Friday, October 30, 2015

BNPT Kampanye Radikalisme Di Internet, Pakar IT (Onno W Purbo ) : Serangan Yang Ganas Itu Bukan ISIS ( Ideologi ), Tapi... Duit Dan Syahwat !

Salah satu agenda Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang dicanangkan tahun ini adalah program gerakan damai di dunia maya. Hal itu diutarakan Ketua Panitia Workshop bertajuk Program Damai di Dunia Maya; Peran Generasi Muda dalam Pencegahan Terorisme, Kol. Inf. Dadang Hendra Yudha.
Lebih tegas lagi, Kepala BNPT Saud Usman Nasution mengungkapkan bahwa saat ini kelompok-kelompok radikalis semakin masif menyebarkan konten-konten radikal di media online. Usman mengharap kontribusi para pegiat internet, media social dan bloger untuk melawan konten-konten radikal di dunia maya dengan konten-konten positif.
“Untuk menangkal serangan kelompok-kelompok radikal dan teroris di media sosial, BNPT jelas tidak mampu bergerak sendirian. Kami berharap kerjasama dan kontribusi segenap pihak yang terlibat aktif di internet untuk melawan infiltrasi paham radikal di dunia maya,” sergah Usman.
Menanggapi hal itu, pakar komunikasi dunia maya, Onno W Purbo malah menyatakan hal sebaliknya. Ditemui Kiblat.net usai jumpa pers pada Kamis (29/10), Onno mengungkapkan bahwa serangan Tekhnologi Informasi yang lebih besar di Indonesia saat ini justru bukan radikalisme ala ISIS sebagaimana yang didengungkan BNPT.
“Makanya saya nggak terlalu minat ngomong soal ISIS, soalnya saya tahu di lapangan. Serangan yang ganas itu bukan ISIS, serangan yang ganas itu ke masyarakat banyak. Jadi kebanyakan serangan yang ditargetkan itu bukan ideologi, tapi duit dan syahwat,” ungkap Onno sembari mengemukakan data kasus-kasus penipuan dan pornografi di Indonesia.
Workshop Program Damai di Dunia Maya yang diselenggarakan di Jogja Expo Centre ini menjadi agenda di hari ke-dua BNPT menggelar acara penanggulangan terorisme. Acara yang digelar pada Kamis, (29/10) ini dihadiri sekira 400 pemuda. Mereka berasal dari mahasiswa di Yogyakarta, beberapa organisasi pemuda serta komunitas-komunitas dunia maya dan blogger yang berasal dari 27 provinsi di Indonesia.
Beberapa pejabat, pegiat anti terorisme, serta pakar IT dihadirkan sebagai pembicara dalam acara ini. Mewakili BNPT hadir Ketua BNPT Kompol. Saud Usman Nasution, S.H., M.M., dan Deputi I Bidang Pencegahan Terorisme Mayjen TNI Agus Surya bakti serta Lembaga Sandi Negara RI Dr. Djoko Setiadi, M.Si.
Sedangkan beberapa pakar IT dan social media yang hadir diantaranya Onno W Purbo, Nukman Luthfie serta Arif Muhammad. Selain itu turut juga sebagai pembicara mantan Ketua Umum Muhammadiyah Buya Syafi’i Ma’arif.
Reporter: Muhammad Irfan
Editor: Fajar Shadiq


BNPT Setuju Penegakan Syariat, Tapi…

Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris menyatakan setuju terhadap penegakan syariat Islam. Tetapi dia menolak formalisasinya.
“Kita semua setuju menegakkan syariat,” kata Irfan Idris saat peluncuran buku “Islam dan Terorisme antara Imajinasi dan Kenyataan” di Universitas Indonesia (UI) Salemba, Jakarta pada Selasa (29/09).
“Tetapi memformalisasikan itu saya kira bukan tempatnya untuk memformalisasikannya,” imbuhnya.
Menurut Irfan, penerapan syariat Islam harusnya menerapkan politik garam. Artinya, tetap terasa meskipun tak terlihat bentuknya.  (tepat sekali, lamurkha)
“Itulah yang perlu kita elaborasi,” imbuhnya.
Buku Islam dan Terorisme diterbitkan BNPT atas kerjasama dengan Ikatan Alumni UI. Dikeluarkannya buku itu dianggap sebagai bagian dari kontra narasi pemikiran radikal.
Reporter : Imam S.
Editor: Rudy

