Diposkan
oleh Abu Al-Jauzaa' : di 23.11
Label: Syi'ah
Ibnu Sa’d rahimahullah berkata :
أخبرنا شبابة بن سوار قال أخبرنا
فضيل بن مرزوق قال سألت عمر بن علي وحسين بن علي عمي جعفر قلت هل فيكم أهل البيت
إنسان مفترضة طاعته تعرفون له ذلك ومن لم يعرف له ذلك فمات مات ميتة جاهلية فقالا
لا والله ما هذا فينا من قال هذا فينا فهو كذاب قال فقلت لعمر بن علي رحمك الله إن
هذه منزلة تزعمون أنها كانت لعلي إن النبي صلى الله عليه و سلم أوصى إليه ثم كانت
للحسن إن عليا أوصى إليه ثم كانت للحسين إن الحسن أوصى إليه ثم كانت لعلي بن
الحسين إن الحسين أوصى إليه ثم كانت لمحمد بن علي إن عليا أوصى إليه فقال والله
لمات أبي فما أوصى بحرفين قاتلهم الله والله إن هؤلاء إلا متأكلون بنا هذا خنيس
الخرؤ ما خنيس الخرؤ قال قلت المعلى بن خنيس قال نعم المعلى بن خنيس والله لفكرت
على فراشي طويلا أتعجب من قوم لبس الله عقولهم حين أضلهم المعلى بن خنيس
Telah
menceritakan kepada kami Syabaabah bin Sawwaar, ia berkata : Telah
mengkhabarkan kepada kami Fudlail bin Marzuuq, ia berkata : Aku pernah bertanya
kepada ‘Umar bin ‘Aliy dan Husain bin ‘Aliy, paman Ja’far. Aku berkata :
“Apakah ada pada kalian Ahlul-Bait, seseorang yang wajib ditaati, yang kalian
akui/ketahui hal itu (kewajiban ditaati) ada padanya[1].
Dan barangsiapa yang tidak mengetahui/mengakui kewajiban taat kepada orang
tersebut, jika ia mati, maka matinya seperti mati jahiliyyah ?”. Mereka berdua
berkata : “Tidak, demi Allah. Hal ini tidak ada pada kami. Barangsiapa yang
mengatakan hal ini ada pada kami, maka ia adalah pendusta”. Fudlail bin Marzuuq
berkata : Aku bertanya kepada ‘Umar bin ‘Aliy : “Semoga Allah merahmatimu. (Dan
dikatakan juga), sesungguhnya kedudukan ini (yaitu imamah), kalian katakan hal itu untuk ‘Aliy,
karena Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam telah berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke
Al-Hasan karena ‘Aliy telah berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke Al-Husain,
karena Al-Hasan telah berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke ‘Aliy bin
Al-Husain, karena Al-Husain telah berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke
Muhammad bin ‘Aliy, karena ‘Aliy (bin Al-Husain) telah berwasiat kepadanya”.
Maka ia (‘Umar bin ‘Aliy) berkata : “Demi Allah, sungguh ayahku meninggal tanpa
berwasiat apapun. Semoga Allah memerangi mereka. Demi Allah, sesungguhnya
mereka (yang mengatakan hal itu) hanyalah menjadi beban/menyusahkan kami saja.
Ini adalah perbuatan Khunais Al-Kharu’. Tahukah engkau Khunais Al-Kharru’ ?”.
Fudlail berkata : Aku menjawab : “Al-‘Mu’allaa bin Khunais”. Ia (‘Umar bin
‘Aliy) berkata : “Benar, Al-Mu’allaa bin Khunais. Demi Allah, sungguh aku telah
menghabiskan waktu lama di atas tempat tidurku memikirkan satu kaum yang Allah
kacaukan akal-akal mereka, yaitu ketika Al-Mu’allaa bin Khunais menyesatkan
mereka” [Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat, 5/158].
Sanad hadits ini hasan.
Syabaabah bin Sawwaar adalah seorang yang tsiqah lagi haafidh, dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim
dalam Shahih-nya. Adapun
Fudlail bin Marzuuq, maka ia adalah orang yang shaduuq, hasan haditsnya.[2]
‘Umar bin
‘Aliy bin Al-Husain bin ‘Aliy bin Abi Thaalib adalah salah seorang ulama dari
kalangan Ahlul-Bait. Seorang yang shaduuq lagi mempunyai keutamaan.
Al-Husain
bin ‘Aliy bin Al-Husain bin ‘Aliy bin Abi Thaalib adalah salah seorang ulama dari
kalangan Ahlul-Bait. Juga seorang yang shaduuq.
Keduanya
adalah dua orang anak dari imam keempat Syi’ah, ‘Aliy bin Al-Husain bin ‘Aliy
bin Abi Thaalib rahimahumullah.
Diriwayatkan
juga oleh Muhammad bin ‘Aashim Ats-Tsaqafiy dalam Juz-nya no. 41 dan dari jalannya Ibnu ‘Asaakir dalam At-Taariikh 41/392-393. Ibnu Hajar membawakan riwayat
Muhammad ‘Aashim dalam Al-Lisaan (8/111 no. 7843).
Diriwayatkan
juga oleh Ad-Daaruquthniy dalam Al-Fadlaail no. 65 dari sanad lain dari Fudlail bin
Marzuuq, namun sangat lemah (karena As-Sarriy bin ‘Aashim, muttaham bil-kidzb).
Diriwayatkan
juga oleh Ibnu Abi Khaitsamah dalam As-Safaruts-Tsaaniy no. 3190 dan Al-Laalikaa’iy dalam Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 2695; dari jalan Mush’ab, dari ‘Umar
bin ‘Aliy bin Al-Husain. Sanad ini munqathi’ (terputus), karena Mush’ab tidak pernah
bertemu ‘Umar.
Ibnu Hajar rahimahullah menuliskan identitas Al-Mu’allaa bin
Khunais ini dalam Lisaanul-Miizaan(8/111 no. 7843) sebagai salah seorang gembong Raafidlah.
Wallaahu
a’lam bish-shawwaab.
[abul-jauzaa’
– ngagelik, sele-man, yogyakarta, 1432 H].
[1] Ja’far bin Muhammad rahimahullah, salah seorang yang dianggap imam oleh
Syi’ah, pun mengingkari hal itu ada pada dirinya :
إنكم إن شاء الله من صالحي أهل
مصركم، فأبلغوهم عني: من زعم أني إمام معصوم مفترض الطاعة، فأنا منه برئ، ومن زعم
أني أبرأ من أبي بكر وعمر، فأنا منه برئ
“Sesungguhnya
kalian termasuk di antara orang shalih di antara penduduk negeri kalian, Mesir.
Maka sampaikanlah kepada mereka perkataanku : ‘Barangsiapa yang mengatakan
bahwa aku seorang imam ma’shuum yang wajib ditaati, maka aku berlepas diri
terhadap mereka. Dan barangsiapa yang berkata bahwa aku berlepas diri terhadap
Abu Bakr dan ‘Umar, maka aku berlepas diri terhadapnya (orang yang mengatakan
itu)” [Diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthniy dalam Al-Fadlaail no. 71 dan dari jalannya Adz-Dzahabiy
dalam As-Siyar,dengan sanadnya, 6/259. Sanad riwayat ini
lemah, karena Makhlad bin Abi Quraisy Ath-Thahhaan, majhuul].
Berlepas
dirinya Ja’far dan Ahlul-Bait yang lainnya dapat dibaca dalam artikel : http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/04/berlepas-dirinya-imam-ahlul-bait.html.
[2] Baca keterangan Fudlail
bin Marzuuq ini dalam artikel : http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/05/ahlul-bait-menyepakati-keputusan-abu.html.
Teranglah
sudah, hanya saja Syi'ah tetap berkilah, parahnya malah menggunakan pembenaran
dari litelatur ahlus sunnah berkenaan 12 imam. Sungguh, tanpa ahlus sunnah
Syi'ah itu ketahuan banget buruknya.
Pasti ga
berapa lama ntar keluar deh artikel bantahannya dari si muhaddits kacangan,
secondprince dan kroni2nya, hehehee...
anda
seperti ada seketul batu kecil yg hendak dilontar keistana besar lalu mgharap
istana itu roboh.
tahukah anda yg syiah mempunyai beratus hadis dari imam2 mereka yg menyatakan
kemaksumam dan keimamah mereka?
apa anda rasa iman mereka akan tergugat dengan hanya riwayat ini?
dan anda merasa sudah cukup dengan ini untuk berhujah dengan mereka?
lihatlah dari semua sudut, jgn terburu2 mengeluarkan kenyataan yg hanya org2 malas
berfikir mengakuinya, ia hanya membuat anda kelihatan seperti pemimpin untuk
org bodoh sahaja.
salam.
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
Insya
Allah, saya sangat-sangat mengetahui tentang statement-statement Syi'ah. Baik
tentang imamah ataupun kema'shuman.
Harap Anda tahu, tulisan di atas merupakan satu bagian saja dari rangkaian tulisan
saya yang ada di Blog ini. Telah banyak artikel yang saya tulis yang
menyinggung apa yang Anda katakan itu.
Riwayat di atas merupakan salah satu penegasan atas batalnya klaim
mereka tentang imamah. Tentu saja ini dilihat dari kaca mata riwayat
Ahlus-Sunnah. Bukankah Anda juga mengetahui - mungkin - bahwa orang Syi'ah
sering menggunakan riwayat Ahlus-Sunnah untuk membuktikan klaim dusta mereka
tentang imamah ?.
Janganlah Anda menjadi orang yang pura-pura bodoh dalam
permasalahan ini.....
afwan ust klo prtanyaan sy keluar dr tema,
ust kaidah2 fiqhiyah i2 apakah lahir dr adax dalil2 al qur'an n As sunnah..???
lalu Kaidah ini "Mencegah bahaya lbh di dahulukan drpd mengambil
manfaat" dalilx apa ust..???
lalu Kaidah "Menimbang-nimbang bahaya n Manfaat" dalilx apa ust..???
bolehkan kita mengambil isitimbath hukum berdasarkan kaidah2 di atas di
karenakan gk ada dalil2 dr Al-Qur'an n as sunnah yg penunjukanx Jelas..??????
jazakallahu khoran..., ana lg bingung jd tlong dibantu...! :)
salam pak ustadz,
saya berpura2 bodoh lebih baik dari berpura2 bijak rasanya. adakah anda
memaknai "batu kecil" yang saya katakan itu hanya bermaksud satu
bahagian yg anda tulis diatas saja? anda salah faham, maksud "batu
kecil"
itu adalah seluruh riwayat yg anda bawa untuk membantah syiah.
kelebihan yg ada pada mereka adalah mereka boleh berhujah dengan riwayat dari
mereka dan dari ahlul sunnah sendiri, melainkan yang anda maksudkan ahlul
sunnah itu ialah jumhur pengikut ibnu taimiyah sahaja.
cuba anda bantah hujah mereka dengan riwayat yg mereka ambil dari ahlul sunnah
saja, tak perlu dibawa riwayat lain untuk menyokong hujah anda itu kerana jika
anda tidak dapat membantah riwayat yg mereka bawa, itu bermaksud anda x
mengakui sebahagian dari ulama2 ahlul sunnah sendiri hanya kerana mereka
meriwayatkan seperti yang ada juga pada syiah sendiri.
dan andai benar anda tidak mengakui ulama2 itu mungkin yang tinggal hanyalah
syaikhul2 anda saja yg menjadi tali hujah anda. dan apa yg saya sebutkan disini
bukan berkaitan artikel diatas saja, maksudnya menyeluruh kepada semua hal
kerana saya pasti anda membantah suma hujah yg mereka bawa dari ahlul sunnah.
mohon juga bimbingan pak ustadz.
Abu
Al-Jauzaa' : mengatakan...
Asli, .... saya sebenarnya tidak paham dengan
kerangka pikir Anda berkomentar di artikel ini. Kok bisa-bisanya nyambung ke
Ibnu Taimiyyah segala. Mengenai bantahan saya terhadap sebagian hujjah Syi'ah
yang mengambil riwayat Ahlus-Sunnah, sebagiannya telah saya tuliskan di Blog
ini.
Seandainya artikel Syi'ah dalam Blog ini Anda anggap tidak terlalu banyak manfaatnya,
terserah Anda jika Anda mau berkata begitu. Toh saya menulis bukan bertujuan
agar Anda puas membacanya.
Perlu Anda ketahui bahwa blog ini saya buat dan saya tulis bukan fokus membahas
Syi'ah. Materi Syi'ah hanyalah salah satu tema saja yang saya angkat di Blog
ini. Blog ini berisi masalah 'aqidah, manhaj, fiqh, ushul fiqh, tokoh, bahkan
materi umum pun ada.
Kerjaan saya juga bukan menulis Blog ini. Blog ini saya isi di sisa-sisa waktu
saya menyelesaikan kesibukan saya.
So, sekali lagi, jika Anda merasa tidak puas dengan
artikel di atas, ya silakan saja dilengkapi. Dunia ini masih terlalu luas jika
tangan Anda ingin lelah menulis tentang Syi'ah.
Abu
Al-Jauzaa' : mengatakan...
@Anonim 17 Mei 2011 11:57,....
Kaidah fiqhiyyah itu diambil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Coba antum baca :
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/11/kaidah-menolak-mafsadat-lebih.html
barangkali dapat membantu......
saya juga x berniat hendak mempersoal
berlebihan disini sebenarnya, maaf jika komentar saya membosankan pak ustad,
cuma bila anda mengatakan "klaim dusta" syiah itulah yg membuat saya
mahu menulis lagi.
seharusnya seorang muslim menghormati keyakinan org lain, bukan mgatakan mereka
berdusta, sedang mereka membawa hujah dari pihak anda.
sebagai contoh, mereka mgatakan fatimah as tidak meredhai abu bakar ra dan umar
ra sehingga wafat seperti dalam shahih bukhari, tapi sebagian ahlul sunnah
mgatakan fatimah as memaafkan mereka lalu dibawa bukti dari kitab lain. ia
seperti mereka menolak bukhari hanya kerana tak sejalan dengan mereka. itulah
maksud saya batu kecil yg hendak merobohkan istana.
sama juga dengan artikel pak ustad di blog ini. saya tahu pak ustad x berpura
bodoh seperti saya, cuma kurang pantas mengerti saja.
maaf jika sukar difaham krana saya org malaysia.
dan bila pak ustad bertanya kenapa nyambung
ke ibnu taimiyah segala itu, mungkin itu terlalu mutasyabihat untuk org malas
berfikir, tggalkan saja disitu kerana saya yakin masih ada org yang mengerti
maksud sebenar tulisan saya.
Abu
Al-Jauzaa' : mengatakan...
Belajarlah berkomentar secara realistis. Jika
Anda mengatakan bahwa Faathimah tidak ridlaa atau marah kepada Abu Bakr, kapan
Anda menemukan saya mendustakan hal itu ?. Adapun jika ada orang lain yang
mengatakan bahwa Faathimah ridlaa dengan Abu Bakr berdasarkan riwayat
Asy-Sya'biy dari 'Aliy, ya itu urusan orang yang berhujjah dengan riwayat itu.
Saya pun telah menanggapi tentang kasus Fadak itu di blog ini.
Jika saya mengatakan bahwa klaim estafet imamah itu dusta, apakah saya
berbohong dengan itu ? Lihatlah riwayat di atas. Ahlul-Bait tentu lebih
mengerti madzhabnya daripada Syi'ah yang mengaku-aku bermadzhab Ahlul-Bait.
Kalau Anda tidak paham, lain kali belajarlah ilmu riwayat dan dirayat hadits,
dan kemudian metode istinbathnya.
Syi'ah memang mengklaim imamah dengan mengkais-kais riwayat Ahlus-Sunnah yang
sama sekali tidak tepat. Saya pun telah membahas sebagiannya.
No way untuk menghormati 'aqidah sesat Syi'ah. Jika Anda menulis komentar di
atas hanya untuk mengkampanyekan persaudaraan dengan Syi'ah, maaf, Anda salah
alamat berpartisipasi komentar di Blog ini. Blog ini sama sekali tidak membuat
ruang untuk mentoleransi dan menghormati 'aqidah sesat Syi'ah.
Dan nampaknya, sudah mulai kelihatan motif Anda sebenarnya. Saya harap,
komentar Anda di atas adalah yang terakhir di kolom ini. Tidak perlu Anda
ulang-ulang, karena saya sudah paham.
assalamu alaikum utz.
bisa diceritakan kepada kami jalan sebenarnya gembong syiah ( kalau tidak salah
Abdullah Bin Sa'ad )biar kta semua tahu siapa sebenarnya syiah?
