Ulama Jawa Timur
sekali membantah langsung sekian pentolan pembela aliran sesat Syi’ah terkena
pukulan.
Pentolan yang
cenderung mebela Syi’ah terbukti secara otomatis terbantah pula oleh fatwa MUI
Jawa Timur yang menegaskan bahwa syi’ah itu sesat menyesatkan.
§
Fatwa MUI Provinsi Jawa Timur tentang kesesatan ajaran Syiah,
yang masuk di Indonesia itu Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah. Zaidiyah tidak
ada, Ismailiyah juga tidak ada. Jadi yang ada di Indonesia itu Syiah 12 Imam
yang ma’sum (Imamiyah Itsa ‘Asyariyah) itu ditolak oleh MUI.
§
“Fatwa MUI bukan karena Tajul. Fatwa MUI ini karena proses,
sebab masalah Syiah sudah cukup lama, di Jawa Timur itu bukan hanya kasus
Sampang, tapi juga Bondowoso, Jember, Malang, Pasuruan dan tempat-tempat lain,”
kata Ketua MUI Jawa Timur, KH. Abdusshomad Buchori yang menandatangani fatwa
sesat ajaran Syiah, dengan tegas membantah pernyataan Said Aqil Siradj ketua
umum PBNU yang mengatakan, . “Yang sesat itu aliran Tajul Muluk, Syiah-nya
Tajul Muluk. Bukan Syiah secara keseluruhan.”
§
Perlu diketahui, sebelum ini ada berita ramai, Pentolan FPI yang
disinyalir cenderung membela Syi’ah juga pernah mengemukakan pendapat yang
intinya, Fatwa MUI hanya untuk Syiah Ghulat. Yang dimaksud ghulat itu yang
extrim, sedang syi’ah Ja’fariyah tidak dianggap ghulat, tapi moderat, dengan
mengutip ulama Syi’ah Ja’fariyah Lebanon. Pendapat sang tokoh yang intinya
seperi itu, sudah jelas menyembunyikan kenyataan. Karena dalam kenyataan,
Syi’ah Ja’fariyah itu ya Syi’ah Imam 12 alias Syi’ah Itsna ‘Asyariyah yang
pusatnya di Iran, dan yang ke Indonesia adalah Syi’ah Itsna ‘Asyariyah atau
Imamiyah itu, kemudian difatwakan sesat menyesatkan oleh MUI Jatim. Jadi bagaimanapun,
Pentolan FPI Habib Rizieq kalau dia jujur tentu akan sulit berkelit, karena
dalam wawancara dengan Majalah Syiar di rumahnya yang sederhana, di Gang Bethel
kawasan Petamburan, ulama berusia 43 tahun, lulusan Ummul Quro, Saudi Arabia,
itu menerima Majalah SYIAR untuk berbincang seputar Islam di Indonesia, Habib
Rizieq Syihab mengatakan:
“Sekali lagi, saya
berpendapat, kita tidak bisa mengeneralisasi Syiah. Sebab, Syiah itu
macam-macam: ada yang moderat, konservatif, ekstrem, dan bahkan ada yang kafir.
Bahkan, Muhammad Jawad Mughniyah (ulama Syiah Lebanon—red) dalam al-Fiqhu ‘ala
al-Mazhâhib al-Khamsah mengatakan bahwa Syiah ghulat adalah kafir. Katanya,
gara-gara ghulat, kami, Syiah Ja’fariyah, yang moderat jadi tertuduh. Waktu di
Qum, saya melihat aparat menggerebek majelis Syiah Alawiyah, yang menuhankan
Ali. Artinya, yang mengkafirkan Syiah ghulat bukan hanya MUI, bahkan ulama
Syiah pun mengkafirkannya. Jadi kita perlu memahami konteks fatwa MUI tersebut.
(Habib Muhammad Rizieq Shihab Fatwa MUI hanya untuk Syiah Ghulat, 7
Mei 2009,http://satuislam.wordpress.com/2009/05/07/ustadz-habib-muhammad-rizieq-shihab-“fatwa-mui-hanya-untuk-syiah-ghulat” ).
