Oleh : Al-Akh Dodi
ElHasyimi -Hafizhahullah-
Kenyataan pasti yang terdapat pada
madzhab SESAT Ja'fary adalah : Secara ilmu dan riwayat madzhab ini tidak bisa
dikatakan benar- benar mengikuti fiqh yg berasal dari Imam Jafar Ash-Shodiq ra,
atau Aimmah Itsna Asyariyyah.
Percayakah Anda ??? Silahkan dibaca
uraian mengenai hal tersebut di bawah ini!!!!!
Terbukti dari apa yang dikatakan oleh
ulama mereka yaitu Abu Ja’far Ath-Thusy seorang syekh dari golongan Syiah
Imamiyyah, dapat kita lihat dari Kitab ‘Iddatul Ushul karya Syekh Ath-Thusi hal
137- 138 :
وقد
ذكرت ما ورد عنهم عليهم السلام من الاحاديث المختلفة التي تختص الفقه في كتابي
المعروف ب (الاستبصار) (4) وفي كتاب (تهذيب الاحكام) (5) ما يزيد
________________________________________
[ 138 ]
على خمسة آلاف حديث، وذكرت في أكثرها اختلاف
الطائفة في العمل بها وذلك أشهر من أن يخفى حتى انك لو تأملت اختلافهم في هذه
الاحكام وجدته يزيد على اختلاف (1) * أبي حنيفة (2)، والشافعي، ومالك (3) ووجدتهم
مع هذا الاختلاف العظيم لم يقطع أحد منهم موالاة صاحبه، ولم ينته إلى تضليله
وتفسيقه والبراءة من مخالفته
Dan sesungguhnya aku telah menyebutkan
mengenai riwayat-riwayat yang berasal dari para imam tentang hadits-hadits yang
mengalami perselisihan, khususnya masalah fiqih di dalam 2 buah
kitabku, yaitu Al-Istibshor dan Tahdzibul Ahkam, tidak kurang dari 5000 hadis
yang bertentangan (dari periwayatan para aimmah). Dan aku telah menyebutkan
dalam sebagian besarnya, yaitu perbedaan suatu golongan dalam pengamalannya,
demikian itu adalah hal masyhur yang tidak bisa disembunyikan, sehingga
jika engkau renungkan tentang ikhtilaf mereka dalam pengambilan hukum, engkau
akan mendapatinya melebihi perselisihan antara Abu Hanifah, Syafi’iy, dan
Malik. Dan aku menemukan mereka dalam perbedaan yang banyak ini, tidak ada
satupun diantara mereka yg bisa memastikan untuk bisa menolong temannya. Dan
tiada hentinya untuk menyesatkan dan memfasiqkannya, serta berlepas diri kepada
yg menyelisihinya.
Dari sisi lain diketahui bahwa mereka
tidak memiliki satupun kitab karangan langsung dari Imam Ja'far Ash-Shodiq Ra,
baik kitab fiqh ataupun hadits yang dikumpulkan/ ditulis oleh beliau ra, atau
bahkan karangan dari murid beliau yang terdekat sekalipun tidak bisa kita
jumpai, akan tetapi kitab-kitab mereka yang ada sekarang ini sanad periwayatan
yang mereka tampilkan hanyalah anggapan dan sangkaan yang coba mereka
sambung-sambungkan kepada para Imam Ra.
Berikut kutipan dan pengakuan tulus dari
seorang ulama kenamaan Syiah yang bernama Syarif Al Murtadlo di dalam
kitabnya Rosail Syarif Al Murtadlo juz 3 hal 310 :
فإن معظم الفقه وجمهوره بل جميعه لا يخلو مستنده
ممن يذهب مذهب الواقفة، إما أن يكون أصلا في الخبر أو فرعا "، راويا "
عن غيره ومرويا " عنه. وإلى غلاة، وخطابية، ومخمسة، وأصحاب حلول، كفلان وفلان
ومن لا يحصى أيضا " كثرة
"Sesungguhnya kebanyakan fiqh (
Syiah ) bahkan keseluruhanya tidak terlepas dari berpedoman kepada madzhab yg
terhenti, adakalanya ushul atau furu’nya khobar itu, keduanya diriwayatkan dari
jalur lain dan ada kalanya keduanya darinya, kepada kaum Ghulat, Khitobiyah,
Makhmasah, Penganut Hulul, seperti fulan dan fulan serta perowi lain yang tidak
terhitung banyaknya" (Ringkasnya Madhab Ja'fary tidak bisa disandarkan dan
disambungkan langsung kepada Imam Ja'far Shodiq Ra)
Maka dari mana bisa dikatakan tentang
kebenaran Madzhab Ja'fary adalah bersumber dari Imam Ja'far Shodiq Ra ???
Bisa dipastikan bahwa apa yang di-akui
dalam pemahaman mereka tentang Fiqh Ja'fary adalah bersumber dari Imam Ja'far
Shodiq Ra adalah tidak terbukti dengan menggunakan sanad yang pasti, akan
tetapi hanya bersumber dari pribadi dari para ulama pengikut Imamiyah itu
sendiri, semisal : As-Shodr, Al-Sistany, Al-Khu'i, Al-Khomainy, Al-Khemenei,
dsb.
Adapun kitab rujukan bab fiqh yang tertua
dari dari Madzhab Imamiyah adalah kitab Al-Kafi Al-Kulainy yang wafat pada 329
h atau setelah wafatnya Imam Ja'far Shodiq Ra 180 tahun, kemudian kitab
berikutnya kitab Man La Yadurruhul Faqih karya Muhammad bin Ali bin Babawaihy
Al-Qummy yang wafat thn 381 h atau setelah wafatnya Imam Ja'far Ash-Shodiq Ra
berkisar 230 tahun kemudian.
Maka bisa dipastikan bahwa madzhab 4
dari Ahlus Sunnah lebih mendekati kepada para Imam Ahlul Bayt karena Imam Malik
Ra [93-179 H] adalah murid langsung dari Imam Ja'far Ash-Shodiq Ra, Imam
Asy-Syafi'iy Ra [150-204 H] adalah murid langsung dari Imam Malik Ra. Imam
Abu Hanifah Ra [80-151 H] adalah murid langsung dari ayah Imam Ja'far
Ash-Shodiq Ra, yaitu Imam Muhammad Al-Baqir Ra.
Maka bisa kita perhatikan perbedaan tahun
dari kehidupan mereka, siapa yang lebih dekat kepada Imam Ja'far Ash-Shodiq Ra.
Imam Ja'far Ash-Shodiq Ra hidup pada
tahun 80-148 H.
Imam Abu Hanifah Ra 80 -151 H sezaman
dengan Imam Ja'far Ash-Shadiq ra dan menjadi murid ayahnya Imam Muhammad
Al-Baqir Ra.
Imam Malik Ra 93-179 H murid dari Imam
Ja'far Ash-Shodiq Ra.
Imam Asy-Syafi'iy Ra 150-204 H atau 36
tahun setelah wafat Imam Ja'far Ash-Shodiq Ra.
Bisa dibandingkan dengan rujukan sumber
rujukan madzhab Ja'fary (bukan pencetus madzhab Ja'fary) :
Al-Kulainy (Ulama Syiah) 294 h atau 180
tahun setelah wafat Imam Ja'far Ash-Shodiq Ra.
Muhammad bin Ali Babawaihy (Ulama Syiah)
344 h atau 230 tahun setelah wafat Imam Ja'far Shodiq Ra.
Maka dari sini bisa diketahui, siapa yang
lebih berhak mengklaim mewarisi ilmu dari para Imam Ahlul Bayt secara sanad
ilmu dan kedekatan ??? Karena jelas di akui dalam sejarah bahwa ke-empat
madzhab yang dianut Ahlus Sunnah adalah para pecinta Ahlul Bayt Sejati dalam
perjuangannya membela para Ahlul Bayt dalam ajaran dan keyakinannya.
Ada satu komentar menarik dari Ath-Thusi
mengenai orang yang telah mengetahui perbedaan-perbedaan yang terjadi diantara
ulama mereka ini :
ومن بلغ إلى هذا الحد لا يحسن مكالمته، ويجب
التغافل عنه
بالسكوت
Barangsiapa yang sampai pada batas ini,
maka tidak bagus utk membicarakannya. Wajib baginya utk melupakannya
dengan cara DIAM!!!!
http://www.yasoob.com/books/htm1/m018/22/no2208.html
Qiqiiqiqiqiqiqiqiqiqiq…………… TAKUT KETAUAN
YAH ?????
Imam Ja'far Ash-Shadiq Rahimahullah, Imam
Ahli Sunnah, Bukan Milik Syi'ah
Rabu, 20 Nopember 2013
IMAM JA'FAR ASH SHADIQ RAHIMAHULLAH, IMAM
AHLI SUNNAH, BUKAN MILIK SYI'AH
Tokoh yang masih keturunan Ahli Bait ini,
termasuk yang dicatut oleh ahli bid'ah (baca: Syi'ah) sebagai tokohnya. Padahal
jauh panggang dari api. Aqidahnya sangat berbeda jauh dengan aqidah yang selama
ini diyakini orang-orang Syi'ah.
NASAB DAN KEPRIBADIANNYA
Ia adalah Ja'far bin Muhammad bin 'Ali
Zainal 'Abidin bin al Husain bin 'Ali bin Abi Thalib, keponakan Rasulullah dan
istri putri beliau Fathimah Radhiyallahu 'anha. Terlahir di kota Madinah pada
tahun 80 H dan wafat di kota yang sama pada tahun 148 H dalam usia 68 tahun.
Ash Shadiq merupakan gelar yang selalu
menetap tersemat padanya. Kata ash Shadiq itu, tidaklah disebutkan, kecuali
mengarah kepadanya. Karena ia terkenal dengan kejujuran dalam hadits,
ucapan-ucapan dan tindakan-tindakannya. Kedustaan tidak dikenal padanya. Gelar
ini pun masyhur di kalangan kaum Muslimin. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
acapkali menyematkan gelar ini padanya.
Laqab lainnya, ia mendapat gelar al Imam
dan al Faqih. Gelar ini pun pantas ia sandang. Meski demikian, ia bukan manusia
yang ma'shum seperti yang diyakini sebagian ahli bid'ah. Ini dibuktikan, ia
sendiri telah menepisnya, bahwa al 'Ishmah (ma'shum) hanyalah milik Nabi.
Imam ja'far ash Shadiq dikarunia beberapa
anak. Mereka adalah: Isma'il (putra tertua, meninggal pada tahun 138 H, saat
ayahnya masih hidup), 'Abdullah (dengan namanya, kun-yah ayahnya dikenal), Musa
yang bergelar al Kazhim [1], Ishaq, Muhammad, 'Ali dan Fathimah.
Dia dikenal memiliki sifat kedermawanan
dan kemurahan hatinya yang begitu besar. Seakan merupakan cerminan dari tradisi
keluarganya, sebagai kebiasaan yang berasal dari keturunan orang-orang
dermawan. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang
yang paling murah hati.
Dalam hal kedermawanan ini, ia seakan
meneruskan kebiasaan kakeknya, Zainal 'Abidin, yaitu bersedekah dengan
sembunyi-sembunyi. Pada malam hari yang gelap, ia memanggul sekarung gandum,
daging dan membawa uang dirham di atas pundaknya, dan dibagikan kepada
orang-orang yang membutuhkannya dari kalangan orang-orang fakir di Madinah,
tanpa diketahui jati dirinya. Ketika beliau telah wafat, mereka merasa
kehilangan orang yang selama ini telah memberikan kepada mereka bantuan.
Dengan sifat kedermawanannya pula, ia
melarang terjadinya permusuhan. Dia rela menanggung kerugian yang harus
dibayarkan kepada pihak yang dirugikan, untuk mewujudkan perdamaian antara kaum
Muslimin.
PERJALANAN KEILMUANNYA
Imam Ja'far ash Shadiq, menempuh perjalanan
ilmiyahnya bersama dengan ulama-ulama besar. Ia sempat menjumpai
sahabat-sahabat Nabi yang berumur panjang, misalnya Sahl bin Sa'id as Sa'idi
dan Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhum. Dia juga berguru kepada Sayyidu Tabi'in
'Atha` bin Abi Rabah, Muhammad bin Syihab az Zuhri, 'Urwah bin az Zubair,
Muhammad bin al Munkadir dan 'Abdullah bin Abi Rafi' serta 'Ikrimah maula Ibnu
'Abbas. Dia pun meriwayatkan dari kakeknya, al Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr.
Mayoritas ulama yang ia ambil ilmunya
berasal dari Madinah. Mereka t adalah ulama-ulama kesohor, tsiqah, memiliki
ketinggian dalam amanah dan kejujuran.
Sedangkan murid-muridnya yang paling
terkenal, yaitu Yahya bin Sa'id al Anshari, Aban bin Taghlib, Ayyub as
Sakhtayani, Ibnu Juraij dan Abu 'Amr bin al 'Ala`. Juga Imam Darul Hijrah,
Malik bin Anas al Ashbahi, Sufyan ats Tsauri, Syu'bah bin al Hajjaj, Sufyan bin
'Uyainah, Muhammad bin Tsabit al Bunani, Abu Hanifah dan masih banyak lagi.
Para imam hadits -kecuali al Bukhari-
meriwayatkan hadits-haditsnya pada kitab-kitab mereka. Sementara Imam al
Bukhari meriwayatkan haditsnya di kitab lainnya, bukan di ash Shahih.
Berkat keilmuan dan kefaqihannya,
sanjungan para ulama pun mengarah kepada Imam Ja'far ash Shadiq.
Abu Hanifah berkata,"Tidak ada orang
yang lebih faqih dari Ja'far bin Muhammad."
Abu Hatim ar Razi di dalam al Jarh wa at
Ta'dil (2/487) berkata,"(Dia) tsiqah, tidak perlu dipertanyakan orang
sekaliber dia."
Ibnu Hibban berkomentar: "Dia
termasuk tokoh dari kalangan Ahli Bait, ahli ibadah dari kalangan atba' Tabi'in
dan ulama Madinah".
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memujinya
dengan ungkapan : "Sesungguhnya Ja'far bin Muhammad termasuk imam,
berdasarkan kesepakatan Ahli Sunnah". (Lihat Minhaju as Sunnah, 2/245).
Demikian sebagian kutipan pujian dari para
ulama kepada Imam Ja'far ash Shadiq.
JA'FAR ASH SHADIQ TIDAK MUNGKIN MENCELA
ABU BAKAR DAN 'UMAR
Adapun Syi'ah, berbuat secara berlebihan
kepada Imam Ja'far ash Shadiq. Golongan Syi'ah ini mendaulatnya sebagai
imam keenam. Pengakuan mereka, sebenarnya hanya kamuflase.
Pernyataan-pernyataan dan aqidah beliau berbeda 180 derajat dengan apa yang
diyakini oleh kaum Syi'ah.
Sebut saja, sikap Imam Ja'far ash Shadiq
terhadap Abu Bakr dan 'Umar bin al Kaththab. Kecintaannya terhadap mereka
berdua tidak perlu dipertanyakan. Bagaimana tidak, mereka berdua adalah teman
dekat kakek (yaitu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam), dan sebagai
penggantinya.
'Abdul Jabbar bin al 'Abbas al Hamdani
berkata,"Sesungguhnya Ja'far bin Muhammad menghampiri saat mereka akan
meninggalkan Madinah. Ia berkata,'Sesungguhnya kalian, Insya Allah termasuk
orang-orang shalih dari Madinah. Maka, tolong sampaikan (kepada orang-orang)
dariku, barangsiapa yang menganggap diriku imam ma'shum yang wajib ditaati,
maka aku berlepas diri darinya. Barangsiapa menduga aku berlepas diri dari Abu
Bakr dan 'Umar, maka aku pun berlepas diri darinya'."
Ad Daruquthni meriwayatkan dari Hanan bin
Sudair, ia berkata: "Aku mendengar Ja'far bin Muhammad, saat ditanya
tentang Abu Bakr dan 'Umar, ia berkata,'Engkau bertanya tentang orang yang
telah menikmati buah dari surga'."
Pernyataan beliau ini jelas sangat
bertolak belakang dengan keyakinan orang-orang Syi'ah yang menjadikan celaan
dan makian kepada Abu Bakr, 'Umar, dan para sahabat pada umumnya sebagai sarana
untuk mendapatkan pahala dari Allah.
Imam Ja'far ash Shadiq, sangat tidak
mungkin mencela mereka berdua. Pasalnya, ibunya, Ummu Farwa adalah putri al
Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr ash Shiddiq. Sementara neneknya dari arah
ibunya adalah, Asma` bintu Abdir Rahman bin Abi Bakr. Apabila mereka adalah
paman-pamannya, dan Abu Bakr termasuk kakeknya dari dua sisi, maka sulit
digambarkan, jika Ja'far bin Muhammad -yang jelas berilmu, berpegah teguh
dengan agamanya, dan ketinggian martabatnya, serta memiliki hubungan
kekerabatan dengan Nabi- melontarkan cacian dan celaan terhadap kakeknya, Abu
Bakr ash Shiddiq. Ja'far sendiri berkata : "Abu Bakar melahirkan diriku
dua kali".
Apalagi, bila menengok kapasitas keilmuan
dan keteguhan agama dan ketinggian martabatnya, sudah tentu akan menghalanginya
untuk mencaci-maki orang yang tidak pantas menerimanya.
KLAIM BOHONG SYIAH ATAS JA'FAR ASH SHADIQ
Pada masanya, bid'ah al Ja'd bin Dirham
dan pengaruh al Jahm bin Shafwan telah menyebar. Sebagian kaum Muslimin sudah
terpengaruh dengan aqidah al Qur`an sebagai makhluk. Akan tetapi, Ja'far bin
Muhammad menyatakan: "Bukan Khaliq (Pencipta), juga bukan makhluk, tetapi
Kalamullah"[2]. Aqidah dan pemahaman seperti ini bertentangan dengan
golongan Syi'ah yang mengamini Mu'tazilah, dengan pemahaman aqidahnya, al
Qur`an adalah makhluk.
Artinya, prinsip aqidah yang dipegangi
oleh Imam Ja'far ash Shadiq merupakan prinsip-prinsip yang diyakini para imam
Ahli Sunnah wal Jama'ah, dalam penetapan sifat-sifat Allah. Yaitu menetapkan
sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah dan
RasulNya, serta menafikan sifat-sifat yang dinafikan Allah dan RasulNya.