Abu
Al-Jauzaa' : mengatakan...
Bukan 'Abdullah bin Sa'd, tapi 'Abdullah bin
Saba'.
Bisa dibaca di :
Ahlul-Bait
Tidak Mengakui Wasiat Estafet Imamah dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam –
‘Aliy – Al-Hasan – Al-Husain – ‘Aliy bin Al-Husain – Muhammad bin ‘Aliy
Posted on May 12, 2011 by abul.jauzaa
Ibnu Sa’d rahimahullah berkata
:
أخبرنا شبابة بن سوار قال أخبرنا
فضيل بن مرزوق قال سألت عمر بن علي وحسين بن علي عمي جعفر قلت هل فيكم أهل البيت
إنسان مفترضة طاعته تعرفون له ذلك ومن لم يعرف له ذلك فمات مات ميتة جاهلية فقالا
لا والله ما هذا فينا من قال هذا فينا فهو كذاب قال فقلت لعمر بن علي رحمك الله إن
هذه منزلة تزعمون أنها كانت لعلي إن النبي صلى الله عليه و سلم أوصى إليه ثم كانت
للحسن إن عليا أوصى إليه ثم كانت للحسين إن الحسن أوصى إليه ثم كانت لعلي بن الحسين
إن الحسين أوصى إليه ثم كانت لمحمد بن علي إن عليا أوصى إليه فقال والله لمات أبي
فما أوصى بحرفين قاتلهم الله والله إن هؤلاء إلا متأكلون بنا هذا خنيس الخرؤ ما
خنيس الخرؤ قال قلت المعلى بن خنيس قال نعم المعلى بن خنيس والله لفكرت على فراشي
طويلا أتعجب من قوم لبس الله عقولهم حين أضلهم المعلى بن خنيس
Telah menceritakan kepada kami
Syabaabah bin Sawwaar, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Fudlail bin
Marzuuq, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada ‘Umar bin ‘Aliy dan Husain bin
‘Aliy, paman Ja’far. Aku berkata : “Apakah ada pada kalian Ahlul-Bait,
seseorang yang wajib ditaati, yang kalian akui/ketahui hal itu (kewajiban
ditaati) ada padanya[1]. Dan barangsiapa yang tidak mengetahui/mengakui kewajiban taat
kepada orang tersebut, jika ia mati, maka matinya seperti mati jahiliyyah ?”.
Mereka berdua berkata : “Tidak, demi Allah. Hal ini tidak ada pada kami.
Barangsiapa yang mengatakan hal ini ada pada kami, maka ia adalah pendusta”.
Fudlail bin Marzuuq berkata : Aku bertanya kepada ‘Umar bin ‘Aliy : “Semoga
Allah merahmatimu. (Dan dikatakan juga), sesungguhnya kedudukan ini (yaitu imamah), kalian
katakan hal itu untuk ‘Aliy, karena Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam telah
berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke Al-Hasan karena ‘Aliy telah berwasiat
kepadanya. Kemudian beralih ke Al-Husain, karena Al-Hasan telah berwasiat
kepadanya. Kemudian beralih ke ‘Aliy bin Al-Husain, karena Al-Husain telah
berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke Muhammad bin ‘Aliy, karena ‘Aliy (bin
Al-Husain) telah berwasiat kepadanya”. Maka ia (‘Umar bin ‘Aliy) berkata :
“Demi Allah, sungguh ayahku meninggal tanpa berwasiat apapun. Semoga Allah
memerangi mereka. Demi Allah, sesungguhnya mereka (yang mengatakan hal itu)
hanyalah menjadi beban/menyusahkan kami saja. Ini adalah perbuatan Khunais
Al-Kharu’. Tahukah engkau Khunais Al-Kharru’ ?”. Fudlail berkata : Aku menjawab
: “Al-‘Mu’allaa bin Khunais”. Ia (‘Umar bin ‘Aliy) berkata : “Benar, Al-Mu’allaa
bin Khunais. Demi Allah, sungguh aku telah menghabiskan waktu lama di atas
tempat tidurku memikirkan satu kaum yang Allah kacaukan akal-akal mereka, yaitu
ketika Al-Mu’allaa bin Khunais menyesatkan mereka” [Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d
dalam Ath-Thabaqaat, 5/158].
Sanad
hadits ini hasan.
Syabaabah
bin Sawwaar adalah seorang yang tsiqah lagi haafidh, dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya. Adapun Fudlail bin Marzuuq, maka ia
adalah orang yang shaduuq, hasan haditsnya.[2]
‘Umar bin ‘Aliy bin Al-Husain
bin ‘Aliy bin Abi Thaalib adalah salah seorang ulama dari kalangan Ahlul-Bait.
Seorang yang shaduuq lagi
mempunyai keutamaan.
Al-Husain bin ‘Aliy bin
Al-Husain bin ‘Aliy bin Abi Thaalib adalah salah seorang ulama dari kalangan
Ahlul-Bait. Juga seorang yang shaduuq.
Keduanya adalah dua orang anak
dari imam keempat Syi’ah, ‘Aliy bin Al-Husain bin ‘Aliy bin Abi Thaalib rahimahumullah.
Diriwayatkan juga oleh Muhammad
bin ‘Aashim Ats-Tsaqafiy dalam Juz-nya no. 41 dan dari jalannya Ibnu ‘Asaakir dalam At-Taariikh 41/392-393. Ibnu Hajar membawakan riwayat Muhammad ‘Aashim dalam Al-Lisaan (8/111
no. 7843).
Diriwayatkan juga oleh
Ad-Daaruquthniy dalam Al-Fadlaail no. 65 dari sanad lain dari Fudlail bin Marzuuq, namun sangat
lemah (karena As-Sarriy bin ‘Aashim, muttaham
bil-kidzb).
Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi
Khaitsamah dalam As-Safaruts-Tsaaniy no. 3190 dan Al-Laalikaa’iy dalam Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 2695; dari jalan Mush’ab, dari ‘Umar bin ‘Aliy bin Al-Husain.
Sanad ini munqathi’ (terputus),
karena Mush’ab tidak pernah bertemu ‘Umar.
Ibnu Hajar rahimahullah menuliskan
identitas Al-Mu’allaa bin Khunais ini dalamLisaanul-Miizaan (8/111 no. 7843) sebagai salah seorang gembong Raafidlah.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
[abul-jauzaa’ – ngagelik,
sele-man, yogyakarta, 1432 H].
[1]
Ja’far bin Muhammad rahimahullah, salah seorang yang dianggap imam oleh Syi’ah, pun mengingkari
hal itu ada pada dirinya :
إنكم إن شاء الله من صالحي أهل
مصركم، فأبلغوهم عني: من زعم أني إمام معصوم مفترض الطاعة، فأنا منه برئ، ومن زعم
أني أبرأ من أبي بكر وعمر، فأنا منه برئ
“Sesungguhnya kalian termasuk
di antara orang shalih di antara penduduk negeri kalian, Mesir. Maka
sampaikanlah kepada mereka perkataanku : ‘Barangsiapa yang mengatakan bahwa aku
seorang imamma’shuum yang
wajib ditaati, maka aku berlepas diri terhadap mereka. Dan barangsiapa yang
berkata bahwa aku berlepas diri terhadap Abu Bakr dan ‘Umar, maka aku berlepas
diri terhadapnya (orang yang mengatakan itu)” [Diriwayatkan oleh
Ad-Daaruquthniy dalam Al-Fadlaail no. 71 dan dari jalannya Adz-Dzahabiy dalam As-Siyar, dengan sanadnya, 6/259. Sanad riwayat ini lemah, karena Makhlad
bin Abi Quraisy Ath-Thahhaan,majhuul].
Berlepas dirinya Ja’far dan
Ahlul-Bait yang lainnya dapat dibaca dalam artikel : http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/04/berlepas-dirinya-imam-ahlul-bait.html.
[2]
Baca keterangan Fudlail bin Marzuuq ini dalam artikel : http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/05/ahlul-bait-menyepakati-keputusan-abu.html.
Imamah adalah salah satu perkara pokok yang membedakan antara kaum muslimin
(Ahlus-Sunnah) dengan Syii’ah Raafidlah. Syi’ah telah memasukkan masalah imamah
(yaitu imamah para imam Syi’ah yang dua belas[1]) sebagai salah satu rukun
iman mereka. Dikarenakan masuk rukun iman, konsekuensinya adalah : Barangsiapa
yang tidak mengakui dan mengimani (?) imamah ‘Aliy dan keturunannya pasca
wafatnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka kafir. Padahal, Ahlus-Sunnah hanya mengakui
‘Aliy bin Abi Thaalib dan Al-Hasan bin ‘Aliy sebagai khalifah keempat dan
kelima setelah Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan radliyallaahu ‘anhum. Memang itulah faktanya.
Sejarah dan riwayat telah membuktikan nihilnya tongkat estafet dan warisan imamah dari Nabishallallaahu
‘alaihi wa sallam pada ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu dan keturunannya[2]. Maka dari itu, Syi’ah
mengkafirkan Ahlus-Sunnah[3], menghalalkan darahnya[4].
Di sini kita tidak akan membicarakan tentang pengkafiran mereka (terhadap
Ahlus-Sunnah) dan kekafiran mereka, karena itu sudah sangat jelas[5] – kecuali bagi orang yang
bodohnya sampai taraf ‘terlalu’. Namun di sini kita akan membahas
pengakuan ‘Aliy bin Abi Thaalib akan ‘imamah’ ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhumaa. Dimanakah itu ? Perhatikan
riwayat berikut :
Diantaranya, ‘Aliy pernah berkata kepada ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa terkait wanita gila yang
berzina :
يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الْقَلَمَ قَدْ
رُفِعَ عَنْ ثَلَاثَةٍ: عَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَبْرَأَ، وَعَنِ النَّائِمِ
حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَعْقِلَ، قَالَ: بَلَى، قَالَ:
فَمَا بَالُ هَذِهِ تُرْجَمُ، قَالَ: لَا شَيْءَ قَالَ: فَأَرْسِلْهَا قَالَ:
فَأَرْسَلَهَا قَالَ: فَجَعَلَ يُكَبِّرُ "
“Wahai Amiirul-Mukminiin,
tidakkah engkau mengetahui bahwasannya pena diangkat dari tiga jenis orang :
‘Orang gila hingga ia sembuh, orang yang tidur hingga ia bangun, dan anak-anak
hingga ia berakal ?”. ‘Umar berkata : “Iya”. ‘Aliy berkata : “Lantas kenapa wanita ini hendak dirajam
?”. Lalu ‘Umar pun melepaskannya, dan kemudian bertakbir [Diriwayatkan oleh Abu
Daawud no. 4399, Sa’iid bin Manshuur no. 2078, Abu Ya’laa no. 587, Al-Haakim
4/389, dan yang lainnya; shahih – dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan Abi Daawud 3/55].
Beberapa faedah terkait :
1. Dekatnya hubungan antara
‘Aliy bin Abi Thaalib dan ‘Umar bin Al-Khaththaabradliyallaahu ‘anhumaa,
diantaranya karena ‘Aliy merupakan penasihat dan sekaligus mertua ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa.[6]
2. ‘Aliy mengakui ‘Umar adalah
pemimpin kaum mukminiin (amiirul-mukminiin). Dikarenakan ‘Aliy –
sebagaimana juga shahabat lainnya – termasuk orang yang beriman, maka ‘Umar
adalah pemimpin (imam) bagi ‘Aliy waktu itu.
3. Imaamah bukan termasuk rukun iman sebagaimana keyakinan Syi’ah.
4. ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu bukan termasuk orang kafir sebagaimana anggapan orang-orang
Syi’ah Raafidlah.
5. ‘Aliy bin Abi Thaalib
seorang pemberani dan tidak takut menyampaikan kebenaran sehingga berani
mengoreksi kekeliruan ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhumaa.
Oleh karena itu, tidak mungkin ‘Aliy sedang ber-taqiyyah (baca : acting) membantu ‘Umar dalam pemerintahan dan menyebutnya ‘amiirul-mukminiin’ -
seandainya kedudukan ‘Umar sebagai khalifah illegitimate menurut syari’at.
Jika Syii’ah Raafidlah
mengklaim beragama dengan agama ‘Aliy bin Abi Thaalib, justru kita, kaum
muslimin (Ahlus-Sunnah), realitasnya yang beragama dengan agama ‘Aliy bin Abi
Thaalib radliyallaahu ‘anhu.
Urusan klaim, orang Syi’ah memang nomor 1 seperti iklan kecap.
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ – perumahan
ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 20081434/30062013 – 00:35].
[1] Atau tigabelas ?. Baca artikel : 12 atau 13
?.
[2] Baca artikel :
[3] Al-Mufiid berkata :
اتّفقت الإماميّة على أنّ من أنكر
إمامة أحد من الأئمّة وجحد ما أوجبه الله تعالى له من فرض الطّاعة فهو كافر ضالّ
مُستحقّ للخلود في النّار
“Madzhab
Imaamiyyah telah bersepakat bahwasannya siapa saja yang mengingkari imaamah
salah seorang di antara para imam, dan mengingkari apa yang telah Allah ta’ala wajibkan padanya tentang kewajiban taat,
maka ia kafir
lagi sesat berhak atas kekekalan neraka” [Awaailul-Maqaalaat, hal 44 – sumber : http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-aqaed/avael-maqalat/a01.htm].
Al-Mufiid
adalah ulama Syi’ah terkenal yang menjadi pantuan (bagi orang yang seagama
dengannya, yaitu Syi’ah) hingga sekarang.
[4] Sebagaimana yang terjadi sekarang di
Suriah yang dilakukan salah satu sekte Syi’ah : Nushairiyyah.
[5] Baca artikel : Syi’ah itu
Sesat Juragan !!.
[6] Silakan baca artikel : Pernikahan
‘Umar bin Al-Khaththaab.
Pengkhianatan syiah-kepada-ahli-bait-plusDocument
Transcript
http://www.slideshare.net/ediawaludin3/pengkhianatan-syiahkepadaahlibaitplus#
1. املقدمة Mungkinkah Sunnah & Syi'ah Bergandengan
tangan? Tragedi kerusuhan di sebuah pesantren Syi’ah di Madura, bulan
lalu—tepatnya pada Kamis 4 Shafar 1433 —menambah catatan suram sejarah
Indonesia. Namun, di balik peristiwa tersebut terdapat hikmah akan
tersingkapnya jati diri sebagian tokoh mengenai sikap mereka terhadap sekte
Syi’ah. Pasalnya, pasca kejadian tersebut, banyak bermunculan opini dan
komentar tentang Syi’ah. Sebagian tokoh organisasi besar di Indonesia dengan
vokal menegaskan bahwa “perbedaan antara Sunni dan Syi’ah adalah hanya masalah
furu’iyyah (cabang) bukan ushul (inti)”, bahkan ada yang berani mengatakan:
“Syi’ah bukan aliran yang sesat”. Lalu mereka pun menyerukan “perdamaian” dan
“persatuan” antara Sunni dan Syi’ah agar saling bergandeng tangan. Bola terus
bergulir, ungkapan-ungkapan para tokoh tadi diekspos oleh media massa yang
disimak dan didengarkan oleh masyarakat dan orang-orang awam, sehingga banyak
di kalangan mereka pun akhirnya tertipu dan menjadi simpatisan aliran Syi’ah,
padahal mereka tidak tahu bagaimana sebenarnya pemikiranpemikiran busuk aliran
Syi’ah yang dibungkus dengan topeng “taqiyyah” dan kedok “mencintai ahli bait”.
Sesungguhnya banyak sekali penyimpangan-penyimpangan kaum Syi’ah yang bukan
hanya dalam masalah furu’iyyah, melainkan lebih dari itu yakni dalam
masalah-masalah prinsip agama, di antaranya: (1) Syi’ah meyakini bahwa alQur'an
yang ada pada kaum muslimin sekarang tidak asli lagi. (2) Syi’ah meyakini bahwa
hadits dan ijma’ bisa dinyatakan shahih jika dari jalur imam-imam mereka saja.