BNPT Tak Bisa Menyalahkan Orang yang Berjihad ke Suriah

Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris mengungkapkan bahwa kemauan untuk berjihad adalah salah satu alasan bagi orang-orang yang pergi ke Suriah. Menurutnya, siapapun tidak bisa menyalahkan alasan jihad tersebut.
Dalam acara bertajuk BNPT Bincang Damai, Irfan Idris mengungkapkan alasan warga negara Indonesia (WNI) yang berangkat ke Suriah. Alasan itulah yang membuat mereka tertarik untuk datang ke negara yang sedang dilanda krisis kemanusiaan akibat kekejaman rezim Bashar Assad tersebut.
“Paling tidak ada dua yang biasa kita dengarkan,” kata Irfan Idris, Kamis (19/03) di bilangan Cikini, Jakarta tersebut.
Menurut Irfan, faktor ekonomi adalah alasan pertama yang menarik WNI untuk bergabung dengan ISIS di Suriah. Banyangan jaminan kesejahteraan yang lebih baik membuat mereka antusias. Pasalnya orang-orang yang bergabung dengan ISIS dijanjikan akan mendapatkan uang hingga ratusan dolar.
“Kemudian alasan teologis, karena mau berjihad,” imbuhnya.
Juru bicara BNPT itu menambahkan bahwa alasan berjihad tersebut berkaitan dengan kebahagiaan. Berbeda dengan faktor kesejahteraan ekonomi, alasan jihad ini merupakan bagian dari keyakinan orang-orang yang pergi ke Suriah.
“Kalau keyakinan mereka terhadap interpretasi sepihak terhadap jihad, hijrah dan khilafah, itu versi mereka. Kita juga tidak bisa salahkan,” pungkasnya.
Reporter : Imam S.
Editor: Fajar Shadiq

Direktur Deradikalisasi BNPT Persilahkan WNI di Suriah Berjihad, Tapi..

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan akan meningkatkan pencegahan terhadap orang-orang Indonesia yang akan berangkat ke Suriah. Namun, bagi WNI yang sudah ada di Suriah dipersilakan untuk tinggal dan berjuang melawan rezim Syiah pimpinan Bashar Assad.
Terkait penangkapan 16 WNI di Turki, juru bicara BNPT, Irfan Idris mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia telah melakukan kerjasama dengan otoritas keamanan di negara itu. Selain itu, sejumlah kesepakatan telah dicapai oleh kedua negara.
Menurut Irfan, dalam kesepakatan tersebut pemerintah Turki berjanji akan meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah masuknya warga asing ke Suriah melalui negaranya. Mereka juga bertekad untuk membanti mencari 16 WNI yang sebelumnya dinyatakan hilang. Namun, secara filosofis bukan itu yang menjadi tujuan pemerintah Indonesia.
“Bagaimana meningkatkan pencegahan agar jangan lagi ada yang berangkat kesana,” ungkap Irfan dalam diskusi BNPT, Kamis (19/03) di Jakarta.
Direktur Deradikalisasi BNPT tersebut juga tidak mempersoalkan keberadaan WNI di Suriah. Mereka yang sudah berada di negara yang sedang dilanda konflik itu dipersilakan untuk ikut berjihad.
“Yang sudah ada disana, silahkan tinggal dan berjuang kalau itu keyakinan mereka,” ujar Irfan.
Bagi WNI yang ingin kembali ke Indonesia, masih terbuka kesempatan untuk mereka. Namun, ada catatan yang diberikan Irfan bagi WNI di Suriah yang ingin kembali ke kampung halamannya.
“Kalau mereka kembali ke Indonesia harus menyesuaikan diri. Jangan membawa semangat jihad yang ada disana,” pungkasnya.
Reporter : Imam S.
Editor: Fajar SHadiq