Ibnu Taimiyyah berkata,"Syi'ah
Imamiyah, mereka berselisih dengan Ahli Bait dalam kebanyakan pemahaman aqidah
mereka. Dari kalangan imam Ahli Bait, seperti 'Ali bin al Husain Zainal
'Abidin, Abu Ja'far al Baqir, dan putranya, Ja'far bin Muhammad ash Shadiq,
tidak ada yang mengingkari ru`yah (melihat Allah di akhirat), dan tidak ada
yang mengatakan al Qur`an adalah makhluk, atau mengingkari takdir, atau
menyatakan 'Ali merupakan khalifah resmi (sepeninggal Nabi n), tidak ada yang
mengakui para imam dua belas ma'shum, atau mencela Abu Bakr dan 'Umar."
Tokoh-tokoh Syi'ah tempo dulu mengakui,
bahwa aqidah tauhid dan takdir (yang mereka yakini) tidak mereka dapatkan, baik
melalui Kitabullah, Sunnah atau para imam Ahli Bait. Sebenarnya, mereka
mendapatkannya dari Mu'tazilah. Mereka (kaum Mu'tazilah) itulah guru-guru
mereka dalam tauhid dan al 'adl".
Klaim kaum Syi'ah yang menyatakan
pemahaman aqidah mereka berasal dari Ja'far ash Shadiq atau imam Ahli Bait
lainnya, hanyalah merupakan kedustaan, dan mengada-ada belaka. Sehingga tidak
salah jika dianggapnya sebagai dongeng-dongeng fiktif, dan bualan kosong yang
mereka nisbatkan kepada orang-orang yang mulia itu.
Contoh kedustaan yang dilekatkan kepada
beliau, yaitu ucapan "taqiyah adalah agamaku dan agama
nenek-moyangku". Orang Syiah menjadikannya sebagai prinsip aqidah mereka.
Kedustaan lainnya, keyakinan mereka bahwa
Ja'far ash Shadiq akan kekal abadi, dan tidak meninggal. Ini juga merupakan
kesalahan yang parah. Kematian adalah milik setiap orang, dan pasti terjadi.
Tidak ada orang, baik dari kalangan Ahli Bait atau lainnya yang mendapatkan hak
istimewa hidup abadi di dunia ini.
Bentuk kedustaan mereka merambah buku dan
tulisan-tulisan yang diklaim telah ditulis oleh Ja'far ash Shadiq. Para ulama
telah menetapkan kedustaan itu. Ditambah lagi, eranya (80-148 H) termasuk
masa yang kering dengan karya tulis. Yang ada, perkataan-perkataan yang
diriwayatkan dari mereka saja, tidak sampai dibukukan.
Kaidah yang mesti kita pegangi dalam
masalah ini, tidak menerima satu perkataan pun dari ash Shadiq dan imam-imam
lain, juga dari orang lain, kecuali dengan sanad yang bersambung, berisikan
orang-orang yang tsiqah dan dikenal dari kalangan para perawi, atau bersesuaian
dengan al Haq dan didukung oleh dalil, maka baru bisa diterima. Selain dari
yang itu, tidak perlu dilihat.
Di antara kitab yang dinisbatkan
kepadanya dengan kedustaan, yaitu kitab Rasailu Ikhawni ash Shafa, al Jafr
(kitab yang memberitakan berbagai peristiwa yang akan terjadi), 'Ilmu al
Bithaqah, Ikhtilaju al A'dha` (menjelaskan pergerakan-pergerakan yang ada di
bawah tanah), Qira`atu al Qur`an Fi al Manam, dan sebagainya.
Golongan Syi'ah memperkuat kedustaan
mereka tentang keotentikan kitab-kitab tersebut, dengan mengambil keterangan
dari Abu Musa Jabir bin Hayyan ash Shufi ath Tharthusi. Dia ini adalah
pakar kimia yang terkenal, meninggal tahun 200 H. Mereka berdalih, bahwa Abu
Musa Jabir bin Hayyan telah menyertai Ja'far ash Shadiq dan menulis berbagai
risalah yang berjumlah 500 buah dalam seribu lembar kertas. Namun, pernyataan
ini masih sangat diragukan. Sebab, Jabir ini termasuk muttaham (tertuduh,
dipertanyakan) dalam agama dan amanahnya, dan juga kesertaannya bersama Ja'far
ash Shadiq yang meninggal tahun 148 H. Menurut keterangan yang masyhur, Jabir
bukan menyertai Ja'far ash Shadiq, tetapi ia menyertai Ja'far bin Yahya al
Barmaki. Dan lagi yang pantas untuk meragukan pernyataan tersebut, karena Imam
Ja'far ash Shadiq berada di Madinah, sementara itu Jabir bermukim di Baghdad.
Kedustaan tersebut semakin jelas jika melihat kesibukan Jabir dengan ilmu-ilmu
alamnya, yang tentu sangat berbeda dengan yang ditekuni Imam Ja'far ash Shadiq.
Oleh karena itu, tulisan-tulisan di atas,
tidak bisa dibenarkan penisbatannya kepada Ja'far ash Shadiq. Ringkasnya,
Syi'ah berdiri di atas kedustaan dan kebohongan. Andaikan benar miliknya, sudah
tentu akan diketahui anak-anaknya dan para muridnya, dan kemudian akan menyebar
ke berbagai pelosok dunia. Wallahul Musta'an.
Fakta ini semakin membuktikan bahwa Syiah
berdiri di atas gulungan kedustaan dan kebohongan. Ibnu Taimiyah rahimahullah
menyimpulkan:
"Adapun syariat mereka, tumpuannya
berasal dari riwayat dari sebagian Ahli Bait seperti Abu Ja'far al Baqir,
Ja'far bin Muhammad ash Shadiq dan lainnya".
Tidak diragukan lagi, bahwa mereka adalah
orang-orang pilihan milik kaum muslimin dan imam mereka. Ucapan-ucapan mereka
mempunyai kemuliaan dan nilai yang pantas didapatkan orang-orang semacam
mereka. Tetapi, banyak nukilan dusta ditempelkan pada mereka. Kaum Syiah
tidak memiliki kemampuan penguasaan dalam aspek isnad dan penyeleksian antara
perawi yang tsiqah dan yang tidak. Dalam masalah ini, mereka laksana Ahli
Kitab. Semua yang mereka jumpai dalam kitab-kitab, berupa riwayat dari
pendahu-pendahulu mereka, langsung diterima. Berbeda dengan Ahli Sunnah, mereka
mempunyai kemampuan penguasaan isnad, sebagai piranti untuk membedakan antara
kejujuran dengan kedustaan. (Minhaju as Sunnah, 5/162).
(Diadaptasi dari muqaddimah tahqiq Kitab
al Munazharah (Munazharah Ja'far bin Muhammad ash Shadiq Ma'a ar Rafidhi fi at
Tafdhili Baina Abi Bakr wa 'Ali), karya Imam al Hujjah Ja'far bin Muhammad ash
Shadiq, tahqiq 'Ali bin 'Abdul 'Aziz al 'Ali Alu Syibl, Dar al Wathan Riyadh,
Cet. I, Th. 1417 H).
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi
05/Tahun X/1427H/2006M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl.
Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Oleh Syi'ah Imamiyah, ia diangkat
sebagai imam berikutnya. Dalam masalah ini, Syi'ah Imamiyah berseteru pendapat
dengan Isma'iliyah tentang imam setelah Ja'far ash Shadiq, antara Musa yang
bergelar al Kazhim dengan Isma'il yang sudah meninggal terlebih dahulu.
Perbedaan memang menjadi ciri khas ahli bid'ah, bahkan pada masalah yang
prinsip menurut mereka.
[2]. Ibnu Taimiyyah mengungkapkan, bahwa
pernyataan itu termasuk sering diriwayatkan dari Ja'far ash Shadiq. (al Minhaj,
2/245).
Diposkan oleh Abu Al-Jauzaa'
: di 23.37
Label: Syi'ah
Bagi yang belum mengetahui, maka artikel
ini akan sedikit menginformasikan tentang ketiga perawi utama Syi’ah dalam
kitab-kitab hadits mereka.
1. Jaabir
Al-Ju’fiy
Orang ini adalah diantara orang yang
ajaib dalam deretan para perawi Syi’ah.
Jaabir Al-Ju’fiy berkata:
حدثني أبو جعفر عليه السلام بسبعين ألف حديث لم
أحدثها أحدا قط ، ولا أحدث بها أحدا أبدا
Telah menceritakan kepadaku Abu
Ja’far ‘alaihis-salaam 70.000 (tujuhpuluh ribu) hadits yang belum aku
pernah ceritakan kepada seorangpun, dan akupun tidak akan menceritakan hadits
itu kepada seorang pun selamanya” [sumber : http://www.mezan.net/mawsouat/baker/jofi.html].
Al-Hurr Al-‘Aamiliy berkata:
وروي
أنه روى سبعين ألف حديث عن الباقر عليه السلام، وروى مائة وأربعين ألف حديث،
والظاهر أنه ما روى أحد بطريق المشافهة عن الأئمة عليهم السلام أكثر مما روى جابر
“Dan diriwayatkan bahwasannya ia telah
meriwayatkan 70.000 hadits dari Al-Baaqir‘alaihis-salaam, dan ia meriwayatkan
total sebanyak 140.000 hadits. Yang nampak, tidak ada seorang pun yang
meriwayatkan dengan jalan musyaafahah (tatap muka) dari para
imam ‘alaihis-salaam lebih banyak daripada riwayat Jaabir” [Wasaailusy-Syii’ah,
20/151].
Akan tetapi:
حدثني حمدويه و إبراهيم ابنا نصير، قالا حدثنا
محمد بن عيسى، عن علي بن الحكم، عن ابن بكير، عن زرارة، قال : سألت أبا عبد الله
(عليه السلام) عن أحاديث جابر فقال ما رأيته عند أبي قط إلا مرة واحدة و ما دخل
علي قط
Telah menceritakan kepadaku Hamduwaih dan
Ibraahiim yang keduanya anak dari Nashiir, mereka berdua berkata : Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Iisaa, dari ‘Aliy bin Al-Hakam, dari
Ibnu Bukair, dari Zuraarah, ia berkata : Aku bertanya kepada Abu ‘Abdillah
tentang hadits-hadits Jaabir. Ia berkata : “Aku tidak pernah melihatnya di sisi
ayahku (yaitu Abu Ja’far) sedikitpun kecuali hanya satu kali saja. Ia tidak
pernah masuk menemuiku sedikitpun” [Rijaalul-Kasysyiy,
3/191].
Jaabir mengaku banyak meriwayatkan hadits
dari Al-Baaqir (Abu Ja’far) dan yang lainnya, namun Ja’far Ash-Shaadiq (Abu
‘Abdillah) mengingkarinya.[1] Ia tidak mengakui keberadaan hadits-hadits
Jaabir dari ayahnya, karena ia sangat jarang melihatnya bersama ayahnya.
Siapa yang akan dibenarkan ?. Imam ma’shum atau
statement Jaabir ?.
Tentang jumlah riwayat Jaabir, bandingkan
dengan Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu yang meriwayatkan hadits
tidak lebih dari 2000 buah menurut penelitianmuhaqqiqiin.[2] Orang Syi’ah
banyak melihat keanehan pada diri Abu Hurairah yang meriwayatkan lebih banyak
hadits dibandingkan shahabat lain, tapi lupa ada yang jauh lebih aneh darinya,
yaitu Jaabir Al-Ju’fiy.
2. Zuraarah
bin A’yan.
Nama Zuraarah banyak disebutkan dalam
kitab Al-Kaafiy dan yang lainnya. Ia salah seorang perawi utama kaum
Syi’ah yang menyampaikan khabar-khabar imam kepada mereka.
Siapakah Zuraarah ?. Menurut informasi,
ia berasal dari keturunan budak Romawi.
زرارة بن أعين واسمه عبد ربه، يكنّى أبا الحسن وزرارة
لقبله، وكان أعين بن سنسن عبداً رومياً لرجل من بني شيبان تعلّم القرآن ثم أعتقه
“Zuraarah bin A’yan. Nama aslinya adalah
‘Abdu Rabbih, berkunyah Abul-Hasan, sedangkan Zuraarah adalah julukannya. A’yan
bin Sinsin (ayah Zuraarah) seorang budak Romawi milik seorang laki-laki dari
Bani Syaibaan. Kemudian ia mempelajari Al-Qur’an, lalu tuannya membebaskannya”
[Mu’jamu Rijaalil-Hadiits oleh
Al-Khuu’iy, juz 8 no. 4671].
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat
Jaabir Al-Ju’fiy sebelumnya, ia (Zuraarah) hidup dan dekat dengan Ja’far
Ash-Shaadiq Abu ‘Abdillah. Apa komentar Abu ‘Abdillah tentangnya ?
وبهذا الاسناد : عن يونس، عن خطاب بن مسلمة، عن
ليث المرادي، قال : سمعت أبا عبد الله (ع) يقول : لا يموت زرارة إلا تائهاً
Dengan sanad ini, dari Yuunus, dari
Khaththaab bin Maslamah, dari Laits Al-Muraadiy, ia berkata : Aku mendengar Abu
‘Abdillah (‘alaihis-salaam) berkata : “Zuraarah tidak mati kecuali sebagai
orang yang tersesat” [Ikhtiyaar
Ma’rifatir-Rijaal oleh Ath-Thuusiy, hal. 170].
Barangkali celaan para imam itu timbul
karena tabiat Zuraarah yang suka merendahkan para imam Syi’ah sendiri.
Contohnya: Ketika Zuraarah terlibat perdebatan dengan Abu Ja’far, ia menggerutu
dalam hati mencela imamnya, Zuraarah berkata:
قُلْتُ فِي نَفْسِي شَيْخٌ لَا
عِلْمَ لَهُ بِالْخُصُومَةِ
Aku berkata dalam hati : “Orang tua
(syaikh) yang tidak tahu tentang perbantahan/perdebatan....” [Al-Kaafiy, 2/386; kata
Al-Majlisiy : hasan seperti shahih].
Maksud ‘syaikh’ di atas adalah sang imam
yang ia bantah.
Mungkin pula karena Zuraarah berani
berdusta atas nama imamnya, sehingga Al-Baaqir Abu
‘Abdillah mendoakan laknat Allah kepadanya:
ليس
هكذا سألني ولا هكذا قلت، كذب علي واللّه كذب عليّ واللّه، لعن اللّه
زرارة، لعن اللّه زرارة، لعن اللّه زرارة
“Bukan begitu ia (Zuraarah) bertanya
kepadaku, dan bukan begitu pula jawabanku. Ia telah
berdusta atas namaku. Demi Allah, ia telah berdusta atas namaku. Demi
Allah, semoga Allah melaknat Zuraarah, semoga Allah melaknat Zuraarah. Semoga
Allah melaknat Zuraarah.....” [Ikhtiyaar
Ma’rifatir-Rijaal, hal. 168].
Disebutkan juga dalam Bihaarul-Anwaar,
5/45-46.
حدثني حمدوية قال؛ حدثني محمد بن عيسى عن يونس عن
مسمع كرد بن ابي سيار قال سمعت ابا عبد الله (ع) يقول: لعن الله بريداً، لعن الله
زرارة
Telah menceritakan kepadaku Hamduwaih, ia
berkata : Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin ‘Iisaa, dari Yuunus, dari
Ma’ma’ Kurd bin Abi Sayaar, ia berkata : Aku mendengar Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam)
berkata: “Semoga Allah melaknat Buraid, semoga Allah melaknat Zuraarah” [Ikhtiyaar
Ma’rifatir-Rijaal oleh Ath-Thuusiy, hal. 170].
Bagaimana bisa keadaan perawi semacam ini
dijadikan sandaran utama riwayat dalam agama ?.
3. Muhammad
bin Muslim.
Muhammad bin Muslim termasuk diantara
perawi yang paling populer dalam kitab-kitab hadits Syi’ah. Mirip dengan
Jaabir Al-Ju’fiy, ia juga meriwayatkan ribuan hadits dari para imam. Jumlah
hadits Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu tidak ada apa-apanya
dibandingkan dirinya.
Tapi naas, perawi ini pun kena laknat
imam.
حدثني محمد بن مسعود، قال حدثني جبريل بن أحمد،
عن محمد بن عيسى، عن يونس، عن عيسى بن سليمان وعدة، عن مفضل بن عمر، قال: سمعت ابا
عبد الله عليه
السلام يقول: لعن الله محمد بن مسلم كان يقول ان الله لا يعلم
الشئ حتى يكون
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin
Mas’uud, ia berkata : telah menceritakan kepadaku Jibriil bin Ahmad, dari
Muhammad bin ‘Iisaa, dari Yuunus, dari ‘Iisaa bin Sulaimaan dan beberapa orang
lainnya, dari Mufadldlal bin ‘Umar, ia berkata : Aku mendengar Abu
‘Abdillah ‘alaihis-salaam berkata : “Semoga Allah melaknat Muhammad
bin Muslim ! Ia telah berkata sesungguhnya Allah tidak mengetahui sesuatupun
hingga ia terjadi” [Ikhtiyaar Ma’rifatir-Rijaal,
hal. 394].
Jika telah kena laknat, apakah riwayatnya
dapat diterima ?. Apalagi laknat ini dilatarbelakangi karena perkataan bathil
Muhammad bin Muslim. Dan ingat,..... imam ma’shum tidak mungkin
salah.
Semoga informasi ini ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai,
ciapus, ciomas, bogor – 04081435/02062014 – 23:40].
[1] Uslub perkataan
Al-Baaqir (Abu ‘Abdillah) adalah uslub pengingkaran.
[2] Dr.
Dliyaaurrahmaan Al-A’dhamiy telah melakukan penelitian ulang terhadap musnad Abu
Hurairah yang diambil dari Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal dan
ditambah dengan riwayat dalam al-kutubus-sittah, dengan menyatakan bahwa
jumlah hadits Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu berjumlah 1336 buah.
Kemudian ia berkata : “Benar bahwa ada sejumlah riwayat lain (yang diriwayatkan
Abu Hurairah) di dalam kitab Al-Mustadrak milik Al-Haakim, Sunan
Al-Baihaqiy, Sunan Ad-Daaruquthniy, Mushannaf ‘Abdirrazzaq, dan
kitab-kitab hadits yang lain. Namun saya berani memastikan bahwa
riwayat-riwayat tersebut tidak mencapai jumlah yang disebutkan oleh para ulama.
Bahkan menurut dugaan kuat, tidak mencapai 2000 hadits” [Abu Hurairah fii
Dlau’i Marwiyyatihi oleh Dr. Dliyaaurrahmaan Al-A’dhamiy, hal. 76].
Berbeda halnya dengan beberapa pernyataan
ulama mutaqaddimiin – misalnya Ibnu Hazm – yang menyatakan jumlah
hadits Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu sebanyak 5374 buah.Wallaahu
a’lam.
Bagi orang yang telah tertipu oleh para
penipu, simaklah woro-woro berikut yang akan membuat mata menjadi melek
semelek-meleknya.