(3) Syi’ah memiliki penyimpangan-penyimpangan dalam tauhid rububiyyah, uluhiyyah,
dan asma’ wa shifat. (4) Syi’ah sangat berlebih-lebihan terhadap imam-imam
mereka dan meyakini bahwa mereka ma’shum dari dosa. (5) Syi’ah mengkafirkan
mayoritas sahabat, termasuk Abu Bakar dan Umar, bahkan mereka menjadikan
pengkafiran ini sebagai agama. (6) Syi’ah menghalalkan nikah mut’ah (kawin
kontrak) dan menjadikannya sebagai ibadah yang mulia. (7) Syi’ah mengkafirkan
kaum muslimin selain golongan mereka dan menghalalkan darah dan harta mereka.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa Syi’ah memiliki senjata pamungkas
untuk melindungi borok-borok mereka yaitu senjata “taqiyyah” yakni bolehnya
dusta untuk menutupi kedok mereka sehingga banyak kaum muslimin yang terkecoh
oleh pengakuan mereka. Setelah perbedaan-perbedaan mendasar di atas, lantas mungkinkah
setelah itu Sunni dan Syi’ah bergandeng tangan sebagaimana propaganda yang
diserukan?!! Mungkinkah persatuan terjalin dengan adanya perbedaan-perbedaan
tajam di atas?!! Akankah kita menyerukan persatuan semu tersebut padahal dalam
waktu yang sama orang-orang sekte Syi’ah enggan akan persatuan tersebut?!!
Akhirnya, bukanlah tulisan ini sebagai dukungan aksi anarkisme yang terjadi,
melainkan untuk meluruskan klaim sebagian kalangan yang mendukung Syi’ah.
Syi’ah memang sesat dan menyimpang, namun untuk mengingkarinya tentu bukan
dengan cara kekerasan dan anarkisme, melainkan dengan dakwah yang bijak dan
kekuatan pemerintah.
2. Penerbit Lajnah Dakwah Ma’had al-Furqon al-Islami PEnasihat Ustadz Aunur
Rofiq bin Ghufron, Lc Pemimpin Redaksi Ustadz Abu Ubaidah as-Sidawi Wakil
PEMIMPIN Redaksi Ustadz Abu Faiz al-Atsari Dewan Redaksi Ustadz Dr. Ali Musri
Semjan Putra, MA Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA Ustadz Dr. Muhammad Nur
Ihsan, MA Ustadz Abdulloh Zaen, MA Ustadz Arif Fathul Ulum, Lc Ustadz Ahmad Sabiq
Abu Yusuf, Lc Ustadz Abu Ibrahim Muhammad Ali AM Ustadz Abu Hafshoh as-Salafi
Ustadz Abu Abdillah al-Atsari Ustadz Abu Humaid an-Nashr Usaha Abdussalam
Editor Bahasa Rizaqu Abu Abdillah Layout Abu Hanif KEagenan Abu Muhammad
Pemesanan & Admin Abu Hammam Keuangan Abu Fadhilah ISSN: 1693-8755 Alamat:
Ma’had al-Furqon, Srowo Sidayu Gresik JATIM (61153) Giro Pos: no. 6040001823
a.n. Ma’had al-Furqon al-Islami Gresik Wesel Pos Biasa: a.n. Zainal Abidin,
al-Furqon Sidayu Gresik JATIM Telp & Fax : 031 39 40 347 HP Redaksi : 0852
303 9 05 36 HP Keagenan : 081 331 340 123 HP Pemesanan : 081 332 756 071 HP
Keuangan : 081 331 784 198 Pengiriman paket : 081 357 972 449 Iklan : 0821 411
955 63 Email pembaca : (risalatuna@ majalahalfurqon.com) Kembali kepada
al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman salafush shalih. Pemurnian syari’at
Islam dari segala bentuk syirik, bid’ah, dan pemikiran sesat. Membina kaum
muslimin dengan ajaran Islam yang benar dan beramal dengannya. Menghidupkan
metode ilmiah dengan berdasar pada al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai pemahaman
salafush shalih. Mengajak kaum muslimin memulai hidup baru dalam naungan manhaj
salaf. Para pembaca rahimakumullah. Syi’ah di Indo nesia semakin menggurita
dan melembaga. Tidak kurang dari 7.000 mahasiswa Indonesia sekarang sedang
belajar belajar ke Iran, sebuah negara yang notabene pusat cuci otak untuk para
pendukung Syiah. Jika tidak diantisipasi berarti dalam beberapa tahun ke depan,
Indo nesia mungkin akan diramaikan oleh paham Syi`ah. Para mahasiswa tersebut
akan kembali ke Indonesia dengan membawa paham yang bertentangan dengan paham
umat Islam di Indonesia yang notabene Ahli Sunnah wal Jamaah. Dengan slogan
“cinta kepada ahli bait” yang palsu dan “taqiyyah”, Syi'ah membungkus borok
mereka agar bisa melakukan tikaman kepada agama dan ahlinya dari dalam. Para
pembaca rahimakumullah. Merupakan suatu hal yang aneh, banyak di antara
kalangan yang pro-Syi’ah, dalam waktu yang sama mereka sangat keras memusuhi
dakwah salafiyyah atau yang biasa digelari dengan “Wahabi”. Sebut saja
misalnya, buku-buku karya seorang misterius berjuluk Syaikh Idahram yang banyak
beredar akhir-akhir ini: “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi”, “Ulama Sejagat
Menggugat Salafi Wahabi”, “Mereka Memalsukan Kitab-Kitab Ulama Klasik” yang
semuanya diberi kata pengantar oleh Dr. Said Aqil Siradj. Buku-buku tersebut di
samping sangat jelas berisi kecaman dan serangan kepada Manhaj Salaf, juga
aktif menyelundupkan “sampah-sampah” pemikiran Syi’ah. Oleh karenanya, pada
edisi kali ini juga, kami memuat bahasan tentang “Hakikat Wahhabi” sehingga
kita tidak termakan oleh isu-isu yang penuh kedustaan. Semoga Allah meneguhkan
kita semua di atas manhaj yang haq dan menyelamatkan kita dari kobaran fitnah
yang dahsyat menerpa akhirakhir ini. Tertulis dalam majalah ini sebagian
kalamulloh. Harap diperhatikan penem atannya. p Tafsir 4 Kemuliaan Wanita
Dalam Naungan Islam Hadits 11 Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu Aqidah 14 20 27
Jam layanan pelanggan: Hari : Sabtu-Kamis (Jumat libur) Jam : 07:00-11:30 WIB
& 12:15-13:00 WIB Fawaid 28 38 41 60 Fatawa Syafi'iyah 65 Siroh 68 Jejak
Salafush ShAleh 71 Nisa 74 Benalu Perusak Cinta dan Persaudaraan 44 Hukum
Shalat di Masjid Ada Kuburannya Ekonomi Islam Tazkiyatun Nufus Imam az-Zuhri v
Ahli Hadits Yang Penuh Semangat Asal Setiap Mu’amalah Adalah Adil ... Fiqih 59
Fathu Makah 7 Faidah Seputar Penguasa kaidah Fiqih Resensi Buku Imam Syafi’i
Membantah Para Penyimpang Agama Wahhabi Antara Dogma dan Realita Berusaha
menyajikan kajiankajian penting secara singkat, padat & Ilmiah 58 Hasrat
Jiwa Yang Tercela Penelitian MUI Tentang Paham Syi’ah MAnhaj Resensi Kitab
Untaian Mutiara Kehidupan Para Salaf Siapa Bilang Syi’ah Tidak Sesat? Fatawa 54
Jangan Salah Ketika Ngalab Berkah Tikaman Syi’ah Kepada Ahlul Bait Aqidah Kitab
Kitab “Nahjul Balaghah” Dalam Timbangan Islam Khutbah Ungkapan Cinta Kepada
Rasulullah n 49 Pentingnya Barang Bukti Dalam Mu’amalah Pemasaran wilayah
Jakarta dan sekitarnya: 021 95929581 & 082111925953 77
3. tikaman si'ah kepada Ahlul bait Tikaman Syi’ah Kepada Ahlul Bait Disusun
oleh Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah b Sesungguhnya kecintaan kepada Nabi
n dan Ahlul Bait (keluarganya) termasuk dalam perka ra-perkara yang disepakati
oleh umat Islam. Karena itu, kecintaan terhadap Ahlul Bait adalah pintu yang
banyak dipakai oleh ba yak orang n yang dengki kepada Islam. Mereka mendapati
bahwa kaum muslimin mencintai Nabi n dan ahlul baitnya, maka mereka bergantung
dengan kecintaan terhadap Ahlul Bait untuk sampai ke pada tujuan-tujuan mereka
yang keji: mencela Ummahatul Mukminin para istri Nabi n dan mencaci para
khalifahnya serta para sahabatnya yang mulia. Di antara orang-orang yang dengki
kepada Is lam tersebut adalah Abdullah bin Saba', seorang Yahudi yang
menampakkan diri se kan-akan a mencintai Ali bin Abi Thalib a, ghuluw (ber
lebihan) padanya hingga mengklaim ketuhanan pada dirinya. Abdullah bin Saba'
mendirikan se buah madzhab yang baru yang dikenal di dalam sejarah dengan
“Syi’ah”. Madzhab ini hingga hari ini senantiasa menampakkan kepada kaum
muslimin bahwa mereka (Syi’ah) mencintai Ah lul Bait untuk memasarkan
aqidah-aqidah me reka yang batil. Insya Allah di dalam pembahasan kali ini
akan kami singkap kedok mereka dan kami tunjukkan hakikat sikap orang-orang
Syi’ah terhadap Ah lul Bait, dan bahwa klaim kecintaan mereka ter hadap Ahlul
Bait hanyalah kedustaan dan kebo hongan, hanyalah sekadar sebagai kedok untuk
menutupi makar-makar mereka terhadap kaum muslimin dan aqidah-aqidah mereka.1 1
Dalam bahasan ini kami banyak mengambil faedah dari kitab asy-Syi’ah wa Ahlul
Bait oleh Syaikh Ihsan Ilahi Zha hir dan kitab Thu’un Asy-Syi’ah Fi Aali
Baitin Nubuwwah oleh Abdullah bin Sulaiman Ath-Thalhi. 14 Edisi 8 Tahun
kesebelas Robi'ul Awal 1433 Siapakah Ahlul Bait? Istilah Ahlul Bait berasal
dari dua kata al-ahl dan al-bait. Al-Khalil berkata: “Ahl ar-rajul
adalah ‘istri ya’, n at-ta'ahhul berarti ‘menikah’. Ahl ar-rajul berarti
‘orang yang paling khusus dengannya’, ahlul bait adalah ‘penghuni rumah’,
ahlul-Islam adalah ‘orang-orang yang beragama dengannya’.” (Mu’jam Maqayis
Lughah oleh Ibnu Faris 1/150) Az-Zabidi berkata: “Al-ahl bagi seseorang adalah
istrinya, termasuk di dalamnya anak-anaknya, dan dengan ini ditafsirkan firman
Allah: ٓ ْ وسار بأَهلِۦ َِ َ َ ِ ه Dan dia berjalan bersama “ahli”-nya.2 yaitu istri dan
keluarganya" (Taajul Arus 28/41). Ar-Raghib al-Ashfahani berkata: Ahl
ar-rajul pada asalnya adalah orang-orang berkumpul dengannya dalam satu tempat
tinggal kemudian dipakai secara majaz sehingga dikatakan « ahlu bait ar-rajul «
bagi siapa saja yang berkumpul dengannya di dalam nasab « Maka lafazh ahlul
bait digunakan secara khu sus untuk “istri” dan dipakai secara majaz untuk
anak-anak dan kerabatnya; sebagaimana yang termaktub di dalam al-Qur'an ketika
llah mem A beri kabar gembira kepada istri Ibrahim p me lalui lisan malaikat: ْم ْ ْ ْ قالُوا
أَتعجبنيَ من أَمر ٱللِ ۖ رحت ٱللِ وبرك ٰـتُهُۥ ِ ِ َ َ ۟ٓ َ َ َ َ َ َِ ّ هَ َ
َ ُ ّ ه ْ ْ ْ ْ ْ ۚ عليكم أَهل ٱلبيت ِ َ َ َ ُ َ 2 QS. al-Qashash [28]: 29
4. Aqidah Mereka (para malaikat) berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang
ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas
kamu, hai ahlul bait!” (QS. Hûd [11]: 73) Sudah dimaklumi bahwa arah
pembicaraan tersebut ditujukan kepada Sarah, istri Nabi Ibra him p sendiri.
Dialah yang dimaksud dengan ahlul bait Ibrahim. (Lihat juga Adhwaul Bayan
6/238.) Kemudian juga di dalam
ayat 32–33 dalam Surat al-Ahzâb [33]: ْ ي ٰـنِسآء ٱلنَّبى لَستُن كأَحد من ٱلنِّسآء
ۚ إن ِ ِ ِ ِ َ ِّ ِ َ ّ ٍۢ َ ْ َ َ ّ َ َ َ ْ ْ ْ ْ ْ ٱتقيتن فل تخضعن بٱلق ِ َ
ول فَيطمع ٱلى ف ِِ َ َ َ ّ ذَ ِ ى َ َ َّ َ َ ُ ّ َ َ ا َ ْ ْْ ْ اًۭ ر ْ
قلبهۦ مرض وقلن قول معوفًۭا ﴿﴾ وق َ رن ف ِِ َ َِ ى َ َ ُ َ ٌۭ َ َ َّ َْ أ ْ
ُ ْ ٰ َى بيوتكن و اَل تبجن تبُج ٱلج ٰـهليَة ٱلُول ِِّ ِ َ ّ َُ ُ ِ ُ ّ َ َ َ
رَ ّ َ َ َ ر َ ْ ْ ۖ وأَقمن ٱلصلوة وءاتنيَ ٱلزكوة وأَطعن ٱلل ِ َ ِ َ َ ٰ َ َّ
َّ َ َ ٰ َ َ ِ َ ّ ه َ َ َ ْ ورس��ولۥٓ ۚ إنَما يريد ٱلل لِيذهب عنكم َ َْ ِ ُ ُ ََ َ ُ هَ ُ ِ ّ ْ َ ُ
ِ ُ ّ ه ُ ُ ْ ْ ْ ْ ﴾﴿ ٱلرجس أَهل ٱلبيت ويطَهركُم تطهريًۭا ِ َ ِ َ ِّ ُ َ َ َ
ِّ َ Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita
yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah
perkataan yang baik. Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan ja ganlah n kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orangorang jahiliah yang dahulu dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan RasulNya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu hai ahlul bait
dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. alAhzâb [33]: 32–33)
Hadits-hadits shahih telah menetapkan ke jelasan bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan urusan istri-istri Nabi n secara khusus bukan selain mereka.
Dari Ibnu Abbas d tentang tafsir ayat: ْ ْ ْ إنَما يريد ٱلل لِيذهب عنكم ٱلرجس أَهل
ِ ُ ُ َِ ّ َ ُ ِ ُ ّ ه َ َ َ َ ِّ ُ ُ ْ ْ ٱلبيت ِ َ Dia berkata, “(Ayat ini) turun
kepada istri-istri Nabi n secara khusus.” Kemudian berkatalah Ikrimah,
“Bahwasanya ayat tersebut turun berke naan dengan istri-istri Nabi n secara
khusus.”3 Telah diriwayatkan dari Nabi n bahwa tat kala ayat ini turun kepada
beliau n, masuklah menemui beliau Ali, Fatimah, al-Hasan, dan alHusain.
