ia Kitab dan Hisab, dan peliharalah dia
dari Adzab[4]
Saudaranya Yang bernama
Yazid bin Abi Sufyan lebih baik dan lebih utama darinya, dia adalah salah
seorang amir yang diutus oleh Abu Bakar Siddiq Rodiyallahu anhu ketika
penaklukkan Syam. Abu Bakar memberinya Wasiyat yang terkenal. Abu Bakar
berjalan kaki sedang ia berkendaraan. Maka ia berkata kepada Abu Bakar: “Wahai
khalifah Rasulullah, naiklah! (ke atas kendaraan) atau aku yang akan turun.”
Maka berkatalah Abu Bakar: “Aku tidak akan naik dan engkau jangan turun, sesungguhnya
aku mengharapkan hisab dengan langkah-langkahku ini di jalan Allah. Amr bin Ash
adalah amir yang selanjutnya, dan amir yang ketiga adalah Syarajil bin Hasanah,
dan keempat adalah kholid Bin walid. Mereka adalah Amir secara Mutlak.
Kemudian diganti oleh Umar, kemudian Ia menyerahkan Pimpinan kepada Abu Ubaidah
bin Jarrah yang telah ditetapkan dalam As Sohih sebagai orang kepercayaan Ummat
ini[5]
Penaklukkan Syam adalah dibawah pimpinan Abu
Ubaidah dan penaklukkan Iraq dibawah Pimpinan Saad Bin Abi Waqqash.
Kemudian ketika Yazid bin Abu Sufyan Wafat
Pada saat kekhilafahan Umar, digantikan oleh Saudaranya Muawiyah.
Umar termasuk orang yang paling agung
firasatnya, lelaki paling berpengetahuan, pemimpin kebenaran, Paling
bertanggung jawab dalam kebenaran, dan paling tahu tentang kebenaran tersebut.
Hingga Ali bin Abu Thalib berkata Radiyallahu
anhu berkata: “kami menganggap ketenangan itu disampaikan lewat lisan Umar.
Bersabda nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam: “ Sesungguhnya Allah menjadikan kebaikan lewat lisan umar dan
hatinya”[6].
Beliau juga
bersabda:”kalaulah aku tidak diutus kepada kalian, niscaya akan diutus Umar
kepada Kalian”[7],
Ibnu Umar berkata:” aku tidak pernah
mendengar umar berkata sesungguhnya aku telah meyakini sesuatu, kecuali hal itu
terjadi sesuai dengan apa yang ia Yakini.”.
Sungguh Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam telah bersabda kepadanya: “ tidaklah setan berpapasan denganmu
pada satu jalan niscaya ia pasti memilih jalan lain dari jalan yang engkau
lalui.”[8]
Umar dan Abu Bakar tidak pernah sekalipun
mengangkat pimpinan munafik untuk kaum Muslimin, keduanya juga tidak mengangkat
kerabat mereka, dan tidak terpengaruh dengan celaan orang-orang yang mencela.
Bahkan ketika keduanya memerangi orang-orang murtad dan mengembalikan mereka
kedalam Islam, keduanya melarang mereka mengendarai kuda dan membawa pedang
sampai terlihat jelas taubat mereka.
Umar pernah Berkata kepada Saad Bin Abi
Waqqash-amir iraq ketika itu-: “ jangan angkat satupun dari mereka dan jangan
bermusyawarah dengan mereka dalam peperangan. Sesungguhnya mereka pernah
menjadi pemimpin besar. Seperti Tholihah As Asadi, Aqra bin habis, Uyainah bin
Hison, dan Asy’ats bi Qaisy al Kindi dan yang semisal mereka. Ketika Umar dan
Abu Bakar Takut ada unsur kenifakan dalam diri mereka, keduanya tidak mengangkat
mereka sebagai pemimpin kaum Muslimin.
Kalaulah Amr bin Ash dan Muawiyah bin Abu
sufyan dan yang semisal keduanya termasuk orang yang ditakuti kenifakannya,
niscaya mereka tidak akan diangkat memimpin kaum Muslimin. Bahkan Amr bin Ash
telah diperintahkan Oleh Rasulullah pada perang Dzatussalaasil, dan Nabi tidak
mengangkat orang munafik sebagai pemimpin kaum Muslimin.
Sungguh Rasulullah telah mengangkat Abu
Sufyan bin harb ayahnya Muawiyah sebagai Gubernur di Najran. Rasulullah wafat
sedangkan Abu Sufyan masih menjadi wakilnya di Najran.
Sungguh kaum Muslimin telah sepakat bahwa
keislaman Muawiyah lebih baik dari keislaman ayahnya Abu Sufyan, Bagaimana
Mungkin mereka dianggap munafik sedangkan nabi shallallahu Alaihi Wasallam
mengamanahkan urusan kaum Muslimin kepada mereka pada masalah ilmu dan amal?!
Sungguh telah diketahui bahwasanya pernah
terjadi fitnah yang melibatkan Muawiyah dan Amr Bin Ash, dan selain keduanya.
Tidak satupun penolong dan yang memerangi dan yang tidak memerangi mereka
menuduh mereka berdusta Kepada Nabi Shallallahu alihi Wasallam, Bahkan seluruh
ulama dan Sahabat setelah mereka telah bersepakat bahwa mereka berkata jujur
kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan dipercaya riwayatnya, sedangkan
orang munafik tidak dipercaya oleh nabi Shallallahu alaihi Wasallam, Bahkan
berdusta kepada Nabi dan didustakan oleh nabi.
Semoga Bermanfaat
[1] Hadits Riwayat Muslim dalam Kitab Iman dari Abu
Syumasah Al Mahri
[2] Hadits Riwayat Bukhari
dalam Kitab Adzan dan Muslim dalam Kitab Masajid
[3] Hadits Riwayat Bukhari
dalam Kitab Iman dan Nadzar dari Tsabit bin Ad Dhohak.
[4] Hadit Riwayat Ahmad
4/127 dari Irbad bin Sariyyah As Sulami, Al Haitsami berkata dikitab Al
Majma 9/359 : (didalamnya ada Harits bin Ziyad dan tidak aku dapati ada yang
mentsiqahkannya… rijal-rijal lainnya tsiqah dan sebagian ada yang
diperselisihkan
[5] Hadits Riwayat Bukhari,
Bab Fadhoilus Sahabah 3744 dari Anas
[6] Hadits Riwayat Turmudzi
daam Kitab Manaqib no.3682 dan ia berkata : hasan
gharib, dan riwayat Ibnu majah dalam Muqaddimah
[7] Hadits Riwayat Turmudzi
daam Kitab Manaqib no.3686 dan ia berkata : hasan
gharib
[8] Hadits Riwayat Bukhari bab
Fadhailus Sahabah no.3683,
Dan riwayat Muslim bab Fadhoilus Sahabah (22/4396)
MAJMU FATAWA Jilid 35