Ada orang tertipu oleh penipu yang
mengatakan bahwa Kitab Al-Kafy yang memuat hadits-hadits berjumlah 16.000an itu
tidak semuanya shahih, ada yang bilang sekitar 9.000an tidak shahih, berarti
separuh lebih tidak shahih. Dan ada pula yang mengatakan 2/3 nya tidak shahih.
Wow..berarti lebih dari 9.000an yang tidak shahih.
Benarkah demikian…?
Ada orang dari Iran yang mengatakan bahwa
sudah ada kitab yang memilih hadits-hadits shahih Al-Kafy dengan judul kitab
Shahih Al-Kafy karangan Syeikh Muhammad Baqir Al-Bahbudy, cetakan Beirut tahun
1401 H. ada 3 Juz. Namun sebelum kita meyakini kesaktian kitab ini, kita akan
melanglang buana dulu ke dunia lain dimana para Ulama besar syi'ah berkata
tentang kitab Al-Kafy.
Tersebutlah pada jaman dahulu seseorang
bernama Al-Kulainy yang menyusun kitabnya berjudul Al-Kafy. Ia berkata sendiri
tentang Al-Kafy bahwa kitabnya itu terkumpul di dalamnya semua cabang ilmu
agama yang cukup dengannya para muta'allim (pencari ilmu) dan mustarsyid
(pencari petunjuk). Ia mengatakan ini dalam Ushulul Kafy halaman 8.
Dan berikut kesaksian para ulama syi'ah
tentang kedigdayaan Al-Kulainy dan kitabnya Al-Kafy:
Gurunya berjumlah 36 syeikh sedang
muridnya berjumlah 15 orang.[muqaddimah kitab Alkafi oleh Khadim Ahlil Bait DR.
Husain Ali Mahfudz halaman 12-16 cetakan Darut Ta'aruf Lilmathbu'at Beirut
Libanon tahun 1990/1411.]
An-Najasyi berkata
: "Al-Kulainy adalah orang paling dipercaya dan paling kuat dalam
masalah hadits" [Kitab Ar-Rijal oleh An-Najasyi halaman 266, juga
kitab Khulashatul Aqwaal oleh Al-Hully halaman 71, dan kitab Ar-Rijal oleh Ibnu
Dawud halaman 48]
At-Thusy berkata : "Tsiqah
(kuat hafalannya) dan mengetahui tentang hadits-hadits." [kitab
Al-Fahrasat halaman 135]
Sayyid Ridha Ad-Din Ibnu Thawus berkata
: "Ia seorang syeikh yang telah disepakati ketsiqahannya dan
amanahnya."[kitab Kasyful Mahajjah halaman 158]
Ia juga berkata : "Riwayatnya
sempurna dan ilmu dirayahnya dapat dipercaya." [kitab Farajul Humum
halaman 90]
Ibnu Syahraasyuub berkata : "Ia
seorang yang Alim (mengetahui) tentang hadits-hadits." [kitab
Ma'alimul Ulama halaman 88]
Ibnul Atsir berkata : "Ia
termasuk jajaran imamnya syi'ah imamiyah dan juga ulama
mereka." [kitab Kamil Ibnil Atsir juz 8 hal.128]
Al-Qadhi As-Syustari berkata
: "Pemimpin para ahli hadits." [kitab Majalisul Mukminin
hal.194]
Sayyid Muhammad Baqir Al-Khawansary
berkata : "Ia adalah penjaga agama Islam." [Raudhaatul
Jannaat hal.552]
Abdul Husain Syarafuddin berkata
: "Sebaik-baik kitab yang disusun dalam hadits adalah empat kitab
yang seluruhnya adalah rujukan syi'ah imamiyah dalam masalah ushul dan furu'
mulai dari masa pertama sampai dengan saat ini adalah; Al-Kafy, At-Tahdzib,
Al-Istibshar dan Man La Yahdhuruhul Faqih. Semua haditsnya mutawatir dan
ditetapkan keshahihannya. Dan kitab Al-Kafy adalah yang paling terdahulu,
paling agung, paling bagus dan paling kuat haditsnya."[kitab
Al-Muraaja'aat hal.370
At-Thibrisiy berkata
: "Kedudukan kitab Al-kafy di antara kitab yang empat tersebut
laksana matahari di antara planet-planet lain. Seorang yang obyektif melihat
kitab ini niscaya akan mendapati para perawinya adalah kuat sehingga membuat
hati tenang dengan riwayatnya, keshahihannya dan
kedudukannya." [kitab Mustadrakul Wasa'il 3/532]
Al-Hurr Al-Amily berkata : "Faedah
keenam, bahwa kitab Al-Kafy adalah kitab yang penyusunannya dapat dibuat
sandaran, penisbatannya shahih, kedudukan haditsnya kuat yang bersumber dari
para imam." [kitab Al-Wasail hal.61]
At-Thahraniy berkata : "Al-Kafy
adalah kitab paling agung di antara kitab rujukan yang empat itu. Belum ada
yang menulis seperti itu dari keluarga Rasul." [kitab Adz-Dzari'ah
ila Tashanifis Syi'ah 17/245]
Syeikh Abbas Al-Qummy berkata
: "Kitab Islam yang paling agung, kitab imamiyah paling agung yang
belum pernah ada semisalnya." [kitab Al-Kunya wal Al-Qaab 3/98]
Khadim Ahlil Bait DR. Husain Ali Mahfudz
berkata : "Ahlul imamah dan Jumhur Syi'ah telah bersepakat atas
keutamaan kitab Al-Kafy dan kewajiban untuk mengambil hadits-haditsnya, percaya
dengan hadits-haditsnya dan mencukupkan diri dengan
hukum-hukumnya." [Muqaddimah kitab Al-Kafy halaman 21]
Syeikh Al-Mufid berkata
: "Kitab Al-Kafy adalah kitab Syi'ah paling agung dan paling banyak
manfaatnya." [kitab Tash-hihul I'tiqad halaman 27]
Muhammad bin Makky berkata : "Kitab
Al-Kafy adalah kitab yang belum pernah ditulis seorang pun dari
imamiyah." [kitab Biharul Anwar 25/67]
Ali bin Abdul Ali Al-Kurky berkata
: "Sebuah kitab besar dalam bidang hadits yang belum pernah ada
semisalnya, kitab ini mencakup semua hadits tentang syari'at dan
rahasia-rahasia agama yang belum pernah ada sebelumnya." [kitab
Biharul Anwar 25/67]
Al-Faidh berkata : "kitab yang
paling mulia, paling terpercaya, paling sempurna dan paling lengkap sebab ia
mengandung perkara-perkara ushul dan bebas dari kekurangan." [kitab
Al-Wafy 1/6]
Al-Majlisiy berkata : "Kitab
yang paling tepat dalam masalah ushul dan paling mencakup segalanya,
sebaik-baik dan seagung-agung kitab yang dikarang oleh firqah
najiyah." [kitab Mir'atul Uquul 1/3]
Bahkan di halaman 23 pada Muqaddimah
kitab Al-Kafy yang ditulis oleh Khadim Ahlil Bait DR. Husain Ali Mahfudz, bahwa
kitab Al-Kafy lebih tinggi dari kutubus sittah di kalangan "awam"
(mereka menyebut penyusun kutubus sittah dengan kata "ammah" yang
berarti orang-orang awam yang tidak mengerti hadits sebagaimana Al-Kulainy)
Dan masih banyak lagi....
Sungguh luar biasa ternyata sebanyak itu
pujian para Ulama syi'ah terhadap Al-Kulainy dan Al-Kafy.
Selanjutnya kita akan melihat ulah orang
sotoy yang mencoba mengelabui dan menipu orang-orang awam dengan mengatakan
bahwa kitab Al-Kafy tidak semuanya shahih. Dan tersebutlah sebuah kitab, ya,
sebuah kitab, kita ulangi lagi, sebuah kitab karangan Muhammad Baqir Al-Bahbudy
dengan judul yang kelihatannya wow banget yaitu Shahihul Kafy.
Tapi apa "pujian" Ulama Syi'ah
terhadapnya ?
Mari kita simak, dan setelahnya kita coba
bandingkan dengan kedigdayaan kitab Al-kafy, yuuuk mari...:
Syeikh Abdur Rasul Al-Ghifariy berkata
: "Kitab shahihul Kafy disusun tidak dengan metode yang diridhai, ia
menggugurkan hampir separuh isi kitab Al-Kafy, ia memilih hadits shahih yang
sesuai dengan seleranya. Saya kira dia tidak profesional dalam masalah hadits
atau tidak bisa memilah dan memilih. Dan pada cetakan yang kedua ia mengganti
judul kitabnya dengan "Zubdatul Kafy", dan ini semakin menunjukkan
kelakuan buruknya yang telah lalu. Saya tidak tahu prinsip apa yang dia pakai.
Ia tidak berjalan di atas jalan para ulama terdahulu sebagaimana ia telah jauh
dari jalan yang dilalui oleh ulama mutaakhkhirin." [kitab Al-Kafy
Wal-Kulainy halaman 453]
Sayyid Al-Askary berkata
: "Muhammad Baqir Al-bahbudy telah memilih 3.328 hadits shahih dan
membuang 11.693 hadits dari kitab Al-Kafy melalui ijtihadnya yang tidak
shahih." [kitab Ma'alimul Madrasatain 3/282]
Dan di halaman 283 ia menambahkan bahwa
kitab Shahihul Kafy ini tash-hihnya berpedoman pada kitab Rijal karangan Ibnul
Ghadhairiy yang tidak diakui oleh Ulama hadits syi'ah. Oleh karena itu kitab
Shahihul Kafy tidak diterima di Hauzah-hauzah ilmiyah.
Sayyid Kamal Al-Haidariy di halaman
resminya berkata : "saya tidak setuju dengan kitab Shahihul Kafy
Muhammad Baqir, dan sampai detik ini saya membela kitab
Al-Kafy." [http://alhaydari[DOT]com/ar/2012/09/38240/]
Dan di banyak kesempatan diskusi, orang-orang
syi'ah malah menuduh Muhammad Baqir Al-Bahbudy sebagai wahabi sedang nyamar.
Wkwkwkwkwk.....
Sekarang kita bandingkan dengan kitab
Shahihul Bukhari. Sampai detik ini belum ada ulama Islam yang mengarang kitab
seperti Muhammad Baqir Al-Bahbudy dalam rangka memilih dan memilah
hadits-hadits Imam Bukhari. Padahal Kitab Bukhari adalah kitab hadits number
one di kalangan umat Islam, sebagaimana kitab Al-Kafy di kalangan syi'ah sesuai
dengan pujian setinggi langit terhadapnya, bahkan Al-Kafy lebih tinggi dari
Al-Bukhari.
Kalaupun ada studi kritis terhadap Shahih
Bukhari maka itu tercatat sangat sedikit sekali, ada yang mengatakan sampai 23
hadits, namun tidak semua kritikan itu diterima, artinya ada kritikan yang
masih dapat dimentahkan sehingga ia tetap shahih. Dan ada juga yang
mengatakan hanya ada 2 hadits saja yang lemah. Kalau diprosentase, maka tingkat
keshahihan Bukhari masih di atas 99%, sedang Al-Kafy kalau sesuai dengan metode
Muhammad Baqir....? habis dah, Cuma 3.328 dari 16.121 hadits. Coba deh ambil
kalkulator dan dihitung berapa persen ?
Jadi kalau dibandingkan dengan kritikan
Muhammad Baqir terhadap Al-Kafy sangatlah jauh sekali, sejauh mata memandang
dari bawah sumur ke atas langit tingkat tujuh.
KESIMPULAN :
Kitab Al-Kafy adalah kitab number one,
dan ia akan tetap menjadi number one di kalangan syi'ah sebab sangatlah susah
bagi siapa saja pengikut Syi'ah melawan pujian setinggi langit dari para Ulama
terdahulunya dan tersekarangnya.
Dan dengan pujian ini, sekaligus susahnya
mengalahkan pujian itu, maka seluruh isi dari kitab Al-Kafy
adalah SHAHIH.Alias BAIK BURUKnya adalah BENAR dan SHAHIH.
Jadi buat pengikut agama Syi'ah yang
ikut-ikutan baik karena taklid buta maupun tidak buta, yang ingin mengelabui
dan menipu orang-orang awam di kalangan umat Islam, jangan macam-macam dengan
kitab Al-Kafy ya...bisa kualat nanti.
TAMBAHAN :
Ada beberapa Ulama Syi'ah yang
mempelajari hadits-hadits Al-Kafy dan semuanya bersepakat mendha'ifkan sebagian
besar riwayatnya. Berikut para Ulama yang tidak menshahihkan seluruh riwayat di
Al-Kafy :
1. Jumlah hadits shahih, hasan,
muwatstsaq dan kuat menurut Fakhruddin At-Thuraihiy adalah 41%.
2. Jumlah hadits shahih, hasan,
muwatstsaq dan kuat menurut Agha Bazrak At-Thahraniy adalah 37,5%
3. Jumlah hadits shahih, hasan,
muwatstsaq dan kuat menurut Muhammad Baqir Al-Bahbudy adalah 27,9%
4. Jumlah hadits shahih, hasan,
muwatstsaq dan kuat menurut Murtadha Al-Askary adalah 27,4%
Dan ternyata riwayat yang bisa diterima
dari kitab yang katanya lebih baik dari kutubussittah itu tidak sampai 50%.
-------------------------
Fairuz Ahmad.
Bintara, 7 Syawal 1434 H./ 14 Agustus
2013 M.
Betapa kaum Syi’ah adalah kaum pendusta
yang mengaku-ngaku pengikut Ahlul Bait, mereka membenci Sayyidinaa Mu’awiyyah,
melaknat beliau tiap siang dan malam mereka, padahal Imam Husain bin ’Ali
sendiri di kitab mereka begitu sharih (jelas) mendoakan RAHMAT kepada
beliau radhiyallaahu ’anhum.
فقال حسين كانه لا يظن ما يظن من موت معاوية:
الصلة خير من القطيعة، اصلح الله ذات بينكما فلم يجيباه في هذا بشئ، وجاء حتى جلس،
فأقرأه الوليد الكتاب ونعى له معاوية ودعاه إلى البيعة، فقال
حسين: انالله وانا إليه راجعون ورحم الله معاوية وعظم لك الاجر
Maka Husain berkata, nampaknya beliau
tidak menduga mengenai kematian Mu’awiyyah : “Persambungan itu lebih baik
daripada perpecahan.” Semoga Allah membuat baik keadaan kalian berdua (Marwan
bin Al-Hakam dan Al-Walid bin ‘Utbah). (Tetapi) mengenai hal ini keduanya tidak
menjawabi beliau sama sekali, (Lalu) beliau beranjak sehingga terduduk.
Kemudian Al-Walid membacakan sebuah kitab kepada beliau dan menceritakan berita
tentang kematian Mu’awiyyah serta mengajaknya untuk bai’at. Maka Husain
mengucapkan : "INNA LILLAAHI WA INNA ILAIHI RAAJI'UN, SEMOGA ALLAH
MERAHMATI MU’AWIYYAH DAN MEMBERIKAN PAHALA YANG BESAR KEPADAMU’’ [Maqtalu
Al-Husain oleh Dedengkot Abu Mikhnaf Luth bin Yahya Al-Azdi hal. 32, Darul
Mahajjah Al-Baidha']
Telah kita ketahui pada artikel-artikel
sebelumnya mengenai pernyataan para Ulama besar Syi'ah bahwa seluruh riwayat
yang ada pada Al-Kafi adalah shahih, sbb :
Hal tersebut sebagaimana dinyatakan oleh
dedengkot besar mereka, yakni Al-Khui yang juga menyertakan apa yang dinyatakan
gurunya mengenai Al-Kafi.. Al-Khui berkata :
وقد
ذكر غير واحد من الاعلام أن
روايات الكافي كلها
صحيحة ولا مجال لرمي
شئ منها بضعف سندها . وسمعت
شيخنا الأستاذ الشيخ محمد حسين النائيني - قدس
سره - في مجلس بحثه يقول : ( إن
المناقشة في إسناد روايات الكافي حرفة العاجز
Bukan satu orang saja dari kalangan alim
ulama yang menyebutkan bahwa semua riwayat dalam Al-Kafi adalah
shahihdan tidak ada ruang untuk membuang mana-mana riwayat padanya dengan
alasan sanad yang dha’if. Aku mendengar dari guru kami AL-Ustadz
Asy-Syaikh Muhammad Husain An-Na’ini berkata di dalam satu majlis: “Pembahasan
berkenaan dengan sanad-sanad riwayat dalam al-Kafi adalah pekerjaan yang
sia-sia” [Mu'jam Rijal Al-Hadits 1/81]
Abu Hurairah
dan Ahlu Bait Nabi dan hadits syi’ah
Kecintaan kepada keluarga Nabi merupakan
sifat keimanan seorang muslim.
Bagaimana dengan Abu Hurairah? Apakah
benar Abu Hurairah membenci Amirul Mu’minin Ali dan keluarganya, sebagaimana
diklaim oleh Syiah Imamiyah?
Sesungguhnya Abu Hurairah memuliakan Ahlu
Bait Nabi, berikut ini adalah buktinya:
Abu Hurairah, dialah yang meriwayatkan
kisah heroik Ali bin Abi Thalib dan keutamaannya waktu perang Khaibar. (HR.
Muslim).
Abu Hurairah dia yang meriwayatkan
manqabah (keutamaan) Sayyidah Fathimah sebagai penghulu wanita umat ini.
(Tarikh Kabir Bukhari).
Abu Hurairah terang-terangan menyatakan
kecintaannya kepada Hasan bin Ali (HR. Bukhari, Muslim, Adab Mufrad).
Diriwayatkan oleh Sa’id Al-Maqbari bahwa
Hasan bin Ali datang kepada kami, di mana kami sedang bersama Abu Hurairah, dan
Hasan memberikan salam, kamipun menjawabnya, akan tetapi Abu Hurairah tidak
mendengar, kemudian kami memberitahukannya bahwa Hasan datang dan memberi
salam, langsung Abu Hurairah mendatanginya dan berkata: Wa ‘alaika
as-salaam Yaa Sayyidi. Kemudian dia (Abu Hurairah) berkata: Sesungguhnya aku
mendengar Rasulullah berkata: Dia (Hasan) Sayyid. (Mustadrak dengan sanad
shahih, Majma Zawaid, Thabrani).
Dan di hari wafatnya Hasan bin Ali,
berdirilah Abu Hurairah di masjid Nabawi sembari menangis dan menjeritkan
dengan sepenuh suaranya: Wahai manusia! Meninggal hari ini kecintaan
Rasulullah, maka menangislah! (Tahdzib At-Tahdzib).