Kemudian Nabi n menuju ke sebuah pakaian kemudian menyelimutkan kepada me reka
semua, lantas memberikan isyarat ke langit seraya bersabda: َُ َّ َ ُ ا ُْ ُ َ
ْ ْ َّ َ َ ْ« اللَّهم هؤلء أَهل بَيْت وخاصت أَذهب عنْهم ِ ِ ِي ِي َ ُ ْ
ًالرجس وطهرهم تطهري » ِّ َ َ َ ِّ ْ ْ ْ ِ ا “Ya Allah, mereka adalah ahlul
bait-ku, dan orang-orang terdekatku, hilangkanlah dari mereka dosa, dan
sucikanlah mereka dengan sebersihbersihnya.”4 Maka ini adalah do’a beliau n
bagi mereka setelah turunnya ayat tersebut. Beliau senang memasukkan mereka ke
dalam ayat yang dituju kan kepada istri-istri beliau tersebut. Dan telah
datang hadits yang menyebutkan dengan jelas bahwa yang dimaksud ahlul bait itu
adalah keluarga Nabi n secara keseluruhan. Di antaranya, ketika muncul fitnah
selingkuh (haditsul ifki) yang menimpa Aisyah s, Nabi n de ngan tegas
menyatakan: َُ َْ ْ َ ََّ ُ َ َ َ َ ُ َ ْ ْ َ َ ه من
يعذرنا يِف رجل بَلغن أذاه يِف أهل بَيت فوالل ِ ِ ِِ ي ِي ٍ َ ًَ َ ْ ُ ْ ْ
اَّ َ رْ ً َ َ َ ْ َ َ ُ َ ُ ا َ ما علمت من أه يِل إل خيا ولقد ذكروا رجل ما ِ
ِ ِ ََّ ْ ُ َ َ ْ ا ً َْ ر علمت عليه إل خيا ِ ِ ِ “Siapa yang bisa memberiku
alasan kepada kami tentang seseorang yang beritanya telah sampai kepadaku bahwa
dia telah melancarkan gangguan pada keluargaku. Demi Allah tidaklah aku ketahui
keluargaku melainkan kebaikan semata, dan sungguh orang-orang telah menyebut
seseorang laki-laki padahal aku tidak mengenal orang itu melainkan kebaikan.”5
Dari Hushain, dia berkata kepada Zaid bin Arqam: 3 4 5 Diriwayatkan oleh
al-Hafizh Ibnu Asakir di dalam Târîkh Dimasyq 69/150 dan dikatakan oleh al-Imam
adz-Dzahabi di dalam Siyar A’lâmin Nubalâ' 2/221, “Sanadnya shalih, dan konteks
ayat telah menunjukkannya.” HR. Turmudzi: 3806, dan dishahihkan oleh Syaikh
al-Al bani di dalam ar-Raudh an-Nadhir: 976 Shahih al-Bukhari kitab
as-Syahadat bab “Idza ’addala raju lun ahadan faqala la na’lamu illa khairan”
no. 2637, Shahih Muslim kitab at-Taubah bab “Fi haditsil ifki wa qabul tauba
til qadzif” no. 7196 Edisi 8 Tahun kesebelas Robi'ul Awal 1433 15
5. tikaman si'ah kepada
Ahlul bait ْ َ ْ ُُ َ َ ََْ ٌ َ ْ ُْْ ْ ََ « ومن
أهل بَيته يَا زيْد؟ أليس نِساؤه من أهل ِ ِِ ِ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َ َ َّ َ َ ْ َّ
بَيته؟ ». قال: « إن نِساءه من أهل بيته. ولكن ِ ِِ ِ ِِ ِ ِ َ َ ُ َ ْ
َ ُ َ َ َّ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ََ أهل بَيته من حرم الصدقة بعده ». قال:
« ومن ِِ ِ َ ْ َ ُ َ ْ َ ُ َ ٍّ ُ ْ ُ َ َ ْ ُ ،هم؟ ». قال: « هم
آل ع، وآل عقيل، وآل جعفر َِ لَي ٍ ٍ ِ َ َ ُ َ َ َّ َ ُ َُ ُّ َ ُ ا َّ َ ُ َ
.» وآل عباس ». قال: « أكل هؤلء حرم الصدقة؟ ِ ٍ ِ ْ ََ َ َ
» قال: « نعم “Siapakah ahlul bait-nya wahai
Zaid? Bukankah istri-istri beliau adalah ahlul baitnya?” Dia berkata,
“Sesungguhnya istri-istri beliau adalah termasuk ahlul bait beliau. Akan
tetapi, ahlul bait beliau adalah mereka yang diharamkan memakan sedekah setelah
beliau.” Dia berkata, “Siapakah mereka?” Dia menjawab, “Mereka adalah keluarga
Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas.” Dia berkata, “Apakah
setiap mereka diharamkan dari harta sedekah?” Dia menjawab, “Ya.” (Shahih
Muslim 4/1873, 2408) Maka kesimpulannya bahwa Ahlul Bait pada asalnya adalah
para istri Nabi n, kemudian ma suk juga di dalamnya para keturunannya dan para
kerabatnya seperti paman-pamannya dan anak-anak pamannya. Kaum muslimin Ahlus
Sunnah wal Jama’ah mencintai Ahlul Bait sesuai dengan wasiat Rasul n dengan
sabdanya: ْ َ َ َُّ َ ِّ ُ ُ ُ هَّ َ َ ْ َ ْ ُ َ ِّ ُ
ُ ُ ه أذكركم الل ف أهل بيت أذكركم الل ف أهل ِى ِى ِِ ى ِ ْ َ ْ َ َ ََّ ْ ُ
َ ِّ ُ ُ ُ ه بيت أذكركم الل ف أهل بيت ِى ِى ِ “Aku mengingatkan kalian pada
ahli baitku, aku mengingatkan kalian pada ahli baitku, aku mengingatkan kalian
pada ahli baitku.”6 Syi’ah Mengeluarkan Istri-Istri Nabi, PutriPutri Nabi, dan
Keturunan-Keturunan Nabi dari Ahlul Bait Syi’ah telah menzhalimi para ahlul
bait de ngan mengeluarkan hampir semua dari mereka dari sebutan Ahlul Bait,
mereka menyeleweng kan pengertian Ahlul Bait dengan membatasi ah 6
Dikeluarkan oleh Muslim 5 juz 15, hlm. 180 Nawawi, Ah mad 4/366–367, dan Ibnu
Abi Ashim dalam kitab as-Sunnah no. 629 16 Edisi 8 Tahun kesebelas Robi'ul Awal
1433 lul bait Rasul hanya pada empat orang: Ali, Fati mah, Hasan, dan Husain
saja dan mengeluar an k yang selain empat orang ini dari sebutan Ahlul Bait.
Demikian juga mereka hanya membatasi keturunan Husain saja sebagai Ahlul Bait,
sedan gkan keturunan Hasan bin Ali tidak termasuk Ahlul Bait. (Lihat Syi’ah wa
Ahlul Bait hlm. 14.) Dengan demikian, maka: ~ Syi’ah telah menzhalimi
istri-istri Nabi n de ngan mengeluarkan mereka dari Ahlul Bait. ~ Syi’ah telah
menzhalimi putri-putri Nabi n selain Fatimah: Zainab, Ruqayyah, dan Ummu
Kultsum dengan mengeluarkan mereka dari Ahlul Bait. ~ Syi’ah telah menzhalimi
menantu-menantu Nabi n selain Ali: Abul Ash bin Rabi’ dan Utsman bin Affan
dengan mengeluarkan ked uanya dari Ahlul Bait. ~ Mereka telah menzhalimi
cucu-cucu Nabi n selain Hasan dan Husain seperti Muhaisin dan Umamah bin Zainab
dengan mengeluar kan keduanya dari Ahlul Bait. ~ Mereka telah menzhalimi
keturunan-ketu runan Nabi n dari selain Husain seperti ketu runan-keturunan
Hasan bin Ali dengan men geluarkan mereka dari Ahlul Bait. ~ Bahkan mereka
telah menzhalimi kerabatkerabat Nabi n dari keturunan Abbas, Aqil, dan Ja'far
dengan mengeluarkan mereka dari Ahlul Bait. Tikaman Syi’ah Terhadap Istri-Istri
Nabi Syi’ah telah melampaui batas hingga ‘me nyerang’ Ummahatul Mukminin.
Berkata Ja’far Murtadha dalam bukunya Hadits al-Ifk (hlm. 17), “Sesungguhnya
kami meyakini, sebagaimana (keyakinan) para ulama-ulama besar kami pa kar
pemikiran dan penelitian, bahwa istri Nabi n pun berpeluang untuk kafir
sebagaimana is tri Nuh dan istri Luth”, dan yang dimaksud istri Nabi n di sini
adalah Aisyah. Hasyim al-Bahrani berkata dalam tafsirnya alBurhan 4/358 Surat
at-Tahrîm, “Berkata Syarafud din an-Najafi: Diriwayatkan dari Abu Abdillah p
bahwa dia berkata dalam firman Allah q: ًۭا ْ ضرب ٱلل مثَل لِّلين كفروا ٱمرأَت نُوح
ٍۢ َ َ ۟ ُ َ َ َ ِ َّ ذ َ ُ ََ َ َ ّ ه ْ ۖ وٱمرأَت لُوط َ َ َ ٍۢ Allah
membuat istri Nuh dan istri Luth perum-
6. Aqidah pamaan bagi
orang-orang kafir. (QS. at-Tahrîm [66]: 10) Perumpamaan ini Allah buat untuk
Aisyah dan Hafshah, karena keduanya demo terhadap Rasu lullah n dan membuka
rahasianya.” Ali bin Ibrahim al-Qummi berkata, “Lantas Allah membuat
perumpamaan untuk Aisyah dan Hafshah dan berkata, ‘Allah membuat istri Nuh dan
istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah
pengawasan dua orang hamba-hamba kami, lalu kedua istri itu berkhianat.’ Demi
Allah yang dimaksud dengan berkhianat tidak lain hanyalah berzina
(na’udzubillah). Nis caya akan dilakukan hukum had atas fulanah (yang dia
maksud adalah Aisyah) atas apa yang dikerjakannya di jalan Bashrah. Dikisahkan
bah wa fulan (yang dia maksud Thalhah) mencintai Aisyah. Tatkala Aisyah akan
safar ke Bashrah, berkatalah Thalhah, ‘Kamu itu tidak boleh safar kecuali dengan
mahram.’ Lantas Aisyah menga winkan dirinya dengan fulan, dalam suatu nas kah
disebutkan dengan Thalhah.” Tikaman Syi’ah Terhadap Ali bin Abi Thalib Syi’ah
telah menghinakan Ali bin Abi Thalib a dengan menyifatinya dengan segala keje
lekan, dan mereka katakan bahwa dia adalah seorang yang fakir lagi bangkrut
sehingga Fati mah sempat menolak lamarannya. Al-Qummi berkata di dalam
Tafsir-nya 2/336: “Tatkala Rasulullah n hendak menikahkan Fatimah dengan Ali
maka beliau membisikinya, maka Fatimah berkata, ‘Sesungguhnya para wanita
Quraisy menceritakan kepadaku bahwa Ali adalah seorang laki-laki yang pendek,
gemuk perutnya, panjang lengannya, tebal kakinya, yang tersingkap bagian depan
rambutnya, besar kedua matanya, di kedua pundaknya terdapat tulang lunak
seperti kepunyaan unta, jarang-jarang gigi ya, dan tidak n punya harta.’”
Demikian juga orang-orang Syi’ah telah menuduh Ali sebagai penakut, pengecut,
dan ambisi kekuasaan (lihat Kitab Sulaim bin Qais hlm. 82–89). Tikaman Syi’ah
Terhadap Fatimah a Syi’ah telah membuat kedustaan yang keji atas Fatimah putri
Rasulullah n penghulu wani ta ahli surga. Berkata muhaddits Syi’ah Ibnul Fi
tal an-Naisaburi: “Bahwa Rasulullah n menanamkan Ali sebuah kebun, kemudian Ali
menjualnya dan membagikan semua hasil penjualannya kepada orang-orang fakir dan
orang-orang miskin Madinah hingga tidak tersisa satu dirham pun. Ketika Ali
sampai di rumah maka Fatimah berkata kepadanya, ‘Wahai Anak paman, apakah
engkau telah menjual kebun yang ditanam oleh orang tuaku?’ Ali menjawab, ‘Ya,
dengan kebaikan darinya segera atau nanti.’ Fatimah berkata, ‘Mana uang
penjualannya?’ Ali berkata, ‘Telah aku serahkan kepada orang-orang yang saya
malu untuk menghinakannya kehinaan permintaan.’ Fatimah berkata, ‘Saya lapar,
kedua anakku juga lapar, tidak syak lagi bahwa engkau juga lapar seperti kami,
sedangkan kita tidak me ngambil satu dirham pun darinya.’ Maka Fatimah
memegang ujung pakaian Ali, Ali berkata, ‘Wahai Fatimah lepaskan aku.’ Fatimah
berkata, ‘Tidak atau akan menghukumi di antara kita ayahku.’ Maka turunlah
Jibril kepada Rasulullah n seraya berkata, ‘Wahai Muhammad sesungguhnya Allah
menitipkan salam untukmu dan berfirman: Sampaikan salamku untuk Ali, dan
katakan kepada Fatimah: Engkau tidak boleh memukul di hadapannya.’” (Raudhatul
Wâ’izhin 1/125) Demikian juga Syi’ah menceritakan bahwa Fatimah masuk di dalam
peperangan-peperang an dengan khalifah-khalifah hingga dibakar rumahnya,
dipukul lambungnya, pecah tulang rusuknya, gugur janinnya, dan meninggal kare
nanya (Kitab Sulaim bin Qais hlm. 84, 85). Tikaman Syi’ah Terhadap Hasan bin
Ali bin Abi Thalib Syi’ah telah menghina Hasan bin Ali dengan penghinaan yang
sangat. Al-Kisysyi menyebut kan dari Abu Ja’far bahwasanya dia berkata:
“Datang seorang laki-laki dari sahabat Hasan p yang bernama Sufyan bin Abi
Laila yang mengendarai binatang tunggangannya, kemudian dia masuk kepada Hasan
p yang sedang berada di halaman rumahnya, maka orang tersebut berkata kepada
Hasan, ‘Assalamu’alaika wahai yang menghinakan orang-orang yang beriman!’ Maka
Hasan berkata, ‘Apa yang engkau ketahui tentang hal itu?’ Orang tersebut
berkata, ‘Engkau memikul pemerintahan umat kemudian engkau lepas dari lehermu
dan engkau kalungkan kepada thaghut ini yang menghukumi dengan selain yang
diturunkan Allah.’” (Rijal al-Kisysyi hlm. 103) Edisi 8 Tahun kesebelas Robi'ul
Awal 1433 17
7. tikaman si'ah kepada
Ahlul bait Ketika Ali bin Abi Thalib a terbunuh oleh Ibnu Muljam (seorang
khawarij yang tadinya termasuk syi’ah Ali namun mengkafirkan be liau setelah
itu), al-Hasan a dibai’at menjadi khalifah, dan beliau yakin tidak dapat
berhasil perang melawan Mu’awiyah. Terutama setelah sebelumnya sebagian
pengikutnya di Iraq telah meninggalkan ayahnya. Akan tetapi, para pengi kut
mereka di Iraq kembali meminta al-Hasan untuk memerangi Mu’awiyah dan penduduk
Syam, padahal jelas-jelas sebenarnya al-Hasan berkeinginan menyatukan kaum
muslimin saat itu, karena beliau paham sekali akan kelakuan orang-orang Syi’ah
di Iraq ini yang beliau sendiri membuktikan hal tersebut. Ketika beliau meny
etujui mereka (orang-orang Syi’ah di Iraq) dan beliau mengirimkan pasukannya
serta mengirim Qais bin Ubadah di bagian terdepan untuk me mimpin dua belas
ribu tentaranya, dan sing gah di Maskan. Ketika al-Hasan sedang berada di
al-Madain tiba-tiba salah seorang penduduk Iraq berteriak bahwa Qais telah
terbunuh. Mu lailah terjadi kekacauan di dalam pasukan, maka orang-orang
Syi’ah Iraq kembali para tabiat me reka yang asli (berkhianat), mereka tidak
sabar dan mulai menyerang kemah al-Hasan serta merampas barang-barangnya,
bahkan mereka sampai melepas karpet yang ada di bawahnya, mereka menikamnya dan
melukainya. Dari sinilah salah seorang penduduk Syi’ah Iraq, Mukhtar bin Abi
Ubaid ats-Tsaqafi mer encanakan sesuatu yang jahat yaitu mengikat al-Hasan bin
Ali dan menyerahkan kepadan ya, karena ketamakannya dalam harta dan kedudukan.
Pamannya yang bernama Sa’ad bin Mas’ud ats-Tsaqafi telah datang, dia adalah
salah seorang wali dari Madain dari kelompok Ali. Dia (Mukhtar bin Abi Ubaid)
bertanya ke padanya, “Apakah engkau menginginkan harta dan kedudukan?” Dia
berkata, “Apakah itu?” Dia menjawab, “Al-Hasan kamu ikat lalu kamu serahkan
kepada Mu’awiyah.” Kemudian pa mannya berkata, “Allah akan melaknatmu, beri
kan kepadaku anak putrinya Rasulullah n.” Ia memperhatikannya lalu mengatakan,
“Kamu adalah sejelek-jelek manusia.” (Lihat Tarikh athThabari 5/195, al-Alam
al-Islami fi Ashri al-Umawi hlm. 101.) Tikaman Syi’ah Terhadap Husain bin Ali
bin Abi Thalib Husain bin Ali juga mengalami nasib yang 18 Edisi 8 Tahun
kesebelas Robi'ul Awal 1433 sama dengan kedua orang tuanya dan sauda ranya di
dalam penghinaan Syi’ah terhadap me reka. Al-Kulaini berkata di dalam kitabnya
Ushul al-Kafi—yang kedudukannya menurut Syi’ah se banding dengan Shahih
Bukhari—: “Dari Abu Ja’far bahwasanya dia berkata: Datang Jibril kepada
Rasulullah n seraya berkata, ‘Sesungguhnya Fatimah ’alaihassalam akan
melahirkan seorang anak yang akan dibunuh oleh umatmu sepeninggalmu.’ Tatkala
Fatimah mengandung Husain ’alaihissalam maka dia membenci kandungannya, dan
ketika dia melahirkannya maka dia membenci kelahirannya.’ Kemudian Abu Abdillah
’alaihissalam berkata: ‘Tidak pernah dilihat seorang ibu yang benci kepada
seorang anak yang dia lahirkan, tetapi Fatimah membencinya karena dia mengetahui
bahwa Husain akan dibunuh.’ Kemudian Abu Abdillah berkata: ‘Dan pada Husain
turunlah ayat ini: ْْ إ ْ ْ ْ ووصينَا ٱلنس ٰـن بوٰلدِيه إحس
ٰـنًا ۖ حلته ُ أُمهُۥ ِ َ َ َم ُّ َّ َ َ َ ِ َ َِ َ َ ِ ْ ًۭ ْ ًۭ ْ ۖ كُرها
ووضعته ُكُرها َ َ َ َ Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat
baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah,
dan melahirkannya dengan susah payah (pula).’” (QS. al-Ahqâf [46]: 15)
(al-Ushul min al-Kâfi 1/464) Penutup Demikianlah sebagian tikaman-tikaman
Syi’ah terhadap Ahlul Bait dari kitab-kitab Syi’ah dan kitab-kitab tarikh yang
sebetulnya masih banyak sekali yang lainnya, dalam keadaan Syi’ah mengklaim
bahwa mereka adalah pengi kut dan pencinta Ahlul Bait; yang benar, mereka
adalah musuh-musuh yang paling sengit dan be gitu benci terhadap Ahlul Bait.
