Kemalasan untuk memverifikasi sumber primer adalah satu gerbang
timbulnya fitnah, disebabkan kesalahan persepsi yang diakibatkan ketidak
cermatan pengutipan konteks bahasan yang ada. Ketidakcermatan itu bisa jadi
dikarenakan sikap sikap arogan dan ketidakmahutahuan akibat kebencian yang
tidak mendasar yang sudah dibentuk dalam fikiran sehingga menghilangkan etika
dan obyektifitas maupun proporsionalitas dalam melihat sesuatu. Apalagi
“ketidakcermatan” itu muncul dari copypaste kutipan fihak-fihak ketiga sebagai
fihak yang tidakbertanggungjawab dalam menyebarkan propaganda permusuhan
terhadap Ibn Taimiyyah dikarenakan adanya “kepentingan” tertentu.
Buku Minhajus sunnah ditulis oleh Ibn Taimiyyah sebagai kritik
dan tanggapan atas buku Minhajul Karomah karya Ibnul Muthohir yang merupakan
salah satu proponen Syi’ah Rafidlah. Dalam penulisan Minhajus Sunnah tersebut,
syubhat-syubhat Argumen Rafidlah tersebut dikritisi oleh Ibn Taimiyyah dengan
menampilkan pula syubhat-syubhat Argumen dari kaum Nasibah. Ibn Taimiyyah
menampilkan syubhat Argumen dari dua Fihak yang saling bermusuhan itu
dimaksudkan untuk menunjukan bahwa ternyata syubhat-syubhat dua belah fihak itu
dibangun dari proposisi yang sama yakni Kebencian yang tidak mendasar terhadap
para Sahabat Rasulullaah s.a.w.
Dengan menampilkan pandangan-pandangan / Argumen dua kelompak
tersebut, kemudian Ibn Taimiyyah melakukan analisa Komparasi kritik mendalam
atas dua pandangan kelompok-kelompok (Syiah dan Nasibah) tersebut dan
berkesimpulan bahwa kedua pandangan itu telah menyelisihi Tradisi Sunnah dan
Aqidah Islam.
Dari sedikit diskripsi singkat tentang metode penulisan Minhajus
Sunnah diatas. Adalah wajar jika kemudian kita menemukan kutipan-kutipan
Argumen kaum Nasibah yang sangat membenci Ahlul Bayt dalam buku itu. Apakah
lantas dengan begitu kita bisa menyimpulkan bahwa kutipan Argumen Nasibah itu
adalah pandangan dari Ibn Taimiyyah?...tentu sebagai orang yang berakal sehat
jelas akan menolak asumsi “salah kaprah” semacam itu. Dan inilah yang sering
dilakukan oleh fihak-fihak “pembenci” ibn Taimiyyah, fihak-fihak tersebut
sering melakukan pekerjaan “kotor” dengan memotong tulisan-tulisan Ibn
Taimiyyah dalam buku itu secara tidak utuh dan kemudian memprogandakan
bahwa kutipan argument Nasibah itu adalah pandangan Ibn Taimiyyah.
Nah, Mas Math…sebelum anda mempermalukan diri anda sendiri lagi
di forum yang saya kira menjunjung asas obyektifitas dan kejujuran ini. Mohon
kiranya jikalau mau mengcopypaste sebuah rujukan sekunder atau bahkan tersier,
ada baiknya anda lakukan verifikasi juga terhadap sumber primernya atau minimal
komentar penjelasan dari sumber primer yang dilakukan oleh pihak yang
berkompeten. Supaya hal-hal dibawah ini tidak terjadi lagi. Dan lebih jauh
lagi, supaya anda tidak terkategori golongan kaum Pemfitnah Aimmah.
MK:
Berkata ibnu Taimiyah saat memfitnah para sahabat nabi dan
mendustakan Sayidina Ali; وأما علي فكثير من السابقين الاولين لم يتّبعوه ولم
يبايعوه ، وكثير من الصحابة والتابعين قاتلوه “Adapun Ali, banyak dari para
sahabat dari kalangan Sabiqûn Awwalun tidak mengikutinya dan tidak membaiatnya.
Banyak dari sahabat dan Tabi’în memeranginya.” Baca kitab Minhaju Sunnah jus 1
halaman 537-539.
HE:
Jelas sumber copypaste anda itu tidak jujur, hanya menampilkan
potongan tulisan Ibn Taimiyyah yang mengutip pernyataan Argumen kaum Syiah
Rafidlah itu sendiri, Tahukah anda bahwa dalam Juz tersebut, Ibnu Taimiyyah
banyak membahas argument Syi’ah tentang hak Kekhalifahan yang dianggap dirampas
oleh para Sahabat lain terutama Mu’awiyyah.
Dalam Juz tersebut, Ibn Taimiyyah banyak menjelaskan bahwa
“perselisihan” Sahabat Ali dan Sahabat Muawiyyah itu bukanlah perkara
“perebutan” kekuasaan. Bahkan, Muawiyyah sendiri mengakui keutamaan-keutamaan
Sahabat Ali. Persoalannya sesungguhnya adalah permasalah penyelesaian kasus
pembunuhan Utsman.