Dan siapakah yang meriwayatkan manaqib
Hasan dan saudaranya Husein bin Ali, sewaktu Hasan dan Husein berlari dan
lompat ke pangkuan Rasulullah yang tengah duduk? Sewaktu Rasulullah menciumi mereka
dan memeluk mereka?
Abu Hurairahlah yang meriwayatkan
hadits-hadits itu. Lihat Mustadrak Hakim, Musnad Ahmad, Bidayah wa Nihayah,
Tahdzib.
Jadi apa dasar yang menyebabkan
sekelompok orang membenci Abu Hurairah, dan menyatakan bahwa Abu Hurairah membenci
Ahlu Bait???
Yang pertama kali membuat kebohongan, dan
meriwayatkan hadits tanpa sanad bahwa Ali bin Abi Thalib memaki Abu Hurairah
adalah Nazzham dan Ishak Al-Iskafi, dua pembohong dari Mu’tazilah!
Kemudian bagaimana sikap keturunan Ali
bin Abi Thalib terhadap Abu Hurairah?
Ini Imam Ali Zainal Abidin meriwayatkan
hadits dari Abu Hurairah (Shahih Bukhari 3/178, Muslim 4/218).
Dan Umar bin Ali bin Husein meriwayatkan
dari ayahnya dari Abu Hurairah (Shahih Muslim 4/217, Musykil Al-Aastar, Tarikh
Jurjan). Semuanya dari Abdullah bin Mirjanah, yang merupakan pembesar
Syiah yang pertama-tama, yang dianggap
oleh Burqy (ahli hadits Syiah awal) merupakan salah satu sahabat terdekat Imam
Ali Zainal Abidin. (Buku-buku Syiah: Rijal Al-Burqy 9, Qamus Ar-Rijal Tustury).
Dan ini Ali Zainal Abidin meriwayatkan
hadist Abu Hurairah, yang berarti beliau meyakini kredibilitas Abu
Hurairah. Jadi apa yang terjadi sebenarnya di generasi-generasi kemudian,
setelah Zainal Abidin???
Kemudian ini Imam Muhammad Baqir dan Imam
Ja’far Shadiq, mereka meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah (Muslim 3/15, Ibnu
Majah, Nasai, Risalah Imam Syafi’i) dan kemudian sahabat-sahabat kedua Imam
meriwayatkan dari mereka. Subhanallah!
Kemudian Muhammad ibn Al-Hanafiyah dan
putranya, dan Ali bin Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husein.
Lantas mengapa Syiah justru mengkafirkan
Abu Hurairah dan begitu membencinya? Kebencian yang sama sekali tanpa dasar!
Tidak lain dan tidak bukan karena Abu Hurairah adalah sahabat yang paling
banyak meriwayatkan hadits, dengan mencederai Abu Hurairah maka akan cedera
pula agama Islam, dengan begitu mereka bisa menanamkan doktrin-doktrin
Syiah.(almanhaj.com/iz)
Ustadz
Agus Hasan Bashori, salah seorang ustadz yang aktif di dalam menyadarkan umat
Islam akan kesesatan ajaran Syiah telah menerbitkan sebuah buku yang berjudul:
Ahlul Bait & Sahabat, Hak & Kewajiban. Buku yang membuktikan kesesatan
akidah Syiah terhadap para Ahlul Bait & Sahabat ini cocok dijadikan sebagai
pasangan bagi buku panduan MUI Pusat : Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan
Syi’ah di Indonesia.
Muslim Indonesia memang menganut ajaran
Ahlussunnah wal Jama’ah, namun banyak yang tidak mengetahui secara memadai
tentang hak-hak dan kewajiban masing-masing dari sahabat dan ahlul bait. Bahkan
banyak dari mereka tidak mengetahui kalau nama “ahlul bait” yang dipakai oleh
orang Syiah justru mencederai ahlul bait itu sendiri. Dan banyak yang salah
ketika menyangka kalau Syiah Indonesia adalah moderat, bukan Syiah Rafidhah
apalagi ghulat.
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam
Hady al-Sari Muqaddimah Fath al-Bari, halaman 459 berkata mengenai 4 tingkatan
Syiah: “Tasyayyu” adalah kecintaan kepada Ali, dan mengunggulkan Ali
diatas para sahabat -kecuali Abu Bakar dan Umar-. Maka barangsiapa mengunggulkan
Ali di atas Abu Bakar dan Umar dia adalah orang yang ghuluw dalam tasyayyu’nya,
dan dia disebut Syiah Rafidhah. Jika tidak (mengunggulkannya diatas Abu Bakar
dan Umar) maka disebut Syi’i. Maka apabila hal itu ditambah dengan cacian atau
menyatakan kebencian (kepada Abu Bakar dan Umar) maka dia ghuluw (ekstrim) dan
rafdh (syiah rafidhah). Dan jika meyakini akidah raj’ah (kembalinya musuh-musuh
Syiah dari kuburnya sebelum kiamat) ke dunia (untuk dihukum) maka lebih hebat
lagi ghuluwnya.”
Dengan demikian jelaslah, bahwa Syiah
yang ada di Indonesia adalah Rafidhah, bahkan Ghulat Rafidhah, dan Ghulat
Ghulat Rafidhah!!!
Pemesanan:
Bapak Farid Baarya (Pemasaran Majalah al
Umm) di 08121338889(Jam Kerja)
Sumber:(majalahalumm/iz)
http://alfanarku.wordpress.com/
Menyoal Validitas Hadits Syi’ah
December 6, 2013 by alfanarku
Oleh: Bahrul Ulum*
Di beberapa media, Ketua Ikatan Jamaah
Ahlul Bait Indonesia (IJABI) Jalaluddin Rahmat, menyatakan bahwa perbedaan
antara Sunni dan Syiah terletak pada hadits. Jika hadits Sunni paling
besar berasal dari sahabat nabi seperti Abu Hurairah, sedang hadits Syiah
berasal dari Ahlul Bait (Keluarga Nabi Muhammad SAW).
Pernyataan ini sepintas lalu nampak
benar, padahal sebenarnya mengandung kekeliruan. Pada kenyataannya, hadits
Syiah yang diakui berasal dari Ahlul Bait perlu ditelisik kebenarannya.
Berdasar ilmu jarh wa ta’dil
hadits-hadits Syiah mengandung banyak kecacatan. Yang paling menonjol
yaitu jalur periwayatannya tidak memenuhi kriteria hadits yang sahih. Hal ini
diakui oleh ulama mereka seperti Muhammad bin Hasan Al Hurr Al Amili dalam
kitabnya Wasa’il Syi’ah. Ia mengatakan bahwa hadits shahih adalah hadits
yang diriwayatkan oleh seorang penganut imamiyah yang adil dan kuat hapalannya
di seluruh tingkatan periwayatan. Namun setelah menelisik kitab-kitab
hadits seperti Al-Kafi, Tahdzib al-Ahkam, Man La Yadluruhu al-Faqih, ia
kemudian mengakui bahwa kriteria itu tidak bisa diberlakukan terhadap
kitab-kitab tersebut. Jika hal itu diberlakukan maka seluruh hadits Syi’ah
tidak ada yang shahih karena ulama Syi’ah jarang sekali menyatakan status
keadilan seorang perawi. Mereka hanya menyatakan status tauthiq
(terpercaya), yang sama sekali tidak berarti perawi itu adil. Al Amili
menambahkan bahwa para ahli ilmu di kalangan mereka mengakui jika perawi Syiah
tidak bisa dinilai adil, karena perawi yang dianggap kafir dan fasiq dimasukkan
sebagai perawi terpercaya. (Lihat Wasa’il Syi’ah, juz 30 hal 260)
Akibat dari kelemahan tersebut banyak
sekali kontradiksi dalam hadits-hadits Syiah, termasuk menyangkut masalah
akidah yang penting. Kontradiksi ini akibat dari tidak adanya usaha
membedakan antara hadits shahih dan dhaif. Salah satu ulama Syiah yang mengeluh
adalah Muhammad bin Hasan At Thusi, karena setiap hadits pasti ada hadits
lain yang berlawanan. (Muhammad bin Hasan At-Thusy, Tahdzibul Ahkam, juz I, hal
45).
Karenanya banyak diantara ulama Syiah
sendiri yang meragukan ketsiqahan perawi mereka. Dampaknya, mereka ragu apakah
periwayatan tersebut berasal dari para Imam atau tidak. Sebab pada faktanya,
banyak hadits-hadits palsu yang isinya mustahil dinyatakan oleh para Imam. Jika
memang Imam benar mengatakannnya, namun perawinya tidak bisa dipercaya, atau
jika perawinya bisa dipercaya, tetapi tidak bisa dilakukan pembuktian karena
sanadnya terputus, dan perawi-perawinya majhul, tidak dikenal orangnya maupun
statusnya.
Hal ini bisa dimaklumi karena para
perawi Syiah banyak yang tinggal di Kufah, sedang para imam Syiah, khsususnya
Imam Baqir dan Imam Ja’far Shadiq, yang periwayatannya paling banyak dinukil,
tinggal di Madinah yang notabena Ahlu Sunnah. Yang tinggal di Kufah hanya
para Imam setelahnya seperti Musa Al Kazhim, atau Hasan Al Askari yang tidak
banyak dinukil oleh Syiah.
Apalagi masyarakat Kufah yang Syiah juga
dikenal sebagai kelompok yang tidak bisa dipercaya. Hal ini diakui sendiri
oleh Imam Ali Ridha. Diriwayatkan dari Musa bin Bakr al-Wasithi
katanya, Abu al-Hasan (Imam Ali ar-Ridha) berkata: “Kalau saya
mengklasifikasikan Syi’ahku, pasti aku tidak akan mendapati mereka kecuali
orang-orang yang mengaku saja (yaitu mencintai Ahl al-Bait). Kalau aku akan menguji
mereka pasti aku tidak akan temui kecuali orang-orang yang murtad. Kalau aku
mau membersihkan mereka (dari dakwaan mereka) tentu tidak akan tinggal walaupun
seorang dari seribu. Kalau aku mau menyelidiki keadaan mereka (yang sebenarnya)
pasti tidak akan tinggal dari kalangan mereka kecuali aku dapati mereka sambil
berbaring di atas sofa-sofa (dengan sombong) mengatakan bahwa kami adalah
Syi’ah Ali sedangkan Syi’ah Ali yang benar yaitu orang yang perbuatannya
membenarkan kata-katanya”. (al-Kulaini ar-Raudhah min al-Kafi juzl. 8 hal. 228)
Berdasar keterangan tersebut, klaim Syiah
yang mengatakan bahwa haditsnya berasal dari Ahlul Bait, masih perlu
dipertanyakan. Kemungkinan terjadinya penisbatan tanpa ada persambungan
kepada Imam Ja’far atau Imam Baqir sangat mungkin. Sebagai contoh
sebagaimana yang dilakukan oleh Jabir Al Ju’fi, salah satu perawi Syiah yang
banyak meriwayatkan hadits dari para Imam. Ia meriwayatkan tujuh puluh ribu
hadits dari Al Baqir, dan meriwayatkan seratus empat puluh ribu hadits dari
Imam lainnya seperti Imam Ja’far. (Al Hurr Al Amili, Wasa’il Syi’ah, juz XX,
hal 151)
Ironisnya, dengan jumlah hadits sebanyak
itu, ternyata Jabir hanya sekali menemui Imam Baqir dan belum pernah bertemu
Imam Ja’far. Hal ini dinyatakan oleh Imam Ja’far ketika ditanya tentang Jabir. “Demi
Allah aku hanya melihat dia menemui ayahku sekali saja, dia belum pernah masuk
menemuiku sama sekali.” (Ibnu Amr, Rijalul Kisyi, hal 196)
Selain itu Syiah juga tidak memiliki
standar untuk penilaian hadits atau riwayat. Sedangkan kontradiksi yang ada
pada riwayat-riwayat mereka begitu banyak. Dalam hal ini Al Faidh Al Kasyani
menyatakan: “Kita lihat mereka berbeda pendapat dalam sebuah masalah, hingga
mencapai dua puluh pendapat, tiga puluh pendapat atau lebih, bahkan aku bisa
mengatakan tidak ada masalah furu’ yang tidak ada perbedaan pendapat di
dalamnya, atau dalam masalah lain yang terkait.” (Al Faidh Husein
Al-Khasani, Al Wafi, Muqaddimah, hal 9)
Dari penjelasan tersebut dapat kita
ketahui bahwa sesungguhnya kitab-kitab hadits Syiah, yang menyertakan sanad di
dalamnya, masih terdapat banyak kontradiksi di dalamnya. Hal ini menunjukkan
bahwa kitab-kitab tersebut sengaja dibuat oleh orang-orang yang tidak mendalami
ilmu hadits. Hal seperti ini tidak akan terjadi pada ulama Sunni yang memiliki
metodologi yang mapan dalam masalah ini.[hdy].
*Penulis adalah Peneliti pada Institut
Pemikiran dan Peradaban Islam (InPAS) Surabaya.
Penjelasan Hadist Dua Belas Khalifah Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam
December 1, 2010 by alfanarku
Oleh : Abu Hannan Sabil Arrasyad
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami
memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada
Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amalan-amalan kami.
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada yang
menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, maka tidak akan ada yang
memberi petunjuk kepadanya.
Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak
ada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allah saja, tidak ada sekutu
bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.
Taktik Syiah Rafidhoh
Sebelum menjelaskan tentang kedudukan
hadist dua belas khalifah, maka saya jelaskan dahulu salah satu siasat
kebiasaan syiah rafidhoh dalam mempengaruhi kaum muslimin. Yang ini dilakukan
mereka di dalam banyak hal. Siasat dan kebiasaan itu adalah.
“ Mengkhususkan suatu dalil (nash) yang
berbentuk umum”
Penjelasannya : Merupakan satu kebiasaan
bagi Syi‘ah untuk memaksa dalil- dalil umum dari Al Qur’an dan hadist agar ia
khusus ditujukan kepada Ahlul Bait, radhiallahu ‘anhum.
Contohnya jika kita mengkaji seluruh Al
Qur’an, tidak ada satupun ayat yang secara khusus membicarakan hak kekhalifahan
Ahlul Bait ke pada umat Islam ini. Demikian juga, tidak ada satupun hadis sahih
yang menerangkan hak kepimpinan Ahlul Bait ke atas umat Islam.
Namun kita dapati Syi‘ah Rafidhoh
mengemukakan berbagai ayat dan hadis untuk mengangkat diri mereka sebagai
golongan yang benar dan hanya Ahlul Bait sebagai khalifah yang hak. Padahal
ayat dan hadis yang mereka kemukakan semuanya berbentuk umum dan tidak khusus
menunjuk kepada Ahlul Bait sebagai subjek khalifah.
Jawaban kita sebagai kaum muslimin kepada
mereka syiah rafidhoh dalam hal ini adalah
“ setiap dalil hendaknya diambil
berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali ada petunjuk lain
yang mengubah bentuk asal tersebut”
dalam hal ini dalil yang umum tidaklah
dikhususkan, karena jelas dalil-dalil Al Qur’an dan hadist yang shahih ada yang
berbentuk umum dan khususada yang berbentuk mutlak, ada yang berbentuk
membatas, ada yang berbentuk menetapkan, ada yang berbentuk menafikan, ada yang
berbentuk doa, ada yang berbentuk anjuran, ada yang berbentuk peringatan, ada
yang berbentuk isyarat dan lainnya. Semua bentuk-bentuk ini dapat dikenali
daripada dzohir susunan lafadz dan perkataan yang digunakan di dalam lafadz.
Adakalanya wujud dua dalil yang membahas
subjek yang sama, yang pertama berbentuk umum manakala yang kedua berbentuk
khusus, maka dalil yang kedua berperanan mengkhususkan keumuman dalil yang
pertama. Adakala wujud juga dua dalil yang membahas subjek yang sama, yang
pertama berbentuk mutlak manakala yang kedua berbentuk membatas, maka dalil
yang kedua berperanan membatasi kemutlakan dalil yang pertama. Di dalam
kedua-dua keterangan di atas, peranan dalil yang kedua disebut sebagai
“petunjuk lain yang mengubah bentuk asal tersebut” di mana yang asal itu adalah
dalil yang pertama.
Dalil-dalil AlQur’an dan hadist yang
shahih dengan segala bentuknya berasal daripada Allah Subhanahu wa Ta‘ala.
Bentuk-bentuk yang dimiliki oleh setiap dalil AlQur’an dan sunnah memiliki
peranan, tujuan dan hikmah yang tersendiri di dalam membentuk kesempurnaan
syari‘at Islam. Allah tidak sekali-kali menciri-cirikan dalil tersebut dengan
bentuk yang tertentu tanpa apa-apa peranan, tujuan dan hikmah didalamnya.
Apabila Allah berfirman dengan ayat yang bersifat umum, bererti Allah memang
mengkehendaki ia bersifat umum. Apabila Allah mengilhamkan RasulNya Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam untuk bersabda dengan sesuatu yang bersifat
memberi peringatan, berarti Allah memangn mengkehendaki itu bersifat memberi
peringatan. Demikianlah seterusnya bagi lain-lain bentuk dalil seperti mutlak,
membatas, menetapkan, menafikan, doa, anjuran, isyarat dan berbagai lainnya
lagi.
Justru seandainya Allah mengkehendaki hak
kekhalifahan berada di tangan Ahlul Bait, khususnya ‘Ali bin Abi Thalib,dan
keturunannya hanya dari pihak Husein saja seperti yang diyakini Syiah Rafidhoh
Allah akan menurunkan dalil yang berbentuk khusus lagi tepat bagi menetapkan
kekhalifahan mereka sehingga tidak timbul apa-apa kesamaran atau salah faham.
Ini sebagaimana tindakan Allah mengkhususkan kepimpinan kepada Nabi Daud
‘alaihi salam dan menetapkan kerajaannya:
Wahai Daud ! Sesungguhnya Kami telah
menjadikanmu khalifah di bumi, maka jalankanlah hukum di antara manusia dengan
(hukum syariat) yang benar (yang diwahyukan kepadamu). (QS Shad 38:26)
Kemudian Allah secara khusus menetapkan
Nabi Sulaiman ‘alaihi salam sebagai pewaris Nabi Daud ‘alaihi salam:
Dan Nabi Sulaiman mewarisi (pangkat
kenabian dan kerajaan) Nabi Daud. (QS An Naml 27:16)
Demikian juga, apabila Allah hendak
menerangkan bahawa Muhammad adalah RasulNya, Allah menerangkannya dengan jelas
lagi tepat sebagaimana firman-Nya:
Muhammad ialah Rasul Allah (QS Al Fath
48:29)
Hakikatnya kita tidak mendapati di dalam
Al Qur’an ayat yang berbunyi umpama: “Wahai ‘Ali dan keturunanmu dari husein !
Sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian khalifah di bumi ini…” atau: “ ‘Ali
dan keluarganya mewarisi kepimpinan Rasulullah” atau: “ ‘Ali bin Abi Thalib
ialah Khalifah Allah sesudah Muhammad.” atau apa-apa yang lain semisal dengan
itu. Ini tidak lain menunjukkan bahwa Allah memangnya tidak berkehendak
menetapkan kewajiban bahwa ‘Ali dan keturunannya harus sebagai khalifah umat
Islam sesudah Rasulullah.
Di dalam Sunnah yang shahih, yang ada
hanyalah beberapa hadist yang berbentuk doa, harapan, peringatan, anjuran dan
pesanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap Ahlul Bait beliau.
Semua ini tiada yang berbentuk mengkhususkan dan menetapkan khalifah ke pada
Ahlul Bait beliau. Maka di atas ketiadaan ini, Ahlussunnah tidak mengkhususkan
dan menetapkan jabatan khalifah kepada Ahlul Bait karana setiap dalil hendaklah
diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali jika ada
petunjuk lain yang mengubah bentuk tersebut.
Penjelasan tentang Hadist Dua Belas
Khalifah
Selanjutnya marilah kita bahas penjelasan
tentang hadist dua belas khalifah tersebut.
Saya kemukakan saja lafadz hadist yang
biasanya dinukil oleh orang-orang syiah rafidhoh. Untuk membela pemikiran dua
belas imamnya.
Lafadz hadits:
“Akan ada 12 khalifah” Berkata Jabir bin
samurah (perawi hadis): “Dan kemudian beliau bersabda dengan kalimat yang tidak
aku fahami. Ayahku berkata: “Semuanya dari orang Quraisy.” (HR Bukhari 329 dan
Muslim 4477)
Derajat hadist dan penjelasannya :
Hadist ini shahih keduanya dikeluarkan
oleh Imam Muslim dan Imam Bukhari dalam kitab shahihnya. Adapun tentang posisi
hadist ini ia masuk dalam kategori hadist yang berbentuk ramalan atau perkiraan
nabi tentang masa yang akan datang yang memberikan motivasi dan harapan kepada
kaum muslimin setelah beliau wafat. Salah satu motivasinya adalah bahwa Islam
ini akan tetap tegak, dan orang yang menegakkan Islam itu diantaranya adalah
dua belas khalifah tadi.
Yang dalam hal ini beliau sengaja tidak
menyebut nama khalifah tersebut kerana ini akan menghilangkan nilai motivasi
hadis. Sengaja beliau hanya menyebut angka dua belas supaya umat senantiasa
dimotivasi untuk memenuhi keseluruhan jumlah tersebut dari saat beliau wafat
hingga saat Hari Kiamat.
Terdapat juga beberapa hadis yang lain
yang semisal di mana beliau tidak menyebut nama atau waktu tempat. Diantaranya
adalah
Hadist pertama:
“Sesungguhnya Allah akan mengutus bagi
umat ini pada awal setiap seratus tahun seorang yang memperbaharui agamanya.”
(HR Abu Dawud dan dishahihkan oleh Imam Al Albani)
Perhatikan dengan jelas tidak disebut
siapakah nama mujaddid pembaharu tersebut.
Hadist kedua:
“Masa kenabian akan berlangsung pada
kalian dalam beberapa tahun. Kemudian Allah mengangkatnya. Selepas itu datang
masa kekhalifahan atas manhaj kenabian selama beberapa masa sehingga Allah
mengangkatnya. Kemudian datang masa kerajaan (mulk) yang buruk selama beberapa
masa, selanjutnya datang masa kerajaan menggigit selama beberapa masa, hingga
waktu yang ditentukan Allah.Selepas itu akan berulang kekhalifahan atas manhaj
kenabian. Kemudian Rasulullah diam.” (HR Ahmad dan At Thabrani, berkata Imam al
Haitsmani, para perawi At Thabrani (tsiqah) terpercaya)
Perhatikan siapa nama dan tempat yang
akan memerintah sebagai khalifah bermanhaj kenabian tidak disebut oleh Nabi
shallallahu alaihi wa sallam
Hadist Ketiga :
“Perumpamaan umatku adalah umpama hujan,
tidak diketahui apakah yang baik itu pada awalnya atau akhirnya.” (HR Bukhari)
Perhatikanlah tidak disebut dengan jelas
kapan waktu masa kebaikan dan keburukan tersebut. Dalam hadist-hadist di atas,
sengaja beliau Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. membiarkan ia “terbuka”
supaya umat berusaha memenuhinya. Ia berperanan sebagai pemberi motivasi kepada
sesiapa yang mau mencarinya.
Dari penjelasan diatas jelaskan bahwa
Nabi tidak menjelaskan siapa nama dua belas khalifah tersebut hanya dijelaskan
bahwa mereka berasal dari Quraisy adapun namanya tidak dijelaskan oleh Nabi
shallallahu alaihi wa sallam. Maka kembali ke kaidah yang disepakati
ahlussunnah di awal
“ setiap dalil hendaknya diambil
berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali ada petunjuk lain
yang mengubah bentuk asal tersebut”
Memang ada tafsiran dari para Ulama
Ahlussunnah bahwa dua belas khalifah tersebut yang jelas diantaranya memang
berasal dari Quraisy dan memang menduduki posisi khalifah adalah Al
Khulafaurrasyidin yaitu Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali radiyallahu anhuma.
Namun keempat khalifah tersebut bukannya mutlak karena Nabi memang tidak pernah
menyebut nama kedua belas khalifah tersebut. Kembali kepada kaidah
“ setiap dalil hendaknya diambil
berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali ada petunjuk lain
yang mengubah bentuk asal tersebut”
Adapun Syiah Rafidhoh seperti kebiasaan
di awal mereka memperalat dalil tersebut yang bersifat umum dan tidak menyebut
nama para khalifah tersebut untuk mengkhususkannya kepada para Imam keturunan
ahlul bait khususnya dari Husein saja. Yang Hal ini jelaslah kebathilannya.
Yang pertama mereka hanya dua orang saja
yang memang pernah menjadi khalifah yaitu Ali dan Hasan radiyallahu anhuma.
Sedangkan Husein radiyallahu anhu dan keturunannya tidak pernah menjadi
khalifah dan memang Quraisy seperti yang disebutkan hadist tersebut.
Kemudian yang kedua, jelas dalam hadist
tersebut tidak disebutkan nama-nama khalifah tersebut, tidak disebutkan pula
bahwa mereka haruslah keturunan ahlul bait. Apalagi haruslah keturunan Husein
bin Ali radiyallahu anhu, petunjuk dalam hadist itu hanyalah jumlahnya yang dua
belas khalifah dan keturunan Quraisy.
Jadi dalam hal ini Ahlussunnah wal
jama’ah tetap memegang kaidah :
“ setiap dalil hendaknya diambil
berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali ada petunjuk lain
yang mengubah bentuk asal tersebut”
tidak seperti syiah rafidhoh yang
memperalat hadist dan ayat Al Qur’an untuk memenuhi hawa nafsunya. Benarlah
sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
“Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang
mereka ada-adakan sepeninggalmu, maka saya berkata“Jauhlah.Jauhlah orang-orang
yang telah merubah-rubah sepeninggalku“ (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam
Al Fitan bab 1/6643) Imam Muslim dalam Al Fadlail bab 9/2291)
Maka setiap dalil Al Qur’an dan Sunnah
yang shahih adalah sempurna dalam bentuknya yang asal sebagai kesempurnaan yang
berasal daripada Allah Subhanahu wa Ta‘ala.
Seandainya Allah mengkehendaki Ali
radiyallahu anhu langsung setelah nabi yang menjadi khalifah ataupun keturunan
Husein radiyallahu anhu menjadi khalifah yang dua belas tersebut, Allah akan
menetapkannya dengan dalil yang berbentuk khusus, jelas lagi tepat baik itu
dari Al Qur’an dan Hadist yang shahih. Jelas Islam ini telah sempurna tidaklah
mungkin Allah dan Rasulnya meninggalkan umat ini dalam kebingungan. Padahal
Allah sendiri telah berfirman:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan
untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Kuridhai
Islam itu sebagai agama bagimu” ( QS. Al Maidah, 3)
Dan amat tidaklah mungkin pula jika Ali
Bin Abi Tholib radiyallahu anhu jika beliau memang ditunjuk langsung menjadi
khalifah setelah Nabi beliau menyembunyikan dalil penunjukkan tersebut, ini
secara tidak langsung berarti menuduh beliau (Ali) menyembunyikan ilmu, menuduh
beliau (Ali) sebagai pengecut yang tidak mau menegakkan kebenaran jika dalil
itu memang hak adanya.begitu juga Hasan,Husein dan lainnya jika mereka
mengetahui hal itu sebagaimana keyakinan kaum Syiah Rafidhoh.
Semoga shalawat dan salam senantiasa
Allah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam beserta keluarga dan para sahabatnya radiyallahu anhum ajmain dan
orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman
Maha Suci Engkau Ya Allah, dan dengan
memuji-Mu, saya bersaksi bahwa tiada
Tuhan yang berhak disembah melainkan
Engkau, saya memohon ampun dan
bertaubat kepada-Mu.
Wallahu a’lam
Kedudukan
Perintah Berpegang kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah lebih kuat dibandingkan
Al-Qur’an dan Ahlul BaitIn "analisa"
Posted in analisa | Tagged Hadits 12
khalifah, membantah
syubhat syi'ah | 26 Comments
26 Responses
on December 8,
2010 at 8:31 am | Replysaiful
anwar
Kutip,
_____________________________________________
Derajat hadist dan penjelasannya :
…………………………………………….. Adapun tentang posisi
hadist ini ia masuk dalam kategori hadist yang berbentuk ramalan atau perkiraan
nabi tentang masa yang akan datang yang memberikan motivasi dan harapan kepada
kaum muslimin setelah beliau wafat. Salah satu motivasinya adalah bahwa Islam
ini akan tetap tegak, dan orang yang menegakkan Islam itu diantaranya adalah
dua belas khalifah tadi.
_____________________________________________
Sekedar mau tanya;
Atas dasar dan dalil apa hadist tsb.
dikategorikan bahwa Nabi SAW meramal atau mengira-ira?
on December 8,
2010 at 8:52 am | Replysaiful
anwar
Kutip;
_____________________________________________
………………………….. Semua ini tiada yang
berbentuk mengkhususkan dan menetapkan khalifah ke pada Ahlul Bait beliau. Maka
di atas ketiadaan ini, Ahlussunnah tidak mengkhususkan dan menetapkan jabatan
khalifah kepada Ahlul Bait karana setiap dalil hendaklah diambil berdasarkan
bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali jika ada petunjuk lain yang
mengubah bentuk tersebut.
_____________________________________________
Pertanyaan 2:
Bukankah khalifah akhir zaman adalah Imam
Mahdi?
Bagaimana penafsiran yang sebenarnya
dengan 2 hadist sahih ini?
1) Diriwayatkan dari Ummu Salamah RA
bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Al Mahdi dari keturunan Fathimah.”
(HR Abu Dawud No. 4284, Ibnu Majah No. 4086 dan dinyatakan sahih oleh Al Bani
dalam Shahih Ibnu Majah No. 3301 dan Al Jami’ Ash Saghiir No. 6610.)
2) Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud
RA. bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Dunia tidak musnah kecuali
orang Arab dikuasai seorang lelaki dari Ahlul Baitku yang namanya sama dengan
namaku.” (HR At Tirmizdi no. 2230 dan dinyatakan sahih oleh Al Bani dalam
Shahih At Tirmidzi No. 1818)
on December 11,
2010 at 5:44 am | Replysandi
@ Saiful,
Bukankah khalifah akhir zaman adalah Imam
Mahdi?
Bagaimana penafsiran yang sebenarnya
dengan 2 hadist sahih ini?
1) Diriwayatkan dari Ummu Salamah RA
bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Al Mahdi dari keturunan Fathimah.”
(HR Abu Dawud No. 4284, Ibnu Majah No. 4086 dan dinyatakan sahih oleh Al Bani
dalam Shahih Ibnu Majah No. 3301 dan Al Jami’ Ash Saghiir No. 6610.)
2) Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud
RA. bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Dunia tidak musnah kecuali
orang Arab dikuasai seorang lelaki dari Ahlul Baitku yang namanya sama dengan
namaku.” (HR At Tirmizdi no. 2230 dan dinyatakan sahih oleh Al Bani dalam
Shahih At Tirmidzi No. 1818)
Lha terus apa masalahnya? memang benar
Imam Mahdi adalah keturunan Nabi SAW, apakah hadits tsb menunjukkan bahwa
khalifah harus dari keturunan Nabi SAW? mana yg nyebutin itu? bukankah Nabi SAW
hanya menyebutkan bahwa Imam Mahdi adalah dari keturunan beliau dan tidak
mengatakan bahwa khalifah2 sebelumnya dari dari keturunan beliau? atau sekali
lagi angan2 anda yg berbicara??
Lihat Nama Imam Mahdi adalah sama dengan
nama Nabi dan kunyah beliau yaitu Muhammad bin Abdullah bukan Muhammad bin
Hasan Al-Askari. Bagaimana pendapat anda?
Perhatikan cuplikan artikel di bawah,
apakah anda bisa menjawabnya?
seandainya Allah mengkehendaki hak
kekhalifahan berada di tangan Ahlul Bait, khususnya ‘Ali bin Abi Thalib,dan
keturunannya hanya dari pihak Husein saja seperti yang diyakini Syiah Rafidhoh
Allah akan menurunkan dalil yang berbentuk khusus lagi tepat bagi menetapkan
kekhalifahan mereka sehingga tidak timbul apa-apa kesamaran atau salah faham.
Ini sebagaimana tindakan Allah mengkhususkan kepimpinan kepada Nabi Daud
‘alaihi salam dan menetapkan kerajaannya:
Wahai Daud ! Sesungguhnya Kami telah
menjadikanmu khalifah di bumi, maka jalankanlah hukum di antara manusia dengan
(hukum syariat) yang benar (yang diwahyukan kepadamu). (QS Shad 38:26)
Kemudian Allah secara khusus menetapkan
Nabi Sulaiman ‘alaihi salam sebagai pewaris Nabi Daud ‘alaihi salam:
Dan Nabi Sulaiman mewarisi (pangkat
kenabian dan kerajaan) Nabi Daud. (QS An Naml 27:16)
Demikian juga, apabila Allah hendak
menerangkan bahawa Muhammad adalah RasulNya, Allah menerangkannya dengan jelas
lagi tepat sebagaimana firman-Nya:
Muhammad ialah Rasul Allah (QS Al Fath
48:29)
Hakikatnya kita tidak mendapati di dalam
Al Qur’an ayat yang berbunyi umpama: “Wahai ‘Ali dan keturunanmu dari husein !
Sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian khalifah di bumi ini…” atau: “ ‘Ali
dan keluarganya mewarisi kepimpinan Rasulullah” atau: “ ‘Ali bin Abi Thalib
ialah Khalifah Allah sesudah Muhammad.” atau apa-apa yang lain semisal dengan
itu. Ini tidak lain menunjukkan bahwa Allah memangnya tidak berkehendak
menetapkan kewajiban bahwa ‘Ali dan keturunannya harus sebagai khalifah umat
Islam sesudah Rasulullah.
on December 15,
2010 at 7:45 am | Replysaiful
anwar
@sandi
menggunakan aql itu sangat penting,
berfikirlah secara holistik dan jangan secara parsial. Kalau anda menganggap
bahwa 2 hadist itu sahih, saya hanya ingin mengatakan bahwa ketetapan Allah SWT
terhadap Imamah/Kepemimpinan Islam sejak dulunya hingga hari kiamat itu sudah
jelas dan pasti, yakni;
1) Berdasarkan penunjukan langsung dari
Allah SWT, atau Nabi-Nya (sebagaimana dicontohkan juga oleh Nabi Daud AS.
Sebagaimana anda kutip bahwa Sulaiman AS sebagai pewaris Nabi Daud AS) – baca
juga ayat ketika Nabi Daud AS menunjuk langsung orang kepercayaannya.
2) Imamah hanya dianugerahkan berdasarkan
pewarisan Dzurriyat yang tidak zalim. Sebagaimana dikabulkannya do’a Ibrahim AS
(QS 2:124).
Makna dzurriyat ini berarti pastinya
Imamah Ahlul Bait dari Nabi Ibrahim AS terus berlanjut kepada Rasulullah SAW
dan Imam ‘Ali AS, dan hingga hari Kiamat diemban oleh Imam Mahdi AS yang
merupakan dzurriyat dari Sayyidah Fathimah SA, sebagaimana 2 hadist tsb. yang
menyatakan demikian.
Saya hanya ingin menegaskan bahwa prinsip
penulis (Abu hanan) diatas telah diluruskan oleh nash-nash Al Qur’an dan Hadist
Nabi SAW.
Khususnya yang ini, saya kutip lagi
deh……..
____________________________________________
………………………….. Semua ini tiada yang
berbentuk mengkhususkan dan menetapkan khalifah ke pada Ahlul Bait beliau. Maka
di atas ketiadaan ini, Ahlussunnah tidak mengkhususkan dan menetapkan jabatan
khalifah kepada Ahlul Bait karana setiap dalil hendaklah diambil berdasarkan
bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali jika ada petunjuk lain yang
mengubah bentuk tersebut.
____________________________________________
Jadi tolong anda pahami dulu
prinsip-prinsip Allah SWT dalam persoalan Imamah/Khalifah ini, secara
menyeluruh, sebab sunnatullah itu tidak berubah.
Saya kira banyak yang belum memahami
bahwa Muhammad SAW selain beliau SAW mengemban misi Kenabian/Kerasulan, beliau
juga adalah seorang Khalifah, seorang Waliy dan juga seorang Imam.
Apakah anda tidak menggunakan aql?
on December 15,
2010 at 8:11 am | Replysandi
@Saiful,
Yang tidak menggunakan akal itu anda, kok
ga ngrasa sich :mrgreen:
Jika anda menggunakan akal sehat, coba
tampilkan saja di ayat Al-Qur’an atau hadits yang mana yang menyebutkan tentang
Imam 12 secara lengkap spt versi syi’ah?
Hakikatnya kita tidak mendapati di dalam
Al Qur’an ayat yang berbunyi umpama: “Wahai ‘Ali dan keturunanmu dari husein !
Sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian khalifah di bumi ini…” atau: “ ‘Ali
dan keluarganya mewarisi kepimpinan Rasulullah” atau: “ ‘Ali bin Abi Thalib
ialah Khalifah Allah sesudah Muhammad.” atau apa-apa yang lain semisal dengan
itu. Ini tidak lain menunjukkan bahwa Allah memangnya tidak berkehendak
menetapkan kewajiban bahwa ‘Ali dan keturunannya harus sebagai khalifah umat
Islam sesudah Rasulullah.
Belum lagi pertanyaan kenapa harus
keturunan Husein, bukannya keturunan Hasan?, kenapa harus Ja’far Ash Shodiq
bukan Ismail? Terus mana mereka pernah memimpin Umat ini? menjadi khalifah yg
memimpin umat? seperti Daud, Sulaiman maupun Nabi Muhammad SAW, atau khulafaur
rasyidin? tunjukkan dalil yang jelas! yg jelas sejelas matahari!
Jika tidak ada, maka Imamah Ala Syi’ah yg
katanya kalo orang mengingkari-nya kafir adalah BATHIL! hanya angan-angan
syi’ah saja. Sadarlah, argumentasi anda itu sangat lemah dan penuh dengan kira2
serta angan2 yang tidak pasti! sangat gampang diruntuhkan oleh lawan diskusi
anda, Pikir pakai akal, jangan biarkan virus rafidhah merusak akal sehat anda!
jangan mau dibodohi oleh kaum rafidhah!
on December 15,
2010 at 10:21 am | Replysaiful
anwar
ini strategi mengalihkan persoalan…, he
he….
eh….. sandi, saya bahas apa, anda
tanggapi yang mana, gak jelas.
ya step by step donk, kalo memang anda
punya aql.
kita bahas dulu prinsip2 Allah SWT dalam
persoalan Imamah/Khalifah ini, secara menyeluruh, sebab sunnatullah itu tidak
berubah.
jangan hanya sok pintar, tunjukan saja
yang mana tulisan2 saya yang salah, dan mana yang benar menurut anda.
on December 15,
2010 at 11:49 am | Replysandi
Saya sudah sampaikan berkali-kali,
silahkan tunjukkan saja mana ayat yang dengan jelas menyebutkan tentang 12 Imam
yang dianggap sebagai akidah oleh syi’ah dan kafir bagi yang mengingkarinya,
sebagaimana Allah menunjuk Ibrahim, Daud, Sulaiman, Nabi Muhammad SAW. Karena
akidah adalah permasalahan yang sangat esensi, maka dalil harus jelas dan tidak
ada celah bagi para penolaknya. Sedangkan argumentasi anda hanya berputar-putar
penuh dengan kesimpulan2 yg berdasarkan perkiraan, dugaan, perasaan dan angan2
yang dengan mudah dapat dipatahkan oleh siapapun yang berakal sehat.
on December 22,
2010 at 8:36 am | Replysaiful
anwar
Kalau memang anda punya aql sehat………,
seharusnya anda concern saja dengan tulisan/makalah Abu Hannan diatas.
Saya disini hanya menaggapi tulisan/makalah
tsb diatas saja, jadi tidak membahas soal pandangan Syiah atau Ahlus Sunnah, he
he he……
Saya hanya menunjukkan bahwa pernyataan
Abu Hannan ini:
saya kutip lagi:
———————————————————————–
………..Demikian juga, tidak ada satupun
hadis sahih yang menerangkan hak kepimpinan Ahlul Bait ke atas umat Islam.
———————————————————————–
bahwa pernyataan tersebut bertentangan
dengan nash/dalil hadist Nabi SAW. dibawah ini.
Ok deh, nih saya kutip lagi:
———————————————————————-
1) Diriwayatkan dari Ummu Salamah RA
bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Al Mahdi dari keturunan Fathimah.”
(HR Abu Dawud No. 4284, Ibnu Majah No. 4086 dan dinyatakan sahih oleh Al Bani
dalam Shahih Ibnu Majah No. 3301 dan Al Jami’ Ash Saghiir No. 6610.)
2) Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud
RA. bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Dunia tidak musnah kecuali
orang Arab dikuasai seorang lelaki dari Ahlul Baitku yang namanya sama dengan
namaku.” (HR At Tirmizdi no. 2230 dan dinyatakan sahih oleh Al Bani dalam
Shahih At Tirmidzi No. 1818)
Jadi persoalan ini bukan pandangan Syiah
atau Ahlus Sunnah. Ini ada lah persoalan amar makruf nahi munkar dalam Islam.
Nampaknya anda ini sok pintar dan selalu
merasa paling benar, dan juga merasa berakal sehat lagi, hi hi hi…..
on December 22,
2010 at 11:10 am | Replysandi
Saiful,
Anda mesti memahami dulu kalimat Abu
Hannan di atas dengan baik..
………..Demikian juga, tidak ada satupun
hadis sahih yang menerangkan hak kepimpinan Ahlul Bait ke atas umat Islam.
Saya ingin tanya, apakah keturunan ahlul
bait itu disebut juga ahlul bait? Imam Mahdi adalah keturunan (Dzuriyat) ahlul
bait, Anda bisa bedakan ga sih antara Ahlul Bait dan Keturunan Ahlul bait?
apakah orang-orang yang silsilah-nya bertemu dengan ahlul bait disebut ahlul
bait? ataukah disebut dzuriyat?
Kemudian, apakah hadits2 yg anda sebutkan
adalah sebagai dalil pengkhususan bahwa hanya ahlul bait yang berhak memimpin
umat Islam sedangkan yang lain tidak berhak? padahal Nabi SAW di dalam hadits
tsb hanya bersabda untuk khalifah terakhir adalah Imam Mahdi keturunan Ahlul
Bait beliau, tetapi beliau tidak mengatakan bahwa khalifah harus-lah dari ahlul
bait.
on December 29,
2010 at 8:43 am | Replysaiful
anwar
@sandi menulis….
———————————————————————-
Anda mesti memahami dulu kalimat Abu
Hannan di atas dengan baik..
………..Demikian juga, tidak ada satupun
hadis sahih yang menerangkan hak kepimpinan Ahlul Bait ke atas umat Islam.
———————————————————————
disitu ada kalimat-kalimat:
1) tidak ada satupun hadist sahih —–>
eee taunya ada hadist sahih, malah lebih dari satu he he ehe…….
2) hak kepemimpinan atas ummat Islam
—–> ummat Islam itu sudah ada sejak dulu hingga hari kiamat bung……
Kalau Abu Hannan meniadakan kepemimpinan
Ahlul Bait ke atas umat Islam, berarti Abu Hannan belum pernah baca hadist
tentang Hak Kepemimpinan Ahlul Bait Rasulullah SAW.
Mengenai pertanyaan anda, itu sudah
terjawab oleh Rosul SAW, kenapa harus tanya saya, saya gak tau apa-apa, saya
tau karena membaca Hadist sahih tsb. hi hi hi…..
makanya anda baca itu pake aql sehat
donk……….., ini saya kutipin lagi dari hadist 1 & 2.
1) ….“Al Mahdi dari keturunan Fathimah.”
—–> ini bermakna bahwa Al Mahdi adalah dzurriyyah Rasul SAW, dengan demikian
Al Mahdi silsilahnya nyambung juga sampe ke Ibrahim AS.
2) ……..dikuasai seorang lelaki dari Ahlul
Baitku…. ——–> berarti “Lelaki tsb” (yakni Imam Mahdi) disebut oleh
Rasulullah SAW sebagai “Ahlul Baitku”.
“Ku” disitu adalah Rasulullah SAW, dengan
demikian Imam Mahdi disebut oleh Rasul SAW sebagai Ahlul Bait juga.
Jadi 2 hadist itulah yang menjawab
pertanyaan anda dengan sejelas-jelasnya…..
Halooooooo……., dimana fithrah, kehanifan
dan aql sehat anda?
on December 29,
2010 at 11:05 am | Replysandi
Saiful,
Mestinya yg harus menggunakan akal yang
jernih, Jelas sekali ke dua hadits tersebut saling menjelaskan bahwa Imam Mahdi
adalah keturunan (dzuriyat) ahlul bait Nabi SAW yaitu Fathimah, makanya nabi
SAW mengatakan : seorang lelaki dari ahlul baitku artinya seorang
lelaki keturunan/dzuriyat ahlul baitku sebagaimana dijelaskan oleh
hadits yang lainnya. gimana sih.. :mrgreen:
Kemudian, apakah hadits2 yg anda sebutkan
adalah sebagai dalil pengkhususan bahwa hanya ahlul bait yang berhak memimpin
umat Islam sedangkan yang lain tidak berhak? padahal Nabi SAW di dalam hadits
tsb hanya bersabda untuk khalifah terakhir adalah Imam Mahdi keturunan Ahlul
Bait beliau, tetapi beliau tidak mengatakan bahwa khalifah harus-lah dari ahlul
bait.
Jawab saja pertanyaan saya ini dengan
jelas jika anda mempunyai akal yang sehat :)
Itulah yang dimaksud Abu Hannan, memang
tidak ada satu dalil pun yg mengatakan hak kekhalifahan itu harus di tangan
ahlul bait. sedangkan hadits2 yg anda sebutkan hanya menginformasikan bahwa di
akhir jaman ada seorang khalifah/imam mahdi dari keturunan Ahlul Bait beliau.
sedangkan sebelum Imam Mahdi terdapat beberapa khalifah dan beliau tidak
mengatakan bahwa mereka adalah dari kalangan keturunan ahlul bait beliau dan
kenyataannya tidak semua dari kalangan keturunan ahlul bait, beliau hanya mengatakan
dari Quraisy.
عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ
قَالَ كَتَبْتُ إِلَى جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ مَعَ غُلَامِي نَافِعٍ أَنْ
أَخْبِرْنِي بِشَيْءٍ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ فَكَتَبَ إِلَيَّ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ جُمُعَةٍ عَشِيَّةَ رُجِمَ الْأَسْلَمِيُّ يَقُولُ لَا
يَزَالُ الدِّينُ قَائِمًا حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ أَوْ يَكُونَ عَلَيْكُمْ
اثْنَا عَشَرَ خَلِيفَةً كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ عُصَيْبَةٌ
مِنْ الْمُسْلِمِينَ يَفْتَتِحُونَ الْبَيْتَ الْأَبْيَضَ بَيْتَ كِسْرَى أَوْ آلِ
كِسْرَى
Daripada ‘Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqas
katanya, saya menulis kepada Jabir bin Samurah bersama hambaku Nafi’ supaya
engkau ceritakan kepadaku sesuatu yang engkau mendengarnya daripada Rasulullah
s.a.w., Dia (‘Amir) berkata, “lalu dia (Jabir) menulis kepadaku, “aku mendengar
Rasulullah s.a.w. pada hari Jumaat ……….. yang direjam Ma’iz al-Aslami bersabda,
“agama ini akan terus teguh sehingga berlakunya kiamat agau sehingga kamu
dikuasai oleh dua belas orang khalifah, mereka semuanya dari Quraisy”. Aku
mendengarnya bersabda lagi, “satu kelompok dari orang-orang Islam akan menakluk
rumah putih iaitu rumah (kerajaan) Kisra atau keluarga Kisra”.(Hadith Riwayat
Muslim)
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ فُرَاتٍ الْقَزَّازِ قَالَ
سَمِعْتُ أَبَا حَازِمٍ قَالَ قَاعَدْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ خَمْسَ سِنِينَ
فَسَمِعْتُهُ يُحَدِّثُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا
هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ
خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ
الْأَوَّلِ فَالْأَوَّلِ أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ
عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
HR. Bukhari
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
besabda: “Bani Isra’il kehidupan mereka selalu didampingi oleh para Nabi, bila
satu Nabi meninggal dunia, akan dibangkitkan Nabi setelahnya. Dan sungguh tidak
ada Nabi sepeninggal aku. Yang ada adalah para khalifah yang banyak jumlahnya”.
Tapi yang sesuai manhajnya para Nabi
cuman dikit, liat lagi dimari,
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ
الطَّيَالِسِيُّ حَدَّثَنِي دَاوُدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْوَاسِطِيُّ حَدَّثَنِي
حَبِيبُ بْنُ سَالِمٍ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ
كُنَّا قُعُودًا فِي الْمَسْجِدِ مَعَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ بَشِيرٌ رَجُلًا يَكُفُّ
حَدِيثَهُ فَجَاءَ أَبُو ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيُّ فَقَالَ يَا بَشِيرُ بْنَ سَعْدٍ
أَتَحْفَظُ حَدِيثَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
الْأُمَرَاءِ فَقَالَ حُذَيْفَةُ أَنَا أَحْفَظُ خُطْبَتَهُ فَجَلَسَ أَبُو
ثَعْلَبَةَ فَقَالَ حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ
يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى
مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ
يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا
فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ
يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ
تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً
عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
HR. Ahmad
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Akan berlangsung kenabian di tengah tengah kalian selama kurun waktu
tertentu yang Allah kehendaki, lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki
untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung kekhilafahan menurut sistim kenabian
selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila
Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung kerajaan yang bengis
selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila
Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung pemerintahan yang
menindas selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia
mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian akan
berlangsung kembali ke khalifahan menurut sistim kenabian. Kemudian beliau berhenti”.
Berpikirlah wahai yg punya akal sehat jgn
jumud.
on December 30,
2010 at 3:17 am | Replysaiful
anwar
@sandi menulis
———————————————————————–
Mestinya yg harus menggunakan akal yang
jernih, Jelas sekali ke dua hadits tersebut saling menjelaskan bahwa Imam Mahdi
adalah keturunan (dzuriyat) ahlul bait Nabi SAW yaitu Fathimah, makanya nabi
SAW mengatakan : seorang lelaki dari ahlul baitku artinya seorang lelaki
keturunan/dzuriyat ahlul baitku sebagaimana dijelaskan oleh hadits yang
lainnya. gimana sih.. :mrgreen:
———————————————————————-
Lhoooooo……, kenapa anda tanya? padahal
anda mengaku sudah paham, mubazzdir………hi hi hi….
Nih…. saya kutip lagi pertanyaan anda:
———————————————————————-
Saya ingin tanya, apakah keturunan ahlul
bait itu disebut juga ahlul bait? Imam Mahdi adalah keturunan (Dzuriyat) ahlul
bait, Anda bisa bedakan ga sih antara Ahlul Bait dan Keturunan Ahlul bait?
apakah orang-orang yang silsilah-nya bertemu dengan ahlul bait disebut ahlul
bait? ataukah disebut dzuriyat?
———————————————————————-
Dan anda perlu ingat disini saya hanya
menaggapi inti tulisan Abu Hannan, yang menyatakan:
…….tidak ada satupun ayat yang secara
khusus membicarakan hak kekhalifahan Ahlul Bait ke pada umat Islam ini.
Demikian juga, tidak ada satupun hadis sahih yang menerangkan hak kepimpinan
Ahlul Bait ke atas umat Islam.
Padahal 2 hadist sahih itu, merupakan
ketetapan Allah dan Rasul-Nya mengenai hak kepimpinan Ahlul Bait ke atas umat
Islam.
Jadi hak kepemimpinan Ahlul Bait terhadap
ummat Islam jelas ada kan?
Itu saja dulu, he he he………
on December 30,
2010 at 4:01 am | Replysandi
…….tidak ada satupun ayat yang secara
khusus membicarakan hak kekhalifahan Ahlul Bait ke pada umat Islam ini.
Demikian juga, tidak ada satupun hadis sahih yang menerangkan hak kepimpinan
Ahlul Bait ke atas umat Islam.
Padahal 2 hadist sahih itu, merupakan
ketetapan Allah dan Rasul-Nya mengenai hak kepimpinan Ahlul Bait ke atas umat
Islam.
Jadi hak kepemimpinan Ahlul Bait terhadap
ummat Islam jelas ada kan?
Sekali lagi anda masih belum memahami
kalimat Abu Hannan di atas, memang benar tidak ada satu ayat ataupun hadits
yang secara khusus membicarakan hak kekhalifahan ahlul bait, artinya tidak ada
satu dalil pun mengatakan bahwa khalifah itu harus (hak) dari ahlul bait, jadi
bisa siapa saja asal dari Qurays gitu loh mas. dan hadits2 yg anda sebutkan
tidak relevan dengan apa yg dimaksud Abu Hannan.
on December 30,
2010 at 5:04 am | Replysaiful
anwar
@sandi…. saya baca seluruhnya tulisan Abu
Hannan diatas, bahwa Abu Hannan meniadakan samasekali hak Ahlul Bait dalam
kepemimpinan , harusnya anda baca keseluruhannya.
anda menulis seperti ini
———————————————————————
……………., artinya tidak ada satu dalil pun
mengatakan bahwa khalifah itu harus (hak) dari ahlul bait, jadi bisa siapa saja
asal dari Qurays gitu loh mas. dan hadits2 yg anda sebutkan tidak relevan
dengan apa yg dimaksud Abu Hannan.
———————————————————————
Ok sekarang saya tanya aja deh:
1) Kenapa anda tidak menyatakan setuju,
dengan hak kepemimpinan Imam Mahdi diakhir zaman, yang jelas sudah ditetapkan
Nabi SAW?
2) Khalifah/Imam boleh siapa saja asalkan
dari Quraisy, tolong dalil Qur’annya mana?
3) Hadist2 yg saya sebutkan tidak relevan
dengan tulisan Abu Hannan, maksudnya bagaimana?
on January 12,
2011 at 11:44 am | Replysandi
@Saiful,
1) Kenapa anda tidak menyatakan setuju,
dengan hak kepemimpinan Imam Mahdi diakhir zaman, yang jelas sudah ditetapkan
Nabi SAW?
Siapa yang tidak menyatakan setuju dengan
hak kepemimpinan Imam Mahdi diakhir zaman, yang jelas sudah ditetapkan Nabi
SAW? Saya tidak pernah mengatakan tidak setuju, baca lagi donk!
2) Khalifah/Imam boleh siapa saja asalkan
dari Quraisy, tolong dalil Qur’annya mana?
Ini nih gaya ente yang plin plan, padahal
sudah dikasih hadits shahih, katanya anda yakin akan hadits shahih? ternyata
ente masih ga terima juga dg berbagai alasan, Bukankah anda pernah menyinggung
bahwa Imam harus dari keturunan Ibrahim yg ayatnya terdapat dalam Al-Qur’an?
bukankah Quraysi juga keturunan Ibrahim AS?
3) Hadist2 yg saya sebutkan tidak relevan
dengan tulisan Abu Hannan, maksudnya bagaimana?
Waduh gimana ngejelasinnya ya biar ente
paham??
on January 5,
2011 at 6:13 am | ReplyAlaydrouz
Hahahaha..ya gini ini hasil dari orang yg
KURANG RASA CINTANYA kepada Rosulullah dan jauh dari dzuriyyatnya trs sok
pintar jabarin hadist..