Karena itu, penis bahan Syi’ah terhadap Ahlul Bait seperti penis bahan
orang-orang Nasrani kepada Isa p dan seperti penisbahan orang-orang Yahudi
kepada Musa pAkhirnya, semoga llah selalu menun A jukkan kita kepada jalan
yang lurus, yaitu jalan nya para nabi, para Shiddiqin, Syuhada’, dan Shalihin
dan menjauhkan kita semua dari jalanjalan kesesatan dan kekufuran. Amin. واهلل أعلم بالصواب .
8. Aqidah SIAPA BILANG
SYIAH TIDAK SESAT? Oleh: Ustadz Abul-Jauzaa’ b Adalah hal yang membuat kita
mengelus dada ketika oknum ketua Majelis Ulama Indo nesia yang masih mengaku
‘sunni’ mengatakan bahwa Syi’ah itu tidak sesat. Ia adalah Prof. Dr. H. Umar
Shihab1—semoga Allah memberikan petunjuk kepadanya, dan semoga orang-orang
tidak silau dengan gelar yang disandangnya— yang mengatakan: “MUI berprinsip2
bahwa madzhab Syi’ah tidak sesat. Karena itu, MUI mengimbau umat Islam tidak
terpecah belah dan menjaga ukhuwwah islamiyyah serta tidak melakukan tindak kekerasan
terhadap golon gan berbeda”.3 Di lain kesempatan ia berkata: “Misalnya ada MUI
Daerah yang mengeluar kan fatwa Syi’ah itu sesat -namun Alhamdu lillah
syukurnya belum ada MUI Daerah yang mengeluarkan fatwa seperti itu- maka fatwa
tersebut tidak sah secara konstitusi, sebab MUI Pusat menyatakan Syi’ah itu sah
sebagai ma zhab Islam dan tidak sesat. Jika ada petinggi MUI yang mengatakan
seperti itu, itu adalah pendapat pribadi dan bukan keputusan MUI sebagai sebuah
organisasi”.4 Seolah-olah tidak mau ketinggalan, Prof. Dr. H.M. Din
Syamsuddin—ketua umum PP. Muhammadiyyah—memberikan angin segar atas ucapan Umar
Shihab dengan menegaskan bahwa antara Sunni dan Syi’ah ada perbedaan tetapi
hanya pada wilayah cabang (furu’iyyat), Ia menjabat sebagai salah satu ketua
MUI (lihat http:// www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=ar
ticle&id=52&Itemid=54). 2 Perkataan ini sama sekali tidak valid, sebab
MUI telah memvonis kesesatan Syi’ah melalui rekomondasi mereka pada 4 Jumadil
Akhir 1404 H sebagaimana dalam Him punan Fatwa MUI Sejak 1975, hlm. 46–47,
Penerbit Er langga. (Lihat teksnya pada halaman berikutnya -red). Perkataan
Umar Shihab ini banyak diikuti oleh beberapa media. Berikut contohnya dan bukti
autentik perkataan Umar Shihab: http://youtu.be/ifwcLelePQ8 Lihat ttp://
www.suarakarya-online.com/news.html?id=294266 3. Lihat
http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=239004 tidak pada wilayah dasar agama
(aqidah), karena keduanya berpegang pada aqidah Is lamiyah yang sama, walau
ada perbedaan dera jat penghormatan terhadap Ali bin Abi Thalib.5 Penulis
(Abul-Jauzaa’) katakan: Sungguh se sat perkataan yang menyatakan bahwa Syi’ah
tidak sesat. Sesat pula perkataan yang me nyatakan bahwa perbedaan Ahlus
Sunnah de ngan Syi’ah tidak ada kaitannya dengan aqidah. Berikut akan saya
berikan bukti-bukti autentik akan kesesatan Syi’ah yang berbeda dengan
perkataan dua tokoh di atas.6 Bukti-bukti beri kut saya ambilkan dari
kitab-kitab Syi’ah, web site-website Syi’ah, dan perkataan para ulama Syi’ah.
Bukti Autentik Kesesatan Syi’ah 1. Syi’ah Rafidhah mengatakan bahwa alQur’an
yang ada di tangan kaum muslimin (baca: Ahlus Sunnah) berbeda dengan alQur’an
versi Ahlul Bait. Berkata Muhammad bin Murtadha alKasyi—seseorang yang dianggap
alim dan ahli hadits dari kalangan Syi’ah: َْ لَى َ َ َْ ْ ُ ْ َ ِ ٍ ْ َْ َ ٌ لَىَ ي
لم يبْق لنََا اعتماد ع شء من القرآن. إذ ع ِ ِ ِ ً ََّ َ حَ ْ َ ُ لُ ُّ َ َ ْ
ُ َ ْ َ ُ ْ َ حُ َ َّ ً َ ُ َ ر هذا يتمل ك أية منه أن يكون مرفا ومغيا ِ ٍ ِ ََ
ُ َ ََْ َ َ ََ َ ُ ْ َ لَى َ َ ْ ويكون ع خالف ما أنزل اهلل فلم يبْق لنََا يِف
ِ ِ ْ َ ُ َ َ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ ً ْ َ ٌ َّ ُ ْ ُْ القرآن حجة أصال فتنتف
فائِدته وفائِدة األمر ِ ِى ِ ِّ َّ َ َ َ َّ ُّباتبَاعه والْوصية باتلمس ك بِه
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ 1 6 Lihat http://www.m-dinsyamsuddin.com/index.php?option=
com_content&task=bl..&limitstart=15 Tokoh lainnya yang tidak kalah
vokalnya adalah Prof Dr KH Said Aqil Siradj MA Ketua PBNU. Lihat ucapan dan
bantahannya di www.firanda.com .red. Edisi 8 Tahun kesebelas Robi'ul Awal 1433
19
9. siapa bilang paham syi'ah tidak sesat? “Tidaklah tersisa bagi kami untuk
berpegang suatu ayat dari al-Qur›an. Hal ini disebabkan setiap ayat telah
terjadi pengubahan sehingga berlawanan dengan yang diturunkan Allah. Dan tidakah
tersisa dari al-Qur›an satu ayat pun sel bagai hujjah. Maka tidak ada lagi
faedahnya, dan faedah untuk menyuruh dan berwasiat untuk mengikuti dan
berpegang dengannya…” (Tafsîr
ash-Shâfî 1/33) Berkata Muhammad Baqir Taqiy bin Maqshud al-Majlisi (w. 1111
H)—seorang yang dianggap imam dan ahli hadits di masanya— ketika mengomentari
hadits di atas: َ ْ َ ْ َ َ ٌ َّ َ ُ َ َ ُّ موثق، وف بعض
النسخ عن هشامِ بْن سالِم ِ ِ ٍ ِ ِ ِي َ َ ٌ ْ َ ُ ََ خْ َ ر َ ُْ َ ُ َْ
َموضع هارون ابْن س ِ الِم، فالب صحيح وال ِ ِ ٍ َ َ ْ ْ َ َ ً ْخَ ىَ َّ َ َ
خْ رَ َ َ َ ر َيْف أَن هذا الَب وكثيا من األخب ار يِف هذا ِ ِ ِ َ ْ َ ُ ْ َ
َُ َ َ ٌ َ ْ ىَ َ َ ْ ُ م َ ْب الاب متَواتِرة معن، وطرح جيْعها يُوجب رفع ِ ِ
ِ ِ ْ َ َّ ْ َِّ ً ْ َ ي ْ َ َ َ ْ َاالعتماد عن األخبَار رأْسا، بَل ظن أَن
األخبَار ِ ِ َ ْ َ ُ ِ َُ َ بْ ِ َ َ ْ ر َ َ َ َ َ ْ َ ْ يِف هذا الاب ال يقص
عن أخبَار اإلمامة فكيْف ِ ِ ِ ِ ََْ ْ َخْ ر يُثبتُونها بِالَب؟ ِ ِ Berkata
Muhammad bin Ya’qub al-Kulai ni—seorang yang dianggap ahli hadits dari ka
langan Syi’ah (w. 328/329 H): َ َ ُ َ َّ ََ َ ْ َ ْ َ َْ ْ َ ْ ر :عن أ
يِب بَصي عن أ يِب عبْد اهلل عليْه السالم قال ِ ِ ِ ٍ ِ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ
ُ َ َ َ ْ َّ َ ََ ُ وإِن عندنا لمصحف فاطمة (عليها السالم) وما ِ ِ َ َ ُ َ َّ َ
ْ َ َ َ َ َ ُ َ ْ ُ َ ْ ْ ُ يدريهم ما مصحف فاطمة (عليها السالم) قال ِ ِ ِ َ َ
ُ َ َّ َ ْ َ َ َ َ َ ُ َ ْ ُ َ َ ُ ْ ُ قلت وما مصحف فاطمة (عليها السالم) قال ِ
َ َْ ُ ُ ْ ُ ْ َ َ َ ا ٌ َ ْ ُ َّ َ مصحف فيه مثل قرآنِكم هذا ثلث مرات ِ ِ ِ ٍ
َ َّ َِه ُ ُْ َ َ ٌ َ ٌْ َ ْ ُ ُْ ْ والل ما فيه من قرآنِكم حرف واحد قال قلت ِ
ِ ِ ِ ُ ْ ْ َّ َ َ َِه هذا والل العلم ِ ِ Dari Abu Bashir, dari Abu
Abdillah ’alaihis salam ia berkata, “Sesungguhnya pada kami terdapat Mushaf
Fatimah ’alaihas salam. Dan tidaklah mereka mengetahui apa itu Mushaf Fatimah.”
Aku berkata, “Apakah itu Mushaf Fatimah?” Abu Abdillah menjawab, “Mushaf
Fatimah itu, di dalamnya tiga kali lebih besar daripada al-Qur’an kalian. Demi
Allah, tidaklah ada di dalamnya satu huruf pun dari al-Qur’an kalian.” Aku
berkata, “Demi Allah, ini adalah ilmu.” (al-Kâfî 1/239) َ ْ َ َِّه َ ْعن
هش بْن سالم عن أَب عب َ ْ َ د الل (عليه ِ ٍِ ِي ِ ِِ ام ََّ َ َّ ْ ُ ْ َ ذ
ُ َ َْ ر َ السالم) قال إِن القرآن الي جاء بِه جبئيل ِ ِ ِ َ َّ َ ُىَ ح
)(عليه السالم) إِل ممد (صىل اهلل عليه وآهل ٍ َ َ ََ َ َ َ ر َسبْعة عش أَلْف
آي ة ٍ Dari Hisyam bin Salim, dari Abu Abdillah ’alaihis salam ia
berkata, “Sesungguhnya al-Qur’an yang diturunkan melalui perantaraan Jibril
’alaihis salam kepada Muhammad shallallahu ’alaihi wa alihi terdiri atas 17.000
(tujuh belas ribu) ayat.” (al-Kâfî 2/634) 20 Edisi 8 Tahun kesebelas Robi'ul
Awal 1433 “Shahih. Dalam sebagian naskah tertulis: ‘dari Hisyam bin Salim’ pada
tempat rawi yang bernama Harun bin Salim. Maka khabar/riwayat ini shahih dan
tidak tersembunyi lagi bahwasanya riwayat ini dan banyak lagi yang lainnya
dalam bab ini telah mencapai derajat mutawatir secara makna. Menolak
keseluruhan riwayat ini (yang berbicara tentang perubahan al-Qur’an)
berkonsekuensi menolak semua riwayat (yang berasal dari Ahlul Bait). Aku kira, riwayat-riwayat
dalam bab ini tidaklah lebih sedikit dibandingkan riwayat-riwayat tentang
imamah. Nah, bagaimana masalah imamah itu bisa ditetapkan melalui riwayat?”
(Mir’âtul ’Uqûl fî Syarhi Akhbâri Âlir Rasûl 12/525) Kemudian,…. inilah hal
yang membuktikan va liditas keyakinan Syi’ah dalam hal ini:7 Di atas adalah
perkataan Dr. al-Qazwini, salah seorang ulama kontemporer Syi’ah yang cukup
terkenal. Menurutnya, firman Allah Ta’ala: ْ ْ ً إن الل اصطَفى آدم ونُوحا وآل إبراهمي
وآل َ َ َ َ ِ َ ِ َ َ َ َِّ َّ ه َ َ َ ْ ْ ِ ِ َ ََ َ ى َعمران عل العالَمني
َ Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim,
dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing). (QS.
Âli ’Imrân [3]: 33) 7 http://www.youtube.com/watch?v=ovfz3xnsjJ0&feature=p
layer_embedded
10. Aqidah Menurutnya,
yang benar adalah: ْ ْ ً إن الل اصطَفى آدم ونُوحا وآل إبراهمي
وآل َ َ َ َ ِ َ ِ َ َ َ َ َِّ َّ ه ْ َ َ ْ ِ ِ َ ََ َ َ َ ّ َ ٍ َ ى َعمران
وآل مُحمد عل العالَمني َ Sesungguhnya Allah telah memilih
Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, keluarga Imran, dan keluarga Muhammad melebihi
segala umat (di masa mereka masing-masing). Tambahan kalimat yang bercetak
tebal ini di hilangkan oleh para sahabat f (dan ini adalah kedustaan yang
sangat nyata[!!], Pen.).8 Apakah hal seperti ini menurut Umar Shi hab tidak
sesat? Apakah hal seperti ini menurut Din Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya
de ngan aqidah? Di manakah posisi firman Allah Ta’ala: ْ ْ ْ ﴾﴿ إنَا نحن
نزلنَا ٱذلكر وإنَا لۥ لَح ٰـفظُون ِ َ ُ ََ ِ ّ ه ِّ َّ َ ُ َ ّ ِ َ َ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan alQur'an, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya. (QS. al-Hijr [15]: 9) 2. Orang Syi’ah Rafidhah telah
mengkafirkan para sahabat, terutama sekali Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin
Khaththab d. Orang Syi’ah telah mendo’akan laknat atas Abu Bakar dan Umar d
yang nahasnya, do’a itu dinisbahkan secara dusta kepada Ali bin Abi Thalib a9,
sebagai berikut: ْ َّ َ َُ ِّ لَىَ حُ َ َّ َ ح ْ ََ ْ َ ْ ي
امهلل صل ع ممد، وآل ممد، امهلل العن صنم ٍ ِ ٍ َُْ َ َ ْ َ َ َُْ ََ َ َ َ
،قريش، وجبْتيْهما، وطاغوتيْهما، وإِفكيْهما ٍ ِ ِ ِ ِ َ ََّ َ َ ذ َ ْ َ َ َ
ََْ َ َ َْ ََ َ ،وابْنتَيْهما، الليْن خالفا أمرك، وأنكرا وحيَك ِ ِ َ َ ْ َ َّ
َ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ،وجحدا إنعامك، وعصيا رسولك، وقلبا دينك ِ
ِ 8 9 Baca: “‘Aqidah Syi’ah tentang Al-Qur’an” (http://abul-jau
zaa.blogspot.com/2009/01/aqidah-syiah-tentang-al-quran. html) Baca pula artikel
kami: “Permainan Kata Al-Khuu’iy dalam Permasalahan Perubahan Al-Qur’an”
(http://abuljauzaa.blogspot.com/2010/03/permainan-kata-al-khuuiydalam.html)
“Memang Benar Ada Kitab Suci Lain Selain Al-Qur’an di Sisi Syi’ah”
(http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/03/
memang-benar-ada-kitab-suci-lain-selain.html) Berikut referensi Syi’ah yang
memuat riwayat dusta ini:
http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-aqaed/shehqaq-01/12.htm َ َ َ …وحرفا
كتَابَك ِ َّ َ “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad. Ya Allah, laknat bagi dua berhala Quraisy (Abu Bakar dan Umar, Pen.),
Jibt dan Thaghut, kawankawan, serta putra-putri mereka berdua. Mereka berdua
telah membangkang perintah-Mu, mengingkari wahyu-Mu, menolak kenikmatanMu,
mendurhakai Rasul-Mu, menjungkirbalikkan agama-Mu, mengubah kitab-Mu…dst.”