Kini ketika MUI Jawa
Timur Menjelaskan dengan tegas, maka makin jelaslah bahwa pentolan yang
cenderung membela syi’ah itu ya membela syi’ah Iran, syi’ah Imamiyah, yakni
syi’ah yang masuk ke Indonesia yang difatwakan sesat menyesatkan oleh MUI Jawa
Timur itu, walau lafal MUI yang dia sebut waktu wawancara itu maksudnya MUI
Pusat yang memang merekomendasika bahwa:
Faham Syi’ah sebagai
salah satu faham yang terdapat dalam dunia Islam mempunyai perbedaan-perbedaan pokok
dengan mazhab Sunni (Ahlus Sunnah Wal Jamm’ah) yang dianut oleh Umat Islam
Indonesia. Mengingat perbedaan-perbedaan pokok antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah
wal Jama’ah seperti tersebut di atas, terutama mengenai perbedaan tentang
“Imamah” (pemerintahan)”, Majelis Ulama Indonesia menghimbau kepada umat Islam
Indonesia yang berfaham ahlus Sunnah wal Jama’ah agar meningkatkan kewaspadaan
terhadap kemungkinan masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syi’ah.http://nahimunkar.com/10509/syiah-menurut-majelis-ulama-indonesia-mui/
§
Coba kita bandingkan antara perkataan tokoh tersebut dengan
perynataan MUI Jawa Timur ini: Kata ketua umum MUI Jawa Timur: “Fatwa MUI
Provinsi Jawa Timur tentang kesesatan ajaran Syiah, karena Syiah itu banyak;
ada Syiah Zaidiyah, Syiah Itsna ‘Asyariyah, Syiah Ismailiyah, Syiah Sabaiyah,
itu antara lain. Tapi, yang masuk di Indonesia itu Syiah Imamiyah Itsna
‘Asyariyah, Zaidiyah tidak ada, Ismailiyah juga tidak ada. Jadi yang ada di
Indonesia itu Syiah 12 Imam yang ma’sum (Imamiyah Itsa ‘Asyariyah) itu ditolak
oleh MUI,” jelasnya.Dalam berita, yang dibantah oleh ketua umum MUI Jawa Timur secara
eksplitis adalah Said Aqil Siradj ketua umum NU. Namun secara implicit otomatis
orang-orang seperti pentolan yang cenderung membea Syi’ah itu sakligus
terbantahkan pula. Makanya semakin tampak pula sisi kejelasan bahwa para
pembela aliran sesat tujuannya sama, hanya kadang satu sama lain beda gaya.Kalau kita simak dengan
cermat fenomena yang ada di masyarakat kita, setidaknya kita akan menemukan dua
sosok yang sepertinya berbeda dan ‘berperang’ dengan sengit. Namun bila
diteliti lebih dalam lagi, keduanya punya persamaan yang tak terbantahkan.
§
Kedua sosok dimaksud adalah Habib Riziek Shihab dan Said Agil
Siradj. Untuk urusan Irshad Manji, Habib Riziek Shihab menolak, sedangkan Said
Agil Siradj mendukung, karena menurut Said itu merupakan bagian dari kebebasan
berekspresi. Dalam hal rencana konser Lady Gaga (yang kemudian gagal itu),
Habib Riziek Shihab sangat gigih menolak. Sementara itu, Said Agil Siradj
justru terkesan mendukung diselenggarakannya (rencara) konser Lady Gaga.
§
Namun demikian, dari sekian banyak perbedaan yang sepertinya
mendasar, bahkan terkesan seperti terjadi ‘perang’ yang sengit, diantara
keduanya bisa ditemukan kesamaan yang juga mendasar. Misalnya, dalam urusan
aliran sesat syi’ah, keduanya sama-sama mendukung. Bagi Habib Riziek Shihab
maupun Said Agil Siradj keduanya sama-sama berkeyakinan bahwa syi’ah itu
madzhab Ja’fari yang merupakan bagian dari madzhab Islam yang diakui dunia
internasional.
§
Persamaan mendasar lainnya, Habib Riziek Shihab dan Said Agil
Siradj sama-sama menjadikan paham Salafy-Wahabi sebagai biang kerok konflik
horizontal di Indonesia, radikalisme agama, rangkaian peristiwa peledakan
(pemboman) yang terjadi di Indonesia. Padahal, di Sampang (29 Desember 2011),
konflik horizontal diprakarsai oleh pengikut syi’ah. Begitu juga di Jember (30
Mei 2012), konflik dimulai oleh pengikut syi’ah dengan membacok dalam upaya
menggagalkan kajian tentang kesesatan Syi’ah di Puger, Jember, Jawa Timur. (http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2012/05/31/19311/ingin-kajian-kesesatan-syiah-gagal-pengikut-bertindak-anarkis/) http://nahimunkar.com/16127/habib-riziek-shihab-said-agil-siradj-wrestling-dan-syiah/
Selanjutnya, inilah
berita tentang sanggahan terhadap SAS ketua umum PBNU.