Hadist seperti itu di bilang hadist
motivasi dan ramalan,wakakakakakakakak..lelucon apalagi ini,emangnya Rosulullah
tukang ramal atau di utus untuk meramal ??
Dan kalo untuk motivasi,lebih gak mungkin
lagi..emangnya ummat Rosulullah pada saat itu hanya orang2 quraisy saja? Hingga
hanya mereka saja yg dimotivasi atau di support..?? G adil bgt,hahahaha..
Itu hadist ciri2 atau petunjuk,agar
ummatnya di kemudian hari bisa mengenali siapa 12 pemimpin itu..sama seperti
hadist2 tentang ciri2 atau tanda2 kiamat..belum terjadi cuma sudah di beri
petunjuk agar ummat ini berfikir dan dapat mengenali tanda2nya..
Alaydrouz
Soal ahlil bait..seluruh keluarga dari
rumah Rosulullah dan keturunan beliau adalah ahlil bait(arti jamak).
Dan di khususkan artinya dengan hadist
doa Rosulullah dalam kisah ahlil kisa’..
Imam mahdi,dll termasuk ahlil bait,tapi
tidak termasuk dalam ahlil kisa’(arti khusus)
Dalam hadist tsaqalain juga di sebutkan
bahwa Al-Qur’an dan ahlil bait tidak akan terpisah hingga akhir zaman.
Mudah2an penjelasan ini bermanfaat bagi
semua..amin3x
on January 14,
2011 at 4:05 am | Replysaiful
anwar
kutip
———————————————————————
Ini nih gaya ente yang plin plan, padahal
sudah dikasih hadits shahih, katanya anda yakin akan hadits shahih? ternyata
ente masih ga terima juga dg berbagai alasan, Bukankah anda pernah menyinggung
bahwa Imam harus dari keturunan Ibrahim yg ayatnya terdapat dalam Al-Qur’an?
bukankah Quraysi juga keturunan Ibrahim AS?
———————————————————————
Alhamdulillah, kalau anda sudah paham QS
2:124, tapi anda lupa bahwa kriteria Imamah/Khalifah yang Allah tetapkan pada
ayat itu adalah :
1) Dzurriyyah – yakni keturunan dari
Quraisy itu betul….,
Tapi bukan sekedar suku bangsa Quraisy
saja mas…, karena Quraisy itu terdiri lagi dari banyaknya Bani-Bani. Tentunya
Allah SWT memilih yang terbaik diantara Bani-Bani yang ada pada suku bangsa
Quraisy, dan ini ada nashnya (hadist sahih)
2) Disamping itu juga, yang lebih prinsip
adalah dzurriyyah Ibrahim yang tidak Zhalim.
Oleh karena itulah yang mengetahui
siapa-siapa keturunannya yang tidak zhalim tentunya Allah SWT dan RasulNya
dong…..
Maka dengan demikian Imam/Khalifah/Waliy
Allah dimuka bumi ini adalah melalui Penunjukan/Pewarisan atau Wasiat, dan yang
melakukan hal tersebut adalah hak Allah dan RasulNya saja. Tuh kalo mau bukti
sebagian ayatnya sudah dikutip oleh Abu Hannan diatas. Allah menunjuk Daud AS.
Daud mewarisi Sulaiman AS. Baca mas……..
anda gak sadar kalo nulis ini…..
———————————————————————-
……….. dan hadits2 yg anda sebutkan tidak
relevan dengan apa yg dimaksud Abu Hannan.
lalu anda jawab:
Waduh gimana ngejelasinnya ya biar ente
paham??
———————————————————————
Lhaa nte ini cuma sombong doang, ngrasa
sok paham, tapi pernyataan anda ini rancu.
Ini saya kutip juga pernyataan Abu Hannan
yang rancu:
——————————————————————-
Perhatikan siapa nama dan tempat yang
akan memerintah sebagai khalifah bermanhaj kenabian tidak disebut oleh Nabi
shallallahu alaihi wa sallam
——————————————————————–
Kalau memang anda sudah setuju dengan
nash 2 hadist terkait kepemimpinan akhir zaman oleh Ahl al Bait, logikanya ya
sudah jelas dong……. itu sangat relevan dengan topik yang dibahas Abu Hannan.
Sebab, hadis adanya 12 khalifah pelanjut
Rasulullah SAW itu masanya hingga akhir zaman, berarti Khalifah/Imam
terakhirnya adalah Imam Mahdi dari dzuriyyat Rasulullah SAW.
Jadi kesimpulan saya terhadap makalahnya
Abu Hannan diatas adalah tidak berdasarkan penelaahan yang luas dan mendalam
terhadap Al Qur’an dan Hadist. Bukannya menjelaskan tapi justru mengaburkan
prinsip dalam Islam.
Cukup sekian @sandi dan mohon maaf, saya malas
berdiskusi dengan anda lagi, karena anda tidak fokus dengan topik-topik yang
dibahas, malah justru yang anda soroti adalah orangnya bukan dalil/hujjahnya.
Salaam wa rahmah.
Berawal dari kebingungan akidah sehingga
bingu juga dalam memahami hadis dua belas khalifah setelah nabi. Sungguh
mengherankan keyakinan Anda.Bahkan mengira nabi hanya mengira-ngira dan sebuah
ramalan. Allahu akbar.
Walaupun demikian, ini bukan yang
pertama. Nabi Yakub a.s. memiliki 12 putra. Nabi Isa a.s. dengan 12
hawariyun. Kaum Nabi Musa a.s. terheran-heran dengan 12 mata air yang memancar.
Semua nabi dan pelanjutnya memiliki nasab
yang bersambung. Sekarang, ketika Rasulullah saw. memiliki 12 pelanjut dengan
nasab bersambung, heran dan bingung menjelaskan sabda beliau, sehingga
memaksakan takwilnya bahkan menuduh beliau meramal dan mengira-ngira.
Sungguh, yang keluar dari lisan beliau
tiada lain hanyalah wahyu. Wasalam.
Silahkan tunjukkan dalil bahwa 12 orang
khalifah yang dimaksud adalah 12 imam syi’ah.
on March 21,
2011 at 4:56 am | Replyalmirsi
Hahaha,,, lucu2,,, makalah’y,,
bikin perut ketawa,,, kwkwkwkw
eh,, salah,, perut mulez,,, hohoho
Aduh,, gawat,, Nabi ajah di kira
peramal,, bagai mana umat’y nanti klu Nabi seorang Peramal,,, hueh hueh hueh
gaya bicara’y sok pinter, tp tanya2
mulu,,, HawduHHH,,,
jangan pke tanya2 coba,, berikan
hujjah/argumen ente yg cerdas,,
tau gak sih,, hujjah ente bikin pembaca
bingung,, tp ada mending’y,, hujjah ente lucu2 banget,,,, hohoho
“Eling eling ojo di lali lali wasiat
penting tinggalane kanjeng Nabi cacahe loro kang wajib di gondeli kitab Al
Qur’an lan Ahlul Bayt ingkang suci”.
orang syiah memang tidak akan paham dan
tidak akan menerima apa yang disampaikan kepada mereka. karena kehadiran mereka
memang untuk merusak islam sebagaimana pengasas syiah itu sendiri, ibnu saba’.
tetapi dari penjelasan sahabat salafi setidaknya banyak hikmah dan pelajaran
untuk orang awam bahwa begitu lemahnya hujah orang syiah dan begitu kerasnya
kepala dan hati mereka.
hanya untuk menjawab soal dari saudara
alfanarku, orang syiah biasanya akan menjawab sebagai berikut dibawah ini,
yaitu dengan dalil tetapi dengan paham mereka juga tanpa merujuk kepada hadis
yang shahih
, “Wahai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan Rasul-Nya dan taati pula Ulil Amri (para Imam) di antara
kalian.” (QS. An-Nisa’: 59)
Secara tegas Allah SWT mewajibkan semua
orang-orang yang beriman untuk mentaati “Ulil Amri” secara mutlak. Dan, menaati
mereka sama dengan mentaati Rasulullah saw. Sekaitan dengan turunnya ayat di
atas, Jabir bin Abdillah bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang
wajib ditaati seperti yang diisyaratkan dalam ayat ini?”
Rasulullah saw menjawab, “Yang wajib
ditaati adalah para khalifahku wahai Jabir, yaitu para imam kaum muslimin
sepeninggalku nanti. Imam pertama mereka adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian
Hasan, kemudian Husein, kemudian Ali bin Husein, kemudian Muhammad bin Ali yang
telah dikenal di dalam kitab Taurat dengan nama “Al-Baqir” dan engkau akan
berjumpa dengannya wahai Jabir. Apabila engkau nanti berjumpa dengannya, maka
sampaikanlah salamku kepadanya. Kemudian setelah itu As-Shadiq Ja’far bin
Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad
bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin Ali, kemudian yang
terakhir ialah Al-Mahdi bin Hasan bin Ali sebagai Hujjatullah di muka bumi ini
dan Khalifatullah yang terakhir.”[Rujuk ke Ghayah al-Maram, jilid 10, hal. 267,
Itsbat al-Hudat, jilid 3/123 dan Yanabi’ al-Mawaddah, hal. 494.]
on August 8,
2011 at 11:49 am | Replyaldj
@alfanar ku
hadits ttg 12 imam n dgn nama2nya bukan
cuma milik syiah ahlu sunnah pun memiliki hadits tsb.
tp sy akui anda berani membuka perkara
ini,yg justru disini kelemahan ahlu sunnah,kelemahan nya hanya tidak konsukwen
saja dlm menjalankan hadits2 keutamaan dr ahlulbait,
Tp alhamdulillah msh ada juga dr kalangan
ahlusunah,yg masih mengakui keutamaan ahlulbait diatas ummat
yg lain.walaw sedikit
on March 3, 2012
at 9:46 am | ReplyXarel
pertanyaanku, siapa mereka 12 kholifah
setelah nabi menurut hadits: Akan ada 12 khalifah…….?
mohon dijelaskan sesuai syar’i
on June 12, 2012
at 6:11 pm | ReplyNetral
sy telah mengikuti semua diskusi dari
artikel yg sy baca di blog ini….(diskusi antara saudara2 dr pihak Syiah dan yg
bukan Syiah) yg kemudian sy mengambil kesimpulan sementara, (maksudnya
kesimpulan sementara berdasarkan pengamatan sy dari dialog dalam diskusi)
sy hanya seorang yg berusaha mencari
kebenaran (berdasarkan diskusi di blog ini) antara apa2 yg dijelaskan oleh
sodara2 dari pengikut syiah dgn sodara2 yg diluarnya…
sy bukan org yg jago berdebat, dan sy
hanyalah org yg awam dalam hal yg dipermasalahkan diatas maupun yg
dipermasalahkan di topik2 yg lain.
dan jujur dari awal sy menyimak semua
dialog org2 disini sy selalu menempatkan diri sy dalam keadaan Netral
senetral-netralnya krn tujuan sy bener2 mencari pencerahan…
dan berdasarkan pengamatan sy sebagai
penyimak sampai bahasan diatas… sodara2 dr syiah tidak segamblang dan sejelas
sodara2 yg bukan syiah dalam memberi penjelasan…baik itu tentang penjelasan yg
berdasarkan pd Hadist apalagi yg berdasar pd Al Quran…
Maksudnya… penjelasan sodara2 yg bukan
syiah lebih cendrung memberikan sy pemahaman dgn jelas dan mudah dicerna,
artinya argument sodara2 yg bukan syiah selalu menyajikan penjelasan yg
disertai dgn Dalil yg kuat, analogi yg masuk akal, berdasarkan Hadist2 dan
ayat2 Al Quran yg dijelaskan begitu jelasnya dan mudah dipahami maksudnya…
sementara sodara2 yg dari syiah cenderung
memberikan penjelasan yg berputar-putar, cenderung membingungkan dan malah
kadang keterangan yg sebelumnya malah dibantahkan sendiri dengan keterangan
berikutnya…
terlalu berputar dan kadang malah
kesannya memutar sebuah argumen yg sebenarnya sudah terjawab dgn jelas…
sederhananya gini…. argument dr saudara
yg bukan syiah cenderung lebih mudah dipahami krn dalil yg diajukan dan dengan
penjelasan yg begitu jelas
sedangkan argumen saudara yg syiah… dalil
yg diajuin kadang terbantah sendiri dengan penjelasannya… sehingga kadang
timbul penjelasan yg rancuh, kesan mengelak dgn argumen baru hanya utk menutupi
jawaban yg udah mulai terbaca…
setidaknya itu kesimpulan yg bisa sy
ambil sementara dari diskusi2 di dalam blog ini, tentunya bukan cuman dari
bahasan ini saja…. tp itu belum membuat sy mencapai sebuah kesimpulan secara
umum dari apa yg sy ingin tau tentang syiah… artinya sy masih netral dalam
menilai sodara2 yg syiah…
Kedudukan Perintah Berpegang kepada
Al-Qur’an dan As-Sunnah lebih kuat dibandingkan Al-Qur’an dan Ahlul Bait
September 28, 2011 by alfanarku
Tentunya kita sering membaca
artikel-artikel dari kalangan syi’ah yang mengolok-olok ahlus sunnah dengan
mengatakan bahwa hadits perintah berpegang kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah
kedudukannya adalah lemah, sedangkan hadits tsaqalain yaitu Al-Qur’an dan Ahlul
Bait kedudukannya shahih, sehingga mereka mengatakan bahwa ahlus sunnah
sebenarnya tidak punya pegangan yang kuat.
Mungkin jika kita kurang berfikir kritis,
kita akan langsung mengiyakan hal tersebut, padahal perintah untuk berpegang
teguh kepada As-Sunnah adalah perintah Allah yang banyak sekali disebutkan
dalam Al-Qur’an, sehingga kedudukannya jauh lebih kuat dibandingkan hadits
tsaqalain. Sedangkan hadits tsaqalain sendiri pada kenyataannya adalah perintah
untuk berpegang teguh kepada Kitabullah dan perintah untuk memperhatikan ahlul
bait.
Lalu apa yang dimaksud dengan sunnah
disini? As-Sunnah menurut istilah syari’at ialah segala sesuatu yang bersumber
dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi’il
(perbuatan), taqrir (penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan
dengannya sebagai tasyri (pensyariatan) bagi ummat Islam (Qawaa’idut Tahdits
(hal. 62), Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Ushul Hadits, Dr. Muhammad ‘Ajjaj
al-Khathib, cet. IV Darul Fikr 1401 H, Taisir Muthalahil Hadits (hal. 15), Dr. Mahmud
ath-Thahhan)
Contoh-contoh ayat Al-Qur’an yang
memerintahkan untuk berpegang kepada As-Sunnah
“Barangsiapa mentaati Allah dan
Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya
sungai-sungai, sedang ia kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.
Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang
ia kekal di dalamnya dan mendapatkan siksa yang menghinakan.” (Q.S. An
Nisa’: 13-14)
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki maupun
perempuan mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya menetapkan suatu ketetapan dalam
urusan mereka, mereka memilih pilihan lain. Barangsiapa mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya, sungguh, dia telah nyata-nyata sesat.”(Q.S. Al Ahzab: 36)
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin[314], orang-orang yang
mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya. (Q.S. An Nisa’: 69)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…”
(QS. Al Ahzaab: 21)
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu,
sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari
ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka(Q.S.
An Nisa’: 80)
Dan masih buaaanyak lagi…
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam
bersabda:
“Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian.
Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat
selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku.” (HR. Abu Hurairah).
“Sesungguhnya sebenar-benar ucapan
adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallâhu
‘alaihi Wa Sallam sementara seburuk-buruk perkara adalah hal-hal yang
diada-adakan, dan setiap hal yang diada-adakan itu adalah bid’ah dan setiap
bid’ah itu adalah sesat dan setiap kesesatan itu berada di neraka.” (HR.
an-Nasa`i)
“Orang yang berpegangan kepada sunahku
pada saat umatku dilanda kerusakan maka pahalanya seperti seorang syahid.”
(HR. Ath-Thabrani)
“Berpegangteguhlah kalian dengan
Sunnah-ku dan sunnah para Khulafa Rasyidin yang mendapat petunjuk (setelahku).”
(HR. Al-‘Irbadh bin Sariyah)
“Hendaklah kalian berpegang teguh kepada
sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk (Allah). Peganglah kuat-kuat
sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah ajaran-ajaran yang baru (dalam
agama) karena semua bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
“Barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku
maka dia bukan golonganku.” (HR. Bukhari)
Kesimpulan : Berpegang teguh kepada
Kitabullah dan Sunnah diperintahkan oleh Allah dalam Kitabullah, dan Rasul-Nya
dala hadits-hadits beliau, sehingga jika kita berpegang kepada Kitabullah,
secara otomatis kita wajib berpegang kepada Sunnah Rasul shalallahu ‘alaihi
wasalam, hal ini menunjukkan perintah berpegang kepada sunnah bersamaan dengan
Kitabullah adalah sangat kuat, bahkan seandainya tidak ada satu hadits pun yang
memerintahkan hal ini, cukuplah perintah ini kita dapatkan dari Al-Qur’an.
Wassalam
Related
Pemahaman
Terhadap Hadits TsaqalainIn "analisa"
Posted in analisa | Tagged As-Sunnah, berpegang
kepada kitabullah wa sunnah, tsaqalain | 23
Comments
23 Responses
on September 28,
2011 at 9:25 am | Replysaiful
anwar
Salaam @alfanarku
Kenapa anda tidak mencantumkan QS 4:59
???
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ
اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ
فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ
بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
“Wahai orang-orang yang beriman! taatilah
Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”.
Justru ayat inilah pamungkasnya,
berpegang teguh intinya adalah ketaatan kepada Ulil Amri dari pasca Rasul SAW
wafat hingga akhir zaman, yang akan memimpin orang2 beriman untuk menegakkan
keadilan.
Ulil Amri inilah yang menjabarkan
Kitabullah dengan sebenar-benarnya. Jadi walau berbeda antara Sosok Ulil Amri
dan Kitabullah, namun keduanya wajib dipegang teguh dan ditaati.
Siapakah ulil Amri akhir Zaman? Berdasarkan
hadist sahih dialah Imam Muhammad Al Mahdi. Dan beliau adalah dari Ahl Al Bait
(dari dzurriyyah Fathimah Az Zahra dan Imam Ali bin Abi Thalib).
Ini membuktikan bahwa Ulil Amri yang haq
adalah dari kalangan Ahlul Bait yang diawali oleh Imam Ali AS (silakan anda
telusuri bahwa Imam Ali AS bersambung ke Ibrahim AS) dan diakhiri Imam Mahdi
keturunannya.