[selesai] Dalam sebuah video, ulama Syi’ah (Yasir Habib) melaknat Abu Bakar,
Umar, dan para sahabat lain f dalam shalatnya.10 Kini, mari kita lihat sumber
ajaran Syi’ah dalam kitab mereka yang mengkafirkan para sahabat: َْ َ َ ْ َ َْ َ ُ ّ
َ ََّ َ ُ َ َ ا عن أ يِب جعفر (عليه السالم) قال كن انلَاس ِ ٍ ََّا َّْ َ َّ
َ ْ َ ّ ّ َ ى ْأَهل ردة بعد انلَب (صل اهلل علَي َ ُ َ ه وآل) إل ٍ ِ ِ ِ ِِ ه
ْ َ َ َ ُ َ ََ اَ َ ً َ ُ ْ ُ َ َيِ ِ َّ ا ُ ْ ُ َ ْ ثلثة فقلت و من اثللثة
فقال المقداد بن ِ ِ ُ َ ُّْ َ م َ ْ ُ َ ْ َ َ ُّ َ ْ ّ َ ُ َ َ َ ْ َ ِِ ي
الأْسود و أبو ذر الغفاري و سلمان الفارس رحة ِ ِ ِ ٍ َ َ ُ ُ ََِهّ َ َ َ ا ْ
الل و بركته عليْهم ِ Dari Abu Ja’far ’alaihis salam, ia berkata,
“Orangorang (yaitu para sahabat, Pen.) menjadi murtad sepeninggal Nabi
shallallahu ’alaihi wa alihi kecuali tiga orang.” Aku (perawi) berkata:
“Siapakah tiga orang tersebut?” Abu Ja’far menjawab: “AlMiqdad, Abu Dzarr
al-Ghifari, dan Salman alFarisi rahimahullah wa barakatuhu ’alaihim…” (al-Kâfî
8/245; al-Majlisi berkata: “hasan atau muwatstsaq.”) َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ عن أ يِب بَصري عن أحدهما
عليهما السالم قال ِ ِ ٍ ِ َ ْ َ َّ َ ً َ ْ َ َّّ َ ْ َ َ َّ َ يَ َ ْ ُ ُ َ َِه
إن أهل مكة لكفرون بِالل جهرة و إن أهل ِ ِ ُ ْ َ َّ َ ْ ْ ُ ْ ْالْمدينَة
أَخبَث من أَهل مكة أَخبَث منْهم سب َ َ ِ ُ ْ َ عني ِ ِ ِ ِ ِ ً ْ . ضعفا ِ Dari Abu
Bashir, dari salah seorang dari dua 10
http://www.youtube.com/watch?v=DAVSplUX3hw&featu re=player_embedded Edisi 8
Tahun kesebelas Robi'ul Awal 1433 21
11. siapa bilang paham
syi'ah tidak sesat? imam ’alaihimas salam, ia berkata, “Sesungguhnya penduduk
Makkah kafir kepada Allah secara terang-terangan. Dan penduduk Madinah lebih
busuk/jelek daripada penduduk Makkah 70 kali.” (al-Kâfî 2/410; al-Majlisi
berkata, “Mu watstsaq (riwayat ini terpercaya).”) Riwayat yang semacam ini
banyak tersebar di kitab-kitab Syi’ah. Apakah hal seperti ini menurut Umar Shi
hab tidak sesat? Apakah hal seperti ini menurut Din Syamsuddin tidak ada
sangkut pautnya de ngan aqidah? Di manakah posisi firman Allah Ta’ala: ْأ وٱلس ٰـبقون
ٱلولُ����ون م��ن ٱلمه ٰـجرين ِ َ َّ َ َ ُ ِ َ ّ َْ أ َ ِِ َُ َ ْ وٱلنصار وٱلين
ٱتبعوه بإحس ٰـن رضى ِ َّ ِ ِ َُ َ َ ِ َ ّ ذَ ِ َ ّ َ َ ُ م َ ْ ٍۢ َ ْ ْ ْ ْه
ٱلل عنُم ورضوا عنه ُ وأَعد لَه جنّ َ ٰـت تجرى ِ َ ٍۢ َ َُ َ ُ ۟ َ َ َ ّ َ م َ
ُ َّ ه ْ ْأْ ه ْ ْ ًۭ تحتا ٱلن ٰـر خ ٰـلين فِهيآ أَبدا ۚ ذَلِك ٱلفوز َ ِ َِ
د ُ َ َ ٰ َ َ َ َ ََ ْ ه ُ َ ﴾﴿ ٱلعظمي ِ ُ َ ْ Orang-orang yang terdahulu lagi
yang pertamatama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan
mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. at-Taubah [9]: 100) 3. Orang
Syi’ah Rafidhah tidak menggunakan riwayat Ahlus Sunnah. Atau dengan kata lain,
Syi’ah tidak meng gunakan hadits-hadits Ahlus Sunnah—yang merupakan referensi
kedua setelah al-Qur’an— dalam membangun agama mereka. Ini meru pakan
konsekuensi yang timbul dari poin ke dua karena mereka mengkafirkan para
sahabat yang menjadi periwayat as-sunnah/al-hadits. Ini adalah satu kenyataan
yang tidak akan di tolak kecuali mereka yang bodoh terhadap agama Syi’ah
dengan kebodohan yang teramat sangat, atau mereka yang sedang menjalankan
strategi taqiyyah. Adakah mereka (Syi’ah) akan mengambil riwayat dari orang
yang telah me reka anggap murtad dari agamanya? Syi’ah mempunyai sumber-sumber
hadits tersendiri seperti al-Kaafiy, Man Lâ Yahdluruhul 22 Edisi 8 Tahun
kesebelas Robi'ul Awal 1433 Faqîh, Tahdzîbul Ahkâm, al-Istibshâr, dan lainlain.
Jika mereka mengambil referensi Ahlus Sun nah, maka itu hanyalah mereka
lakukan ketika berbicara kepada Ahlus Sunnah, dan mereka ambil yang kira-kira
dapat mendukung aqidah mereka dan/atau menghembuskan syubhatsyubhat kepada
Ahlus Sunnah. Apakah hal seperti ini menurut Umar Shi hab tidak sesat? Apakah
hal seperti ini menu rut Din Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya dengan
aqidah? Di manakah posisi sabda Nabi n: ٌ َ ْ َ َ َّ َ ْ َّ َ ُْ َْ ْ ُ أوصيْكم
بِتَقوى اهلل والسمع والطاعة وإِن عبْد ِ ِ ِ ِ َ َ ْ ْ ْ َ ُ ٌّ َ ُ ْحبْش
فَإنَّه من يَعش منْكم يَرى اختالفًا كث ر ً َ ْ ِيا ِ ِ ِ ِ ِي َ ٌ َ َ َ َ َّ
َ ْ ُ ُ َ َ ْ َُ َّ ُ ْ َ ح ْ َ وإِياكم ومدثات األمور فإنها ضاللة فمن ِ ِ ِ َ
َ ُ َْ ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ ُ ْ ُ َّ ْ َ ُ َّ خ أدرك ذلِك منكم فعليكم
بِسنت وسنة اللفاء ِ ِ ِ ِي َالراشدين الْمهديينْ عضوا علَيْه َ ْ ُّ َ َ ِّ ْ َ
َ ْ ا بِانلواجذ ِ ِ َ َّ ِ ِ ِ َّ “Aku nasihatkan kepada kalian
untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat walaupun (yang memerintah
kalian) seorang budak Habsyi. Orang yang hidup di antara kalian (sepeninggalku
nanti) akan menjumpai banyak perselisihan. Waspadailah hal-hal yang baru,
karena semua itu adalah kesesatan. Barangsiapa yang menjumpainya, maka wajib
bagi kalian untuk berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin
yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia erat-erat dengan gigi geraham.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad 4/126–127, Abu Dawud no. 4607, dan yang lainnya;
shahih11) 4. Orang Syi’ah telah berbuat ghuluw (ber lebih-lebihan) kepada
imam-imam mereka, dan bahkan sampai pada taraf ‘menuhank an’ mereka.
Al-Kulaini membuat bab dalam kitab al-Kâfî: َ َّ َ َْ ُ َ َ الأْئِمة (عليهم السالم) إِذا
شاءوا أن َّ َ ُ َ باب أن 11 Orang-orang
Syi’ah berusaha membuat syubhat dengan melemahkan hadits ini. Namun usaha
mereka gagal, karena kenyataannya hadits ini memang shahih. Baca ar tikel:
“Takhrij Hadits Al-‘Irbaadl bin Saariyyah: Wajib Atas Kalian untuk Berpegang
kepada Sunnahku dan Sunnah Al-Khulafaaur-Raasyidiin”
(http://abul-jauzaa.blogspot.
com/2009/11/takhrij-hadits-al-irbaadl-bin-saariyyah.html)
12. Aqidah ُُّ ََُْ يعلموا
علموا ِ “Bab: Bahwasanya para imam (‘alaihimus salam) apabila ingin
mengetahui, maka mereka akan diberi tahu.” Di sini ada tiga hadits/riwayat.
Saya sebut kan satu di antaranya: َ َ َّ َ ُّ َ ْ َ ُّ َ ْ ح ْ َ ّ ْج أبُو ع
الأْشعري عن ممد بْن عبْد الَبَار عن ِ ِ ِلَي ِ ِ ِ ْ ْ ْ َ ْ َ َ ََ ْ َ ٍ َ َ
ْ ُ ْ ا َ ْ صفوان عن ابن مسكن عن بدر بن الولد عن ِ ِِ ِ َ ي ِ ِ َ َ َ َّ ْ َ
َ ْ َِه َّ أ يِب الربِيع عن أ يِب عبد الل (عليه السالم) قال ِ ِ ْ ُ َ َ ْ َ ْ
َ َ َ َ َ َ َّ َ .إن الإْمام إذا شاء أن يعلم أعلم ِ ِ ِ ِ Abu Ali
al-Asy’ari, dari Muhammad bin Abdil Jabbar, dari Shafwan, dari Ibnu Muskan,
dari Badr bin al-Walid, dari Abur Rabi’, dari Abu Abdillah (’alaihis salaam),
ia berkata, “Sesungguhnya seorang imam jika ia ingin mengetahui, maka ia akan
diberi tahu.” (al-Kâfî 1/258) Inilah riwayat dusta yang disandarkan ke pada
ahlul bait—dan ahlul bait berlepas diri dari riwayat dusta tersebut. Bab yang
lain dalam kitab al-Kâfî: َ َّ َ َّ ُ َبَاب أَن الأْئمة (عليهم السالم)
يعلَمون علْم م َ ِ َ ُ َْ ا ِ َ َ َاَ َ َ َ َ ُ ُ َ َ َّ ُ اَ خَ ْ ى ُ ْ َُّ
ي كن و ما يكون و أنه ل يف عليْهم الشء ِ ْ َ َ َّ َ َ ُ َِه صلوات الل عليْهم
ِ “Bab: Bahwasanya para imam (’alaihimus salam) mengetahui ilmu
yang telah terjadi maupun yang sedang terjadi. Tidak ada sesuatu pun yang luput
dari mereka shalawatullah ’alaihim.” Perhatikan penjelasan Dr. al-Qazwini
berikut ini.12 Ia (Dr. al-Qazwini) pada menit 0:44 – 0:53 mengatakan,
“Allah Ta’ala Maha Mengetahui segala isi hati. Dan imam dalam riwayat ini juga
mengetahui segala isi hati. Ilmu imam berasal dari Allah… [selesai]. Apakah hal
seperti ini menurut Umar Shi hab tidak sesat? Apakah hal seperti ini menurut
Din Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya de ngan aqidah? Di manakah posisi firman Allah Ta’ala: 12 http://www.youtube.com/watch?v=BxuHVIZ0rvA&featur
e=player_embedded َّ آ قُل ل أَقُ��ول لَكم عندى خزآئن ٱللِ ول ِ ِ ْ ُ ََ َ ِ ُ ّ هَ َ آ ُ ْ ْ ْ ٌ ْ ْ
أَعلم ٱلغيب ول أَقُول لَكم إ ّىِن ملك ۖ إن أَتبع ََ ُ َ َ َ آ ِ َّ ِ َ َ ِ ُ
ُ ُ ٓ ۚ إ اَّل ما يوح إل َِ َ ُ ىَ ٰ ِ ى َّ Katakanlah: “Aku tidak
mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula)
aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku
seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.”
(QS. al-An’âm [6]: 50) Dan kalaupun Allah memberikan sebagian kabar gaib—baik
yang telah lalu maupun yang kemudian—kepada para hamba-Nya dari ka langan
manusia, maka itu Allah Ta’ala berikan kepada para Nabi dan Rasul-Nya: ْ ْوما كان ٱلل
ليطلعكم عل ٱلْغي ْ ىَ َ ب ولَ ٰـكن َّ ِ َ ِ َ ُ َ ِ ُ ِ ُ ََ َ َ َ ّ ه ْ
ِٱللَ يجتبى من رسلِۦ من يَشآء ُ ۖ ف َٔـامنُوا بٱلل ِّ هَ َ َ ِ ِ ّ ُ ُ ه ََ
ِ ۟ ِ ّ ه َ َ ۚ ورسلِۦ َِ ُ ُ ه Dan Allah sekali-kali tidak akan
memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib, tetapi Allah memilih siapa yang
dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah
dan rasul-rasul-Nya. (QS. Âli ’Imrân [3]: 179) Tidak terdapat dalam ayat di
atas kata “imam”, tetapi yang disebutkan ialah kata “rasul”.13 Orang Syi’ah
mengatakan bahwa imam le bih tinggi kedudukannya dari para nabi (selain Nabi
Muhammad n). Ayatullah al-’Uzhma (baca: Ayatusy Syi’ah) ar-Ruhani—semoga Allah
mengembalikannya kepada kebenaran—pernah ditanya sebagai berikut: َ ِ ُ َ ْ َ ُ َ ْ َ
ُ َ َّ َ ًّ َ َّ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ هل تعتَقدون أن عليا كرم اهلل وجهه أفضل من ِ ِ
َْ األنبيَاءِ؟ ِ “Apakah engkau meyakini bahwasanya Ali
karamallahu wajhah lebih utama daripada para nabi?” 13 Baca artikel: “Sekilas
Tentang Pemikiran ‘Klenik’ Al-Ku lainiy dalam Kitab Al-Kaafiy”
(http://abul-jauzaa.blogspot.