***
MUI
Jawa Timur Bantah Said Aqil yang Nyatakan Syiah Tak Sesat
Pernyataan Ketua Umum
PBNU, Said Aqil Siradj kembali menimbulkan kontroversi. Ketika umat Islam di
Indonesia resah dengan pelecehan agama yang dilakukan aliran sesat Syiah, Said
Aqil justru membela Syiah dengan menyatakan bahwa Syiah bukan aliran sesat.
“Tidak sesat, hanya
berbeda dengan kita,” kata Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj, di kantor
kepresidenan, Jakarta, Selasa 28 Agustus 2012.
Bahkan terkait fatwa
MUI Sampang yang menyatakan Syiah adalah sesat, menurut Said Aqil hanya
ditujukan kepada Syiah pimpinan Tajul Muluk, bukan Syiah secara keseluruhan.
“Yang sesat itu aliran Tajul Muluk, Syiah-nya Tajul Muluk. Bukan Syiah secara
keseluruhan,” ucapnya.
Mendengar pernyataan
Said Aqil Siradj tersebut, Ketua MUI Jawa Timur, KH. Abdusshomad Buchori yang
menandatangani fatwa sesat ajaran Syiah, dengan tegas membantah pernyataan Said
Aqil.
“Fatwa MUI Provinsi Jawa Timur tentang kesesatan ajaran Syiah,
karena Syiah itu banyak; ada Syiah Zaidiyah, Syiah Itsna ‘Asyariyah, Syiah
Ismailiyah, Syiah Sabaiyah, itu antara lain. Tapi, yang masuk di Indonesia itu
Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah, Zaidiyah tidak ada, Ismailiyah juga tidak ada.
Jadi yang ada di Indonesia itu Syiah 12 Imam yang ma’sum (Imamiyah Itsa
‘Asyariyah) itu ditolak oleh MUI,” Jelasnya kepada voa-islam.com dari ujung telepon,
Kamis (30/8/2012).
Ia menegaskan bahwa
keluarnya fatwa sesat ajaran Syiah dari MUI Sampang dan diperkuat MUI Jawa
Timur bukan semata-mata khusus bagi Tajul Muluk.
“Fatwa MUI bukan
karena Tajul. Fatwa MUI ini karena proses, sebab masalah Syiah sudah cukup
lama, di Jawa Timur itu bukan hanya kasus Sampang, tapi juga Bondowoso, Jember,
Malang, Pasuruan dan tempat-tempat lain,” sanggahnya.
…Fatwa MUI ini ketika
kami keluarkan, kami tanda tangani ini sudah kami presentasikan di PBNU, tapi
pada saat itu pak Said Aqil tidak rawuh
Menurutnya, ia bersama
para ‘alim ‘ulama Jawa Timur, serta ulama dari Badan Silaturrahim Ulama
Pesantren Madura (BASSRA), secara terbuka telah mempresentasikan fatwa sesatnya
ajaran Syiah ke sejumlah instansi, termasuk ke PBNU, namun sayangnya Said Aqil waktu
itu tidak hadir. (Baca: Ulama Jatim Juluki Said Aqil
“Pengecut & Pendusta Pembela Syi’ah”)
“Fatwa MUI ini ketika
kami keluarkan, kami tanda tangani ini sudah kami presentasikan di PBNU, tapi
pada saat itu pak Said Aqil tidak rawuh (hadir, red.). Dengan
ulama BASSRA kami membawa 30 orang ulama maksudnya kan kita sharingdengan para tokoh
nasional, kami presentasi di MUI, PBNU, Kementrian Agama, di Mahkamah
Konstitusi pak Mahfud MD dan di Komisi VIII. Artinya, kami ini terbuka,
mestinya kalau ada sesuatu dicounter pada waktu itu,” ungkapnya.
KH. Abdusshomad
Buchori menambahkan bahwa fatwa MUI Jatim dirumuskan melalui berbagai dasar
pertimbangan yang membuktikan secara jelas penyimpangan aliran sesat Syiah.
“Fatwa MUI itu adalah
secara faktual studi literatur kitab mereka, studi lapangan kasus-kasus yang
terjadi. Intinya ajaran Syiah itu sangat beda dengan Sunni di Indonesia.
Misalnya dengan mengatakan Al-Qur’an itu kurang, tidak lengkap. Abu Bakar,
Umar, Utsman menjadi Khalifah dengan merampok jabatannya Ali bin Abi Thalib.
Nikah mut’ah itu boleh, mencaci maki ‘Aisyah,” imbuhnya. [Ahmed Widad] Jum’at,
31 Aug 2012
(nahimunkar.com)
Disalin dari artikel Hartono Ahmad Jaiz untuk Blog Abu Abdurrohman