Sunnatullah tidak akan berubah,
Para Nabi dan Rasul-Nya (termasuk
Muhammad SAW) adalah hamba2 pilihan Allah – yang merupakan ahlul Bait yng
berkesinambungan dengan Ibrahim AS.
Silakan anda telusuri…….
Begitu juga kepemimpinan pasca Rasulullah
SAW – mereka adalah ahlul Bait yang pastinya juga bersambung dengan Ibrahim AS.
Silakan anda baca dan cermati sendiri
terkait dengan hadist Imam Mahdi yang keturunan dari Fathimah Az Zahra SA,
putri Rasulullah SAW otomatis donk…., bersambung dengan Ibrahim AS.
Ini yang namanya Sunnatullah ya akhii……..
Jadi Khalifah2 (Kepemimpinan tertinggi
ummat Islam) yang gak nyambung secara langsung berkesimabungan dengan Ibrahim
AS itu tidak sesuai/bertentangan dengan Sunnatullah.
Bagaimana bisa kalian ingin berlepas diri
dari mentaati Ahlul Bait???
Ya terserah aja siiii…….. yang penting
saya sudah menyampaikan.
salaam
on October 1,
2011 at 1:55 am | ReplyHamba
Allah
@ Saiful Anwar
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ
اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ
فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
QS 4:59
Adakah Ulil Amri dalam ayat ini untuk
diikuti secara mutlak????
Dlm ayat ini Allah memerintah untuk
mentaati Allah dan Rasulnya secara mutlak perhatikan kata perintah أَطِيعُواْ
(taatilah) hanya diikuti sampai Rasul tp
untuk Ulil Amri tdk, kita diperintahkan mentaati ulil amri krn terkait dengan
ketaatan pada Allah dan RasulNya.. Hal ini jg dipertegas oleh sambungan
ayat فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ
فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ jika kalian
berselisih kembalikan pada Allah dan RasulNya, kalau mengikuti Ulil Amri scr
mutlak kenapa tdk disebut untuk dikembalikan kpd Ulil Amri..
on October 1,
2011 at 7:50 am | ReplySaiful
Anwar
@Hamba Allah.
1) Nabi/Rasul ditunjuk Allah SWT untuk
wajib ditaati.
2) Ketika Rasul SAW yang memiliki mandat
penuh dari Allah SWT menunjuk/menetapkan Ulil Amri, maka pada hakikatnya Allah
lah yang menunjuk Ulil Amri. Jadi sama kedudukan Wajib taatnya sebagaimana
ummat saat itu wajib taat kepada Rasul SAWW.
3) Kalau anda ingin berandai andai
menyelipkan kata أَطِيعُواْ
sebelum kata “ulil amri” justru itu
merusak kaidah bahasa ayat itu sendiri. Tanya saja kpd yg ahli bahasa Arab!!!
Pada ayat itu terdapat 2 paket ketaatan:
- Ketaatan kepada Allah SWT
- Ketaatan kepada Rasul dan Ulil Amri.
Dengan batasan bahwa ulil amri tidak
memiliki jabatan Nabi/Rasul, Ulil Amri hanya menjabarkan agama secara utuh dan
membimbing orang2 beriman sesuai yang dikehendaki Allah dan RasulNya.
4) Paket ketaatan kepada Rasul & Ulil
Amri dalilnya disamping QS 4:59 itu sendiri yg terlihat pada “wawu athaf”
menjelaskan ketaatan mutlak, juga terdapat pada QS 4:83 ; …..”Dan kalau mereka
menyerahkannya kapada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka, tentulah orang2 yang
ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan
Ulil Amri)”…..
Ayat QS 4:83 inilah yang membuktikan juga
bahwa Ulil Amri merupakan rujukan untuk mencari kebenaran setelah Rasulullah
SAWW.
on October 1,
2011 at 10:02 am | Replyaldj
أَطِيعُواْ
kenapa harus ada 2 taat?
krn taat kpd allah berbeda dgn taat kpd
rosul
knp kpd ulil amri tdk ada kata taat
krn ketaatan kpd rosul n ulil amri adalah
sama,sehingga tdk perlu ada kata taat pd ulil amri krn mereka satu kesatuan
ini sesuai dgn dalil quran ttg ayat
mubhahalah,ketika ayat tsb menyebut rosul n ali,kalimatnya adalah jiwa2/diri2
kami n jg
hadits rosul saw
إن عليا مني وأنا منه وهو ولي كل مؤمن بعدي
Ali dari Ku dan Aku darinya dan Ia adalah
Pemimpin bagi setiap mukmin sepeninggalKu.
on October 2,
2011 at 3:19 am | Replyandro
To Hamba Allah
Anda benar..
Intinya Ulil Amri dalam ayat tersebut
adalah umum dan tidak merujuk khusus pada ahlul bait, setelah wafatnya Nabi SAW
terdapat khulafa’ur rasyiddin misalnya, mereka itulah diantaranya yang dimaksud
ulil amri minkum (para pemimpin dari kalangan kalian). Bukankah pemilik blog
ini sudah menyebutkan haditsnya ;
“Berpegangteguhlah kalian dengan
Sunnah-ku dan sunnah para Khulafa Rasyidin yang mendapat petunjuk (setelahku).”
(HR. Al-‘Irbadh bin Sariyah)
“Hendaklah kalian berpegang teguh kepada
sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk (Allah). Peganglah kuat-kuat
sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah ajaran-ajaran yang baru (dalam
agama) karena semua bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Khulafaur rasyidin yang kita tahu adalah
diantaranya : Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali RA. jadi tidak khusus merujuk pada
ahlul bait.
on October 2,
2011 at 11:21 am | ReplySaiful
Anwar
@Andro..
Jangan tergesa gesa mengklaim diri merasa
benar, sebelum dibenarkan oleh Kitabullah.
Apakah yg anda pahami terkait dengan
kekhalifahan/ulil amri itu sudah sesuai dengan ketentuan, kriteria dan syarat2
yang dikehendaki oleh Allah SWT didalam Kitabullah?
Mana dalil ayat yang menyatakan persoalan
ulil amri/khalifah setelah Rasul SAW adalah persoalan yg umum?
Cobalah kalian utamakan untuk bertanya
kpd Kitabullah terlebih dahulu sebagai sumber utama, setelah jelas prinsipnya
didapat dari Kitabullah, baru kita dapat melihat mana hadist2 yg sejalan dengan
Kitabullah. Ini metodologi yang benar.
Salaam
on October 3,
2011 at 6:15 am | Replytoni
@Saiful,
sekilas saya membaca komentar anda di
atas:
“Ini membuktikan bahwa Ulil Amri yang haq
adalah dari kalangan Ahlul Bait yang diawali oleh Imam Ali AS (silakan anda
telusuri bahwa Imam Ali AS bersambung ke Ibrahim AS) dan diakhiri Imam Mahdi
keturunannya.”
Bukankah Abu Bakar, Umar dan Utsman juga
nasabnya juga bersambung kepada Ibrahim AS? mereka juga dari Quraisy sama
seperti Ali ataupun Nabi SAW.
jadi saran saya, anda jangan juga merasa
benar sendiri, akan sangat banyak celah & kontradiksi yang akan anda hadapi
jika tetap mempertahankan konsep imamah ala syiah itsna atsariyah imamiyah
jakfariyah + wilayatul faqih ala khomeini :)
salam
on October 3,
2011 at 7:11 am | ReplyHamba
Allah
@saipul
Saya tdk berandai untuk menyisipkan
kata أَطِيعُواْ
sebelum “ulil Amri” ttp jika tdk ada
faedah diulanginya kata أَطِيعُواْ
sebelum rasul cukuplah kata أَطِيعُواْ
sebelum Allah maka wawu athaf sudah
membari faedah pada kita untuk mengikuti Allah, Rasul dan Ulil Amri jika asumsi
anda benar, pengulangan tersebut pasti membari faedah yang berbeda karena
firman Allah tdklah sia-sia..Jika asumsi anda juga benar kenapa sambungan ayat
adalah
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى
اللّهِ وَالرَّسُولِ …Nah sekarang dimana
peran ulil amri di sambungan ayat tersebut, kalau perintah untuk taat scr
mutlak kpd ulil amri kok kita tidak diperintahkan untuk secara mutlak
mengembalikan perselisihan kpd Allah , rasul dan ulil amri
on October 3,
2011 at 8:33 am | ReplyHamba
Allah
@aldj : coba baca2 baik ayat pd artikel
di atas: (An Nisa :13)
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ
فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Di ayat ini Allah menggandengkan kata
ketaatan kpd Allah dan rasulNya tanpa adanya pengulangan, dan ayat2 selanjutnya
pd artikel di atas jg menunjukkan spt itu dan masih adalagi selain yang disebut
pada artikel di atas bagi yang mau membaca Al-qur`an.
Jadi pernyataan anda itu bagaimana
korelasinya dengan ayat yang lain??????
@saiful Untuk QS 4:83 kasih dong asbabun
nuzulnya (siapa tahu versi temen2 syiah beda :D )?? sehingga bs
disinkronkan dengan 4:59 Apakah ulil amri di ayat 4: 83 & 59 harus diikuti
secara mutlak!
on October 3,
2011 at 12:41 pm | ReplySaiful
Anwar
@toni
Anda pelajari dulu ilmu silsilah para
nabi/Rasul, dan posisi suku Quraisy itu seperti apa, baru anda berkesimpulan.
@hamba Allah
Apakah anda tidak dapat memahami pada QS
4:83 Allah menyatakan bahwa Rasul dan Ulil Amri disebut bersama dan sebgai
sumber kebenaran?
Bila anda tdk merasa berandai andai untuk
menyelipkan kata2 “athi’u”, sungguh sombongnya anda merasa lebih pandai dari
Allah SWT yg menurunkan ayat QS 4:59 ya spt itu. Nauzubillaah….
Tanpa sadar anda telah melakukan
perubahan terhadap alQuran!!!
Kalian ini mestinya menjawab dulu apa yg
saya tanya, mana dalil Al Quran nya, atas pernyataan2 anda sebelum ini..
on October 4,
2011 at 1:33 am | Replyaldj
@hamba allah
tentu sj berbeda,yg annisa 59 bebicara
ttg syareat,
an nisa 13 berbicara ttg keimanan
sdh faham anda?
on October 4,
2011 at 1:36 am | Replyaldj
mksd sy an nissa 59 berbicara ttg
keimanan
annisa 13 ttg syareat (hukum)
on October 4,
2011 at 1:49 am | Replyaldj
@hamba allah
Nah sekarang dimana peran ulil amri di
sambungan ayat tersebut, kalau perintah untuk taat scr mutlak kpd ulil amri kok
kita tidak diperintahkan untuk secara mutlak mengembalikan perselisihan kpd
Allah , rasul dan ulil amri
krn yg akan diperselisihkan adalah ulil
amrinya,
krn itulah inti perselisihan ummat islam
ba’da rosul hingga skrg ini
kalian menganggap ahlulbait bukanlah yg
utama sedang kami tidak
anda menganggap bhw ulilamri ba’da rosul
adalah abubakar,sedang kami tidak.
jgn lupa ulil amri bagi kami pengikut
ahlulbait adlah keimanan
hadits rosul
“barang siapa yg tdk mengenal imam pd
zamannya maka matinya mati jahiliyah”
jadi taat kpd ulil amri/imam adalah
masalah keimanan(an nisa 59)
on October 4,
2011 at 1:50 am | Replyaldj
@toni
he..he..he.. segitu aja,kirain…
on October 4,
2011 at 9:25 am | ReplyHamba
Allah
@ saiful
Coba baca baik2 jawaban saya atas anda,
sebetulnya simple :
1. saya tidak berandai menyelipkan
kata أَطِيعُواْ sebelum ulil
amri krn memang kenyataannya Al qur`an tdk menyelipkan sebelum kata ulil Amri
justru kata أَطِيعُواْ diulang
sebelum kata rasul sedangkan ayat lain tdk contoh An Nisa :13 ini pasti memberi
faedah yang berbeda.
2, yang kita diskusikan sebetulnya adalah
; ” adakah Ulil Amri itu ditaati secara mutlak sbgmn kita mentaati Allah dan
Rasul Nya secara.mutlak.dengan merujuk ayat pada artikel di atas dan An nisa 59
dengan beberapa point yang telah saya sebutkan
3. Tentang QS 4 :83 saya minta asbabun
nuzul krn di situ akan terkait dengan siapakah Ulil Amri yang dimaksud pada
ayat tersebut
@ Aldj :يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي
الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ
وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ
وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
QS 4:59
Aneh jawaban anda, ayat di atas
menyuruhkan apabila kita berselisih terhadap sesuatu kembalikan kpd Allah dan
RasulNya, kalau memang Ulil Amri adalah Imam Maksum yang harus ditaati scr
mutlak justru ayat ini tdk menunjukkan ketaatan scr mutlak kpd ulil amri, saya
akan menukil perkataan Quraisy Syihab ttg ayat di atas Quraish Shihab, yang
disebut-sebut sebagai mufassir Indonesia, memberi ulasan yang menarik: “Tidak
disebutkannya kata “taat” pada ulil amri untuk memberi isyarat bahwa ketaatan
kepada mereka tidak berdiri sendiri tetapi berkaitan atau bersyarat dengan
ketaatan kepada Allah dan Rasul, dalam arti bila perintahnya bertentangan
dengan nilai-nilai ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka tidak dibenarkan untuk taat
kepada mereka. Dalam hal ini dikenal kaidah yang sangat populer yaitu: “La
thaat li makhluqin fi ma’shiyat al-Khaliq”. Tidak dibenarkan adanya ketaatan
kepada seorang makhluk dalam kemaksiatan kepada Khaliq (Allah).” (http://media.isnet.org/isnet/Nadirsyah/ulilamri.html)
Apakah syariat berbeda dengan keimanan???
Apakah syariat tidak termasuk keimanan??
Dan pada prakteknya kalau memang Ulil
Amri adalah Ahlul bait yang mutlak diikuti bagaimana mengikuti Imam ke 12 pasca
ghaibah kubra ada imam tp tdk muncul bagaimana fungsi dia sementara kita harus
merujuk kpdnya
on October 4, 2011
at 10:52 am | Replysaiful
anwar
@Hamba Allah
Ini saya kutip pertanyaan anda:
“…………kalau mengikuti Ulil Amri scr mutlak
kenapa tdk disebut untuk dikembalikan kpd Ulil Amri..”
saya tidak mampu menjawab ini, sebab
persoalan Ulil Amri adalah hak prerogatif Allah SWT, maka yang berhak menjawab
adalah Kitabullah :
Kitabullah QS 4:83 membuktikan bahwa Ulil
Amri juga tempat kembali, bahwa ada contoh persoalan2 yang bila kaum muslimin
saat itu ingin mengetahui kebenarannya wajib juga merujuk kepada Ulil Amri,
artinya kedudukan Rasul SAW dan Ulil Amri adalah dari sisi jabatan bebeda namun
dari wewenangnya dalam menyimpulkan hukum yakni sama (Rasul menerima wahyu al
Quran sedangkan Ulil Amri hanya memiliki ilmu dan amalnya secara utuh), maka
tetap wajib ditaati secara mutlak:
QS 4:83
وَإِذَا جَاءهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الأَمْنِ أَوِ
الْخَوْفِ أَذَاعُواْ بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي
الأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلاَ
فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاَتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلاَّ
قَلِيلاً
“Dan apabila datang kepada mereka suatu
berita tentang keamanan atau pun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan
kalau mereka mengembalikannya (warodduu hu ilar Rasuli wa Ulil Amri minhum)
kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil
Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah
kamu mengikut setan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).”
Kalau ingin mengetahui yang benar….. ya
wajib mengikuti petunjuk pada ayat itu, kalau tidak berarti anda mengikuti
syaithon yang so pasti anda sesat. Silakan baca ayat diatas, sangat jelas
kok……….
Kalau terkait perdebatan ketaatan kepada
Ulil Amri bersifat mutlak atau tidak, itu tergantung anda dalam memahami apa,
siapa, dan bagaimana kriteria, ketentuan dan syarat2 Ulil Amri pasca Rasul
SAW., kemudian bagaimana anda juga memahami Sunnatullah pada fase.
Kenabian/Kerasulan dimana Allah SWT. menunjuk wakil-Nya dimuka bumi.
Seseorang sah2 saja berpendapat, tapi
apakah pendapatnya sesuai dengan Kitabullah?
Tentunya kalau anda pahami Ulil Amri
boleh siapa saja dan bersifat umum seperti pemilu, maka jawabnya betul wajib
taat tapi tidak mutlak sebab ada syarat yang membatasinya. Tapi mana dalil
Kitabullah nya yang membatasi dan mensyaratinya……?
Silakan saja tapi tolong kemukakan bahas
dalil dari Kitabullah nya terlebih dahulu.
Salaam…..
on October 4,
2011 at 12:51 pm | Replyaldj
@hamba allah
Aneh jawaban anda, ayat di atas
menyuruhkan apabila kita berselisih terhadap sesuatu kembalikan kpd Allah dan
RasulNya
coba beri sy contoh ke sy perselisihan
apa yg terjadi diummat ini skrg?
Imam Maksum yang harus ditaati scr mutlak
justru ayat ini tdk menunjukkan ketaatan scr mutlak kpd ulil amri,
alasan apa yg anda berikan,jgn cuma
komentar tanpa isi,dalil sy jelas bhw hadits rosul mengatakan barang siapa yg
tdk mengenal imam pd zamanx maka matinya mati jahiliyah.
lagian ulil amri yg tertera di alquran
klu dgn asumsi anda,nilainya menjadi tdk ada krn orang biasa pun bisa sprt ulil
amri.
saya akan menukil perkataan Quraisy
Syihab ttg ayat di atas Quraish Shihab,
mengherankan sy anda mengambil penafsiran
qurays shihab,bwt sy beliau adlh org berilmu,tp toh tdk mesti kita berpegang
mutlak kebeliau.
Apakah syariat berbeda dengan keimanan???
Apakah syariat tidak termasuk keimanan??
masa anda tdk tau perbedaanya? he..he..he..
pantas anda menyamakan ketaatan antara Qs
annisa 13 n 59…
Dan pada prakteknya kalau memang Ulil
Amri adalah Ahlul bait yang mutlak diikuti bagaimana mengikuti Imam ke 12 pasca
ghaibah kubra ada imam tp tdk muncul bagaimana fungsi dia sementara kita harus
merujuk kpdny
tdk perlu melebar dulu…
bytheway…
apa tanggapan anda dgn hadits:kewajiban
mengenal imam pd zamanx?
bukankah hal ini mutlak?
on October 7,
2011 at 12:39 am | Replyalaydrouz
01