com/2010/03/sekilas-tentang-pemikiran-klenik-al.html) Edisi 8 Tahun kesebelas
Robi'ul Awal 1433 23
13. siapa bilang paham
syi'ah tidak sesat? Ia (ar-Ruhani) menjawab: ْ َّ ْ َ ْ ْ ُ ُ َ َ َ ُ ُ َ ْ َ ْ َّ َ
بِاسمه جلت أسمائه هذا من األمور القطعية ِ ِ ِ ِ ِ ِ ْ َ الواضحة ِ ِ َ “Dengan
menyebut nama-Nya yang Maha Agung … Ini termasuk perkara-perkara yang pasti
lagi jelas (yaitu Ali lebih utama daripada para nabi).” [selesai] (Sumber:
http://www.alrad. net/hiwar/olama/rohani/r16.htm).14 Bahkan seandainya seluruh
nabi berkumpul, niscaya mereka tidak akan mampu berkhotbah menandingi khotbah
Ali a. Ini dikatakan oleh salah seorang ulama Syi’ah yang sangat keso hor:
as-Sayyid Kamal al-Haidari dalam sebuah rekaman video.15 Dasar riwayatnya
(bahwa Ali lebih utama dibandingkan para nabi, selain Nabi Muham mad n)
tertulis di sebuah video pula.16 Apakah hal seperti ini menurut Umar Shi hab
tidak sesat? Apakah hal seperti ini menu rut Din Syamsuddin tidak ada sangkut
paut nya dengan aqidah? Bukankah ini merupakan penghinaan terhadap para nabi
dan rasul? Di manakah posisi firman Allah Ta’ala: ْ ْ ْه ْ ْ ْ تلك ٱلرسل فَضلنَا بعضه عل بعض
ۘ منُم من ِّ ٍۢ َ ٰ ََ َ مُ َ ى َّ ُ ُ ُ ّ َ ِ َّ ْ ْ ۚ كلَم ٱلل ۖ ورفَع بعضه
درج ٰـت ٍۢ َ َ َ َُ ّ َ ّ هَ ُ َ َ َ َ َ م Rasul-rasul itu Kami lebihkan
sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah
berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya
beberapa derajat. (QS. al-Baqarah [2]: 253) 5. Orang Syi’ah—dalam hal ini
diwakili Ayatusy Syi’ah Khomeini— mengatakan bahwa Rasu lullah n telah
menyembunyikan sebagian ri salah dan gagal membina umat. Khomeini—semoga Allah
memberikan bala san setimpal kepadanya—berkata: َ َ اإلمامة ِ ِ َ ِيِف هذه ِ ْ ْ َ َ َّ َ
ََ ََّ َّ َّ َ ْ ا أن انلب لو كن بَلغ بِأمر ِ ِي ََ َ َ ََََ ُ َأمر به
اهلل، وبذل الْمساع ِي ِِ َ ٌ � ََ وواض �ح ِ َطبْقا ً لم َ ِا 14 http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/10/imam-lebihtinggi-kedudukannya-dari.html
15 h t t p : / / w w w. y o u t u b e . c o m / w a t c h ? v = R h y c 3 4 3 o
_ ZI&feature=player_embedded 16
http://www.youtube.com/watch?v=062TvOdtfQI&feature =player_embedded 24
Edisi 8 Tahun kesebelas Robi'ul Awal 1433 َ ُّ ُْ َ َّ ل ْ َ َ َ َم
َ َْ َ ْبُ د المجال، لا نشبَت يِف اللان اإلسالمية ك هذه ِِ ِ ِ ِ ِ ُ ْ ِ ََ ْ
…اإلختالفات ِ ِ ِ “Dan telah jelas bahwasanya Nabi
jika ia menyampaikan perkara imaamah sebagaimana yang Allah perintahkan
(padanya) dan mencurahkan segenap kemampuannya dalam permasalahan ini, niscaya
perselisihan yang terjadi di berbagai negeri Islam tidak akan berkobar…”
(Kasyful Asrâr hlm. 155) ََ ْ َ َ َ ُ م َْ ْ ْ َلَقد جاء األنْبيَاء
جيْعا ً من أَجل إرساء قَو ِ ِ ِ اعد ِ ِ ِ ِ ِ َ ْ َ ْ ُ َّ َ َ َ ْ َ َ ََّ ُ
ْ َ ى َّالْعدالَة ف العالم؛ لكنهم لم ينْجحوا حت انل ُّ ب ِ ِ ِِ ٍي ِْ ي َ ُ
َ َ ٌ َّ ُح َ ْ َ َ ْ َّذ َر َّمَمد خاتم األنْبيَاءِ، الي جاء إلصالح البَشي
ِة ِ ِ ِ ِ ِ َ ْ ْ َ ْ َ ْ َ ََ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ ْ َّ ْ َ ر َ ....وتنفيذ
العدالة وتربِية البش، لم ينجح يِف ذلِك ِ ِ ِ ِ ِ “Sungguh semua nabi telah datang
untuk menancapkan keadilan di dunia, tetapi mereka tidak berhasil. Bahkan
termasuk Nabi Muhammad, penutup para nabi, di mana beliau datang untuk
memperbaiki umat manusia, menginginkan keadilan, dan mendidik manusia—tidak berhasil
dalam hal itu…” (Nahju Khomaini hlm. 46) Dan yang lainnya.17 Apakah hal seperti
ini menurut Umar Shi hab tidak sesat? Apakah keyakinan seperti ini menurut Din
Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya dengan aqidah? Di manakah posisi fir man
Allah Ta’ala yang menyatakan bahwa Ra sulullah n adalah suri teladan yang
baik: ْ ٌ ْ ْ لَّقد كان لَكم ف رسول ٱللِ أُسوة
حسنَة ٌۭ لِّمن َ َ َُ ىِ َ ُ ِ ّ ه َ َ َ َ َ ْ كان يرجوا ٱلل وٱلْي ْ وم ٱلخر
وذَكر ٱلل كثريًۭا ِ َ َ َءْاَ ِ َ َ ّ ه ََ َ َ ُ ۟ َّه َ َ َ َ َ
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah. (QS. al-Ahzâb [33]: 21) 6. Orang Syi’ah
mengkafirkan Ahlus Sunnah. Jika mereka tidak segan-segan mengkafir kan para
sahabat f, maka jangan heran jika mereka juga mengkafirkan orang-orang yang 17
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/02/hinaan-al-kho
mainiy-terhadap-rasulullah.html
14. Aqidah bersesuaian
pemahaman dengan para sahabat f, yaitu Ahlus Sunnah. Berikut ini perkataan para
ulama Syi’ah dalam hal ini: Al-Mufid berkata: َ َ َّ َ ََ َ َ َ ْ َ َّ ََ ّ ُ لَى َاتفقت
اإلماميَة ع أَن من أَنْكر إمامة أَحد من ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ْ ُ ََ َّ َ َ َ َ َ ْ َ ُ
ُ َ َ ىَ ه ْاألئمة وجحد ما أَوجبَه اهلل تعال ل من فَر ض ِ ِ ِ ِ ُ ُ ْ ٌّ َ ْ
ُ ٌّ َ ٌ ََّ َ َ ُ َ ا ْ ّ الطاعة فهو كفِر ضال مستحق لِلخلود يِف انلَار ِ ِ ِ
ِ “Madzhab Imamiyyah telah bersepakat bahwasanya siapa saja yang
mengingkari imamah salah seorang di antara para imam, dan mengingkari apa yang
telah Allah Ta’ala wajibkan padanya tentang kewajiban taat, maka ia kafir lagi
se sat berhak atas kekekalan neraka.” (Awâilul Maqâlât hlm. 44; sumber:
http://www.al-shia.org/ html/ara/books/lib-aqaed/avael-maqalat/a01.htm) Orang
yang mengingkari keimamahan versi mereka tentu saja adalah Ahlus Sunnah. Yusuf
al-Bahrani berkata: ُ ْ َ ُ ْ ُ ََ َ َّ ُ َ ج َّ َ ََّ ْ اَ َ ْ
ُ ْ ِ ىل إِن إِطلق المسلم ع انلاصب وأنه ال يوز أخذ ِ ِ ِ َ ْ ُ َ َّ ْ َ َ َ َ
َ ُ َ ْ َ ُ مال من حيْث اإلسالم خالف ما عليه الطائِفة ِ ِ ِه ِ ِ ِ ْ ْْ ُ َّ
ُ َ َ ً َ َ َ ً َ ح َّ ْ ُ المحقة سلفا وخلفا من الُكم بِكفر انلاصب ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ََ ج ْ وناسته وجواز أخذ مال بل قتله ِ ِِ ِ ه ِِ ِِ
“Sesungguhnya pemutlakan muslim terhadap Nashib (baca: Ahlus Sunnah) bahwasanya
tidak diperbolehkan mengambil hartanya dengan sebab Islam (telah melarangnya),
maka itu telah menyelisihi apa yang dipahami oleh kelompok yang benar (baca:
Syi’ah Rafidhah) baik dulu maupun sekarang (salaf dan khalaf) tentang hukum
kafirnya Naashib, kenajisannya, dan diperboleh annya mengambil hartanya, k
bahkan membunuhnya.” (al-Hadâiqun Nâdhirah 12/323–324; sumber:
shjaffar.jeeran.com) Berikut rekaman suara Yasir Habib yang mengkafirkan Ahlus
Sunnah yang ia sebut sebagai Nawashib atau golongan awam.18 Se bagai penguat,
silakan baca/lihat video ini19. 18
http://www.youtube.com/watch?v=oYaAhcIE62Y&feature =player_embedded 19 h t
t p : / / w w w. y o u t u b e . c o m / w a t c h ? v = 6 m F T D p 7 PDg&feature=player_embedded
7. Shalat Syi’ah sangat berbeda dengan shalat Ahlus Sunnah. Untuk
mengetahuinya, silakan Anda buka halaman blog berjudul “Fiqh Syi’ah (5): Kaifi
yyah Shalat Syi'ah”.20 Adzannya pun lain, karena selain syahada tain, mereka
menambahkan syahadat ketiga.21 Simak juga rekaman ini22. Masih banyak
sebenarnya kesesatan Syi’ah selain di atas.23 Kriteria “Sesat” Versi MUI MUI
telah menetapkan kriteria sesat tida knya satu kelompok atau pemahaman sebagai
berikut: 1. Mengingkari rukun iman dan rukun Islam. 2. Meyakini dan atau
mengikuti aqidah yang ti dak sesuai dengan dalil syar’i (al-Qur'an dan
as-Sunnah). 3. Meyakini turunnya wahyu setelah al-Qur'an. 4. Mengingkari
autentisitas dan atau kebena ran isi al-Qur'an. 5. Melakukan penafsiran al-Qur'an
yang tidak berdasarkan kaidah tafsir. 6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi
sebagai sumber ajaran Islam. 7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan
rasul. 8. Mengingkari Nabi Muhammad n sebagai nabi dan rasul terakhir. 9.
Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah. 10. Mengkafirkan
sesama muslim tanpa dalil syar’i. Dari sepuluh kriteria di atas, menurut saya
Syi’ah mempunyai delapan di antaranya. Saya persilakan Umar Shihab dan Din
Syamsuddin untuk mencocokkan fakta yang saya sebut di atas dengan kriteria
sesat yang telah MUI tetap kan; sesat ataukah tidak sesat menurut mereka
berdua.24 [] 20 http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/08/fiqh-syiah-5-kai
fiyyah-shalat.html 21
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/06/syahadat-ketigasalah-satu-produk.html
22 http://www.youtube.com/watch?v=gP2lEd7V9SI&feature =player_embedded 23
Lihat kumpulan video kesesatan Syi'ah di www.videosyiah.com .red 24 Sebagai
catatan, bahwa MUI tidak mensyaratkan ter penuhi ke epuluh kriteria itu pada
satu kelompok atau s pemahamannya untuk dikatakan sesat. Edisi 8 Tahun
kesebelas Robi'ul Awal 1433 25
15. PEnelitian MUI
tentang paham syiah Majelis Ulama Indonesia dalam Rapat Kerja Nasional bulan
Jumadil Akhir 1404 H/Maret 1984 M merekomendasikan tentang faham Syi’ah sebagai
berikut: Faham Syi’ah sebagai salah satu faham yang terdapat dalam dunia Islam
mempunyai perbedaan-perbedaan pokok dengan mazhab Sunni
(Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) yang dianut oleh Umat Islam Indonesia.
Perbedaan itu di antaranya : 1. Syi’ah menolak hadits yang tidak diriwayatkan
oleh Ahlul Bait, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak membeda-bedakan
asalkan hadits itu memenuhi syarat ilmu musthalah hadits. 2. Syi’ah
memandang “Imam” itu ma’sum (orang suci), sedangkan Ahlus Sunnah
wal Jama’ah memandangnya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan
(kesalahan). 3. Syi’ah tidak mengakui Ijma’ tanpa adanya “Imam”,
sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengakui Ijma’ tanpa mensyaratkan ikut
sertanya “Imam”. 4. Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan/
pemerintahan (imamah) adalah termasuk rukun agama, sedangkan Sunni (Ahlus
Sunnah wal Jama’ah) memandang dari segi kemaslahatan umum dengan tujuan
keimamahan adalah untuk menjamin dan melindungi dakwah dan kepentingan umat. 5.
Syi’ah pada umumnya tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar, Umar Ibnul Khatab,
dan Usman bin Affan, sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengakui keempat
Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Thalib). Mengingat
perbedaan-perbedaan pokok antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah seperti
tersebut di atas, terutama mengenai perbedaan tentang “Imamah (pemerintahan)”,
Majelis Ulama Indonesia mengimbau kepada umat Islam Indonesia yang berfaham
Ahlus Sunnah wal Jama’ah agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan
masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syi’ah. Ditetapkan: Jakarta, 7
Maret 1984 M 4 Jumadil Akhir 1404 H MAJELIS ULAMA INDONESIA KOMISI FATWA
(Ketua) ttd (Sekretaris) ttd Prof. K.H. Ibrahim Hosen, LML H. Musytari Yusuf,
LA (Sekretaris)
16. Kitab Kitab Nahjul
Balaghah di Dalam Timbangan Islam Disusun oleh: Abu Ahmad as-Salafi b Di antara
kitab-kitab Syi’ah yang sangat berbahaya yang hingga kini ma sih terpampang di
perpustakaan-perpustakaan dan toko-toko buku di tanah air adalah kitab Nahjul
Balaghah yang dikatakan merupakan untaian ucapan Amirul Mukminin Ali bin Abi
Thalib a. Kitab ini termasuk kitab-kitab Syi’ah yang terkenal dan banyak dipro
pagandakan oleh Syi’ah dengan diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, dibuat
website khusus tentangnya dalam berbagai bahasa, dan bahkan di tayangkan
kajiannya di banyak stasiun televisi internasional. Mengingat kitab ini
disandarkan kepada salah seorang sahabat yang agung menantu Rasulullah n dan
salah seorang Khulafaur Rasyidin maka tentu banyak kaum muslimin yang
terperdaya dengannya, bahkan ada se bagian dari ulama kaum muslimin yang
menjadikannya sebagai rujukan dan membelanya. Padahal di dalam kitab ini begitu
banyak hal-hal yang menyimpang dari aqidah yang shahih dan syari’at yang suci,
bahkan merupakan corong orang-orang Syi’ah untuk memprogandakan
kesesatan-kesesatan mereka, karena itulah insya Allah di dalam bahasan ini akan
kami nukilkan perkata an-perkataan para ulama Sunnah tentang kitab ini sebagai
nasihat kepada seluruh kaum muslimin terutama para pembaca kitab ini. Tentang
Penyusun dan Penerbit Kitab Ini Tertulis di dalam sampul kitab ini bahwa
penyusunnya adalah Sayid Syarif Radhi, tetapi yang benar kitab ini disusun dan
dikarang oleh seorang tokoh sesat dari kalangan Syi’ah yang bernama al-Murtadha
Abi Thalib Ali bin Husain bin Musa al-Musawi (meninggal th. 436 Hijriah).
Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i berkata, “Yang dianggap oleh orang-orang
Syi’ah se bagai pengarang Nahjul Balaghah adalah Mu hammad bin Husain bin
Musa ar-Radhi Abu al-Hasan, seorang penyair Baghdad dan penga nut Syi’ah
Rafidhah yang fanatik (lihat Mizanul I’tidal karya adz-Dzahabi). Ia tidak
diterima di kalangan ulama hadits walaupun ia menyebut kan sanad, terutama
hadits-hadits yang sejalur dengan bid’ahnya. Apalagi jika ia memang ti dak
menyebutkan sanad sebagaimana yang ia lakukan dalam kitab Nahjul Balaghah ini …
adapun yang tertuduh memalsukan apa yang ada dalam kitab tersebut adalah
saudaranya (yaitu Ali), disebutkan dalam Mizanul I’tidal: “Ali al-Husain
al-Alawi al-Husain asy-Syarif al-Murtadha al-Mutakallim (al-Murtadha Abi Thalib
Ali bin Husain bin Musa al-Musawi), penganut Rafidhah dan Mu’tazilah yang memi
liki beberapa karangan. Ia meriwayatkan dari Sahal ad-Dibaji, az-Zarbani, dan
yang lainnya. (Ia) pernah memimpin Alawiyah, dan mati pada tahun 436 H
dalam usia delapan puluh satu tahun. Dialah yang tertuduh memalsukan apa yang
ada di dalam Nahjul Balaghah…” (ath- Thali’ah fir Radd ’ala Ghulatisy Syi’ah
dari http://www.facebook. com/topic.php?uid=47853185798&topic=10768) Kitab
ini telah diterjemahkan ke dalam ba hasa Indonesia dengan judul Nahjul
Balaghah Kumpulan Surat dan Ucapan Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib
Radhiyallahu Anhu diterbitkan oleh Penerbit Lentera, demikian juga diambil
Edisi 8 Tahun kesebelas Robi'ul Awal 1433 53
17. kitab nahjul balaghah bagian-bagian darinya dan dikumpulkan de ngan
nama Mutiara Nahjul Balaghah yang disu sun oleh Muhammad al-Baqir yang
diterbitkan oleh Mizan Pustaka. Benarkah Kitab Ini Berasal dari UcapanUcapan
Ali bin Abi Thalib a? Banyak para ulama Sunnah yang menjelas kan bahwa kitab
ini adalah hal yang dipalsukan atas nama Ali bin Abi Thalib a: Al-Imam
adz-Dzahabi ketika membahas biografi al-Murtadha Abi Thalib Ali bin Hu sain
bin Musa al-Musawi berkata, “Dia adalah penghimpun kitab Nahjul Balaghah yang
me nyandarkan kalimat-kalimat yang ada pada kitab ini kepada Imam Ali a tanpa
disebutkan sanad2nya. Sebagian kalimat itu batil, meski pun juga di dalamnya
ada hal yang benar (ah lul bid’ah biasa mencampurkan kebenaran de ngan
kebatilan untuk menipu kaum muslimin. Maka kebenaran yang ada dalam buku
tersebut merupakan umpan agar diterima kedustaankedustaan yang ada di
dalamnya). Namun, ucapan-ucapan palsu yang terdapat dalam kitab ini mustahil
diucapkan oleh Imam Ali.” (Siyar A’lamin Nubala' 17/589–590) Juga al-Khatib
al-Baghdadi dalam kitabnya al-Jami’ Li Akhlaqir Rawi wa Adabis Sami’ (juz 2
hlm. 161) telah memberikan isyarat tentang ke dustaan kandungan kitab ini.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah v berkata, “… Sebagian besar khotbah-khotbah yang
di nukil penyusun kitab Nahjul Balaghah adalah dusta atas nama Ali a. Beliau
terlalu mulia dan terlalu tinggi kapasitasnya untuk berbicara dengan ucapan
seperti itu. Akan tetapi, mereka merekayasa kebohongan dengan beranggapan bahwa
hal itu sebagai sanjungan (terhadap Ali a). Sungguh itu bukanlah kebenaran
apalagi merupakan sanjungan…” (Minhajus Sunnah anNabawiyyah 8/55–56) Ibnu Sirin
menilai bahwa seluruh apa yang mereka (kaum Syi’ah) riwayatkan dari Ali a
adalah kedustaan (al-Alamusy Syamikh hlm. 237). Al-Allamah al-Muqbili—salah
seorang ulama mujtahid Yaman—dalam kitab beliau al-Alamusy Syamikh (hlm. 237)
berkata, “Sung guh benar Ibnu Sirin v karena sesungguhnya siapa saja yang
memiliki hati bersih, akal sehat, dan berjalan pada jalur yang lurus akan
menjadi 54 Edisi 8 Tahun kesebelas Robi'ul Awal 1433 saksi akan kedustaan
kebanyakan riwayat yang dimuat dalam Nahjul Balaghah, yang oleh orangorang
Syi’ah disamakan dengan al-Qur'an, di mana ini semua berlandaskan hawa nafsu be
laka. Andai saja mereka seperti orang-orang yang berpendirian teguh bak batu
karang yang menyampaikan berita kepada manusia dengan sanad yang dikenal,
kemudian mereka mem bahas sanad tersebut. Akan tetapi, sanad kitab itu sendiri
tidak sampai kepada pengarangnya, sampai-sampai aku (al-Muqbili) menanyakan
kepada Imam Zaidiyah terbesar dan yang lain nya, dan mereka menjawab bahwa
sanadnya ti dak sampai kepada ar-Radhi, seorang rafidhah. Kalaupun sampai, itu
tetap tidak ada gunanya (karena ar-Radhi adalah seorang pendusta dan sanadnya
tidak sampai kepada Ali a).” Para ulama lain yang menjelaskan kedus taan
penisbahan kitab ini kepada Ali bin Abi Thalib a adalah Syaikh Shalih al-Fauzan
di dalam kitab al-Bayan Li Akhtha'i Ba’dhil Kuttab hlm. 69–85, Syaikh
Muhibbuddin al-Khathib di dalam ta’liqnya atas al-Muntaqa min Minhajis Sunnah
hlm. 20, dan Syaikh Masyhur Hasan di dalam kitabnya Kutubun Hadzdzara Minhal
Ulama' 2/250–257. Ali bin Abi Thalib Mencaci Abu Bakar dan Umar?! Di antara hal
yang menunjukkan kedustaan penisbahan kitab ini kepada Ali bin Abi Thal ib a
Imam Ali as dalam khotbah ketiga dari Nahjul Balaghah yang dikenal dengan
khotbah Syiqsyiqiyyah mencaci Abu Bakar dan Umar, disebutkan di dalam khotbah
ketiga tersebut bahwa Ali bin Abi Thalib berkata: “Dia (Abu Bakar) sangatlah
mengetahui bahwa saya adalah orang yang paling layak menjadi khalifah dan
apakah benar datangnya baju kekhalifahan, hanya bagi tubuh saya? Di masa
kekhalifahannya, bagai seseorang yang merasakan duri di mata dan tertusuk
tulang di tenggorokan. Demi Allah, anak dari Abu Quhafah (Abu Bakar) telah
mengenakan baju kekhalifahan (dengan paksa), padahal dia mengetahui bahwa saya
seperti poros dan penggilingannya (kekhalifahan adalah hak saya). Air bah telah
menimpaku, tapi burung tidak akan terbang tinggi, kecuali akan kembali
kepadaku…
18. Kitab Mengapa dia (Abu Bakar) telah menentukan seorang khalifah
setelahnya? Padahal, dia (Abu Bakar) ketika itu meminta maaf pada rakyat dan
rakyat memberikan maaf kepadanya atas penunjukannya (oleh Umar). Setelah
permintaan maaf dikabulkan rakyat, (Abu Bakar) mengatakan, “Bebaskanlah saya,
saya bukanlah yang terbaik dari kalian… Aneh, pada masa kekhalifahannya, Abu
Bakar memohonmaafataspelanggaranke halifahannya, k namun di sisi lain beliau
mengukuhkannya untuk orang lainnya jika dia wafat nanti. (Mengisyaratkan atas
kemunafikannya). Umar adalah seseorang yang berwatak keras dan menakutkan, Abu
Bakar telah ditetapkan olehnya sebagai khalifah dengan penunjukan yang aro an.
Luka semakin menganga, dan g sangatlah sulit membangun hubungan de ngannya.
Setiap orang yang bekerja sama dengannya, orang itu akan seperti unta bengal
dan mabuk dalam perjalanan. Jika kendalinya ditarik keras, maka hidungnya akan
sobek. Jika kendali dilonggarkan maka akan jatuh ke jurang. Cepat mengambil
keputusan dan cepat pula berubah, yang pada akhirnya menimbulkan pertentangan
dan meminta maaf. Berbagai ketergelinciran sering terjadi. Demikian juga
berbagai permohonan maaf atas berbagai keterpelesetan sering dilakukan.”
Al-Imam adz-Dzahabi mengomentari hal ini dengan mengatakan, “… Barangsiapa
melihat buku Nahjul Balaghah, maka ia akan yakin bah wa ucapan-ucapan itu
adalah dusta atas nama Amirul Mukminin Ali a, karena di dalamnya terdapat
cacian dan makian yang sangat jelas terhadap dua tokoh besar sahabat yaitu Abu
Bakar dan Umar d. Juga terdapat ungkapanungkapan yang kaku (menurut kaidah
sastra Arab) bagi orang yang kenal jiwa bangsa Qurai sy (dan tingginya bahasa
mereka) dari kalan gan para sahabat. Dan orang-orang setelahnya akan mengerti
dan yakin bahwa kebanyakan isi kitab tersebut adalah batil.” (Mizanul I’tidal
3/124, Lisanul Mizan 4/223) Telah datang riwayat-riwayat yang shahih dari Ali a
yang bertentangan dengan apa yang dalam kitab Nahjul Balaghah ini, di antaranya:
Imam al-Bukhari meriwayatkan dengan sa nadnya sampai kepada Ibnu Sirin dari
Ubaidah, bahwa ia mendengar Ali a mengatakan, “Pu tuskanlah sebagaimana kalian
putuskan, ses ungguhnya aku membenci perselisihan hingga manusia berada dalam
satu jama’ah atau lebih baik aku mati seperti para sahabat-sahabatku.” (HR.
al-Bukhari kitab Fadha’il Shahabah bab Manaqib Ali a dengan Fathul Bari juz 7
hlm. 424 no. 2707) Diriwayatkan pula secara mustafidh (dalam jumlah banyak)
dari Ali bin Abi Thalib a send iri sebagaimana dalam Shahih Bukhari dengan
menyebutkan sanadnya sampai kepada Mu hammad ibnul Hanafiyah v, “Aku bertanya
kepada bapakku (yakni Ali bin Abi Thalib a), ‘Siapakah manusia yang terbaik
setelah Ra sulullah n?’ Ia menjawab, ‘Abu Bakar.’ Aku bertanya (lagi),
‘Kemudian siapa?’ Ia menjaw ab, ‘Umar.’ Dan aku khawatir ia akan berkata
Utsman, maka aku mengatakan, ‘Kemudian engkau?’ Beliau menjawab, ‘Tidaklah aku
kecu ali seorang dari kalangan muslimin.’” (HR. alBukhari kitab Fadha’ilus
Shahabah bab 4 dan Fathul Bari juz 4/20) Imam al-Bukhari juga meriwayatkan de
ngan sanadnya yang bersambung dan shahih sampai kepada Ibnu Abbas d bahwa dia
per nah menghadiri jenazah Umar bin Khaththab a, dia berkata: Sungguh aku
pernah berdiri di kerumunan orang yang bersama-sama mendo’akan Umar bin
Khaththab yang telah diletakkan di atas pembaringannya. Tiba-tiba seseorang
dari belakangku yang meletakkan sikunya di kedua pundakku berkata, “Semoga
Allah merahmatimu (Umar), dan aku berharap agar Allah menggabungkan engkau
bersama dua sahabatmu (yakni Rasulullah n dan Abu Bakar a) karena aku sering
mendengar Rasu lullah n bersabda, ‘Waktu itu aku bersama Abu Bakar dan Umar…’,
‘Aku telah mengerjakan bersama Abu Bakar dan Umar…’, ‘Aku pergi bersama Abu
Bakar dan Umar….’ Maka sung guh aku berharap semoga Allah menggabung kan
engkau dengan keduanya.” Maka aku menengok ke belakangku ternyata ia adalah Ali
bin Abi Thalib. (HR. al-Bukhari
dalam kitab Fadha’ilush Shahabah bab Manaqib Umar bin Khaththab 7/3685, 3677,
dengan Fathul Bari) Kesesatan Aqidah Nahjul Balaghah Di hlm. 8 dari Nahjul
Balaghah tercantum: ِّ َُ ْ ُ َ َ َ ل ُ َ ََ َ ِّ ُ ْْ َ هَ ُ َ
ي وكمال الإْخالص ل نف الصفات عنه؛ لِشهادة ك ِ ِ ِ ِ Edisi 8 Tahun kesebelas Robi'ul
Awal 1433 55
19. kitab nahjul
balaghah ْ ُ ْ َ ِّ َُ َ َ َ ل ْ ُ ْ َ ْ ُ َْ َ َّ َ
َ ر صفة أنها غي الموصوف، وشهادة ك موصوف ٍ ِ ٍ ِ ِ َ َ َ ْ َ َ َ ِّ ُ َْ َّ ُ
َ ر ْ ََ َُ َ ْ ُ َ أنه غي الصفة، فمن وصف اهلل سبحانه فقد ِ َ َّ َ ْ َ َ ُ َّ
َ ْ َ َ ُ َّ َ ْ َ َ ُ َ َّ َ ْ َ َ ُ َ َّ َ ُ ،قرنه، ومن قرنه فقد ثناه، ومن
ثناه فقد جزأه ُ َ َ ْ َ َ ُ َ َّ َ ْ َ َ ومن جزأه فقد جهله ِ
“Kesempurnaan ikhlas adalah menafikan sifatsifat dari-Nya; karena persaksian
setiap sifat bahwa dia adalah bukan yang disifati, dan persaksian setiap yang
disifati bahwa dia bukanlah sifat, siapa yang menyifati Alloh maka berarti
telah membandingkan-Nya, siapa yang telah membandingkan-Nya berarti telah
menduakanNya, siapa yang menduakan-Nya berarti kita men-tajziah-Nya, siapa yang
men-tajziah-Nya berarti tidak mengenal-Nya.” Kami katakan: Ini adalah aqidah
Jahmiyah yang sesat yaitu menafikan (menolak) sifat-sifat Allah w. Kelompok
Jahmiyah adalah pionir dari kelompok-kelompok penolak sifat seperti Mu’tazilah,
Asy’ariyah, dan Maturidiyah. Jahmiyah dinisbahkan kepada tokohnya Jahm bin
Shafwan, dia bisa dikatakan sebagai penebar kesesatan kawakan, karena ia telah
menghimpun tiga kebid’ahan yang sangat bu ruk dan berbahaya di samping
beberapa bid’ah yang lain: Pertama: Bid’ah Ta’thil yaitu peniadaan sifatsifat
Allah dan menyangka bahwa Allah tidak bisa disifati dengan sifat apa pun,
karena pem berian sifat bisa mengakibatkan penyerupaan dengan makhluk-Nya
(ar-Radd ’alâ Jahmiyyah hlm. 17 karya Imam ad-Darimi, dan Majmû’ Fatâwâ 5/20).
Kedua: Bid’ah Jabr yaitu pernyataan bahwa ma nusia tidak mempunyai kemampuan
dan daya upaya sama sekali bahkan semua kehendaknya muncul dalam keadaan
dipaksa oleh kehendak Allah, maka ia menganggap perbuatan ma nusia dinisbahkan
kepadanya hanya sekadar metafora (Maqalât Islamiyyin al-Asy’ari 1/312). Ketiga:
Bid’ah Irja’ bahwa iman cukup hanya dengan ma’rifat, barang siapa yang ingkar
di lisan maka hal tersebut tidak membuatnya kafir sebab ilmu dan ma’rifat tidak
bisa lenyap kare na ingkar, dan keimanan tidak berkurang dan semua hamba setara
dalam keimanannya serta iman dan kufur hanya dalam hati tidak dalam 56 Edisi 8
Tahun kesebelas Robi'ul Awal 1433 perbuatan (Maqalât Islamiyyin 1/312).
Asy-Syaikh Abdul Qadir al-Jilani v (wafat 561 H) berkata dalam menjelaskan
tentang Jah miyah, dalam kitab al-Ghun'yah li-Thâlibiy Tharîqil Haqq 1/128,
Dar Ihya' at-Turats, cet. 1/1416: “Pasal: Adapun Jahmiyah, maka ia dinisbat
kan pada Jahm bin Shafwan di mana ia berkata: 1. Iman adalah hanyalah ma’rifah
kepada Al lah dan Rasul-Nya, serta seluruh apa yang datang di sisinya; 2.
Al-Qur’an adalah makhluk; 3. Allah tidak pernah berbicara kepada Musa (secara
langsung); 4. Allah Ta’ala tidak pernah berfirman (= menafikan sifat kalâm); 5.
Allah tidak bisa dilihat; 6. Allah tidak diketahui mempunyai tempat tertentu;
7. Allah tidak mempunyai Arsy dan Kursi, dan Dia tidak berada di atas Arsy; 8.
Mengingkari adanya mawâzîn (timbangantimbangan) amal (di akhirat); 9.
Mengingkari adzab kubur; 10. Surga dan neraka telah diciptakan yang me miliki
sifat fana (tidak kekal); 11. Allah w tidak akan berbicara kepada makh luk-Nya
dan tidak akan melihat mereka di hari kiamat; 12. Penduduk surga tidak akan
(bisa) melihat Allah Ta’ala dan tidak pula melihatnya di surga; 13. Iman itu cukup dengan
ma’rifatul qalb tanpa pengikraran dengan lisan; dan 14. Mengingkari seluruh
sifat al-Haqq (Allah).” Penutup Inilah yang bisa kami sampaikan kepada para
pembaca tentang jawaban-jawaban ter hadap sebagian kesesatan-kesesatan kitab
ini. Sebetulnya masih banyak hal-hal lain dari kese satan-kesesatan kitab ini
yang perlu dijelaskan, tetapi Insya Allah yang telah kami paparkan di atas
sudah bisa memberikan peringatan kepa da kita tentang bahaya buku ini. Semoga
Allah selalu menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendengarkan nasihat dan
mengikuti nya. Amin. واهلل أعلم بالصواب