Nah, Ibn Taimiyyah sendiri dalam komentarnya atas permasalahan
tersebut, kemudian menuliskan:
بل هم كلهم متفقون على أنه أجلّ قدراً، وأحق بالإمامة، وأفضل عند
الله وعند رسوله وعند المؤمنين من معاوية وأبيه وأخيه الذي كان خيراً منه، وعليّ
أفضل من الذين اسلموا عام الفتح وفي هؤلاء خلق كثير افضل من معاوية. أهل الشجرة
افضل من هؤلاء كلهم ، وعليّ أفضل جمهور الذين بايعوا تحت الشجرة، بل هو أفضل منهم
كلهم إلا ثلاثة، فليس في أهل السنة من يقدم عليه أحداً غير الثلاثة، بل يفضلونه
على جمهور أهل بدر وأهل بيعة الرضوان، وعلى السابقين الأوَّلين من المهاجرين
والأنصار))
“..mereka (Ahlussunnah) semua sepakat bahwa Ali memiliki
kedudukan lebih tinggi, lebih berhak dengan kepemimpinan, dan lebih mulia di
sisi Allah dan rasul-Nya serta kaum mukminin dari Mu’awiyah, ayahnya dan
saudaranya yang lebih utama darinya (Mu’awiyah). Dan Ali lebih utama dari semua
shahabat yang masuk islam pada Fathu Makkah, sedangkan banyak diantara mereka
(yang masuk islam pada Fathu Makkah) lebih utama dari Mu’awiyah. Dan Ahlu
Syajarah (yang berbaitan di bawah pohon, bai’at ridhwan) lebih utama dari
mereka (yang masuk islam pada fathu Makkah), dan Ali lebih utama dari mereka
semua yang ikut berbai’at di bawah pohon kecuali dari tiga orang. Tidak ada
dari kalangan Ahlussunnah yang mendahulukan seorang pun diatas Ali kecuali dari
tiga orang. Bahkan Ali lebih afdhal dari mayoritas Ahlu Badar (yang ikut perang
badar) dan yang mengikuti bai’at Ridhwan, dan (lebih utama) dari Sabiqunal
Awwalun dari Muhajirin dan Anshar..”
Kemudian Ibn Taimiyyah juga mengomentari tentang kedudukan
Sahabat yang berperang melawan Sahabat Ali dan juga maupun para Sahabat yang
bersikap Netral, Ibn Taimiyyah menyatakan:
((وأيضاً فأهل السنة يحبون الذين لم يقاتلوا علياً أعظم مما يحبون
من قاتله، ويفضلون من لم يقاتله على من قاتله كسعد بن أبي وقاص، وأسامة بن زيد،
ومحمد بن مسلمة، وعبد الله بن عمر رضي الله عنهم. فهؤلاء أفضل من الذين قاتلوا
علياً عند أهل السنة. والحب لعليّ وترك قتاله خير بإجماع أهل السنة من بغضه
وقتاله، وهم متفقون على وجوب موالاته ومحبته، وهم من أشد الناس ذبّاً عنه، ورداً
على من طعن عليه من الخوارج وغيرهم من النواصب، ولكن لكل مقام مقال))
“…dan juga, kecintaan Ahlussunnah terhadap para shahabat yang
tidak ikut memerangi Ali lebih besar dari kecintaan mereka terhadap shahabat
yang ikut memerangi Ali. Dan lebih mengutamakan shahabat yang tidak ikut
memeranginya daripada shahabat yang ikut memeranginya, Seperti Sa’d bin Abi
Waqqash, Usamah bin Zaid, Muhammad bin Maslamah, dan Abdullah bin Umar
radhiallahu ‘anhum, mereka ini lebih utama disisi Ahlussunnah daripada (para
shahabat) yang ikut memerangi Ali. Dan mencintai Ali demikian pula menghindar
dari peperangan adalah lebih baik dengan kesepakatan Ahlussunnah daripada
membencinya dan memeranginya. Dan mereka sepakat wajibnya menjadikan Ali wali
dan mencintainya, mereka (ahlussunnah) adalah manusia yang paling gigih membela
Ali, dan membantah setiap yang mencelanya dari kalangan Khawarij dan selain
mereka dari kalangan nawashib, akan tetapi setiap keadaan ada memiliki
penyikapan tersendiri…”.
Kesimpulannya: Menyatakan Kutipan Copy Paste an Anda itu
sebagai pernyataan Ibn Taimiyyah jelas sebuah tindakan yang amat “Ceroboh” dan
“Tidak Jujur”. Apakah Ibn Taimiyyah memfitnah para Sahabat dan Sahabat Ali,
jelas tidak. Justru yang memfitnah para Sahabat itu adalah Kaum Syiah itu
sendiri, sebab Kutipan Copy Paste an Anda itu adalah Pernyataaan Kitab Minhajul
Karomah karya Ibnul Muthohir yang dikutip oleh Ibn Taimiyyah dalam
Minhajus Sunnah-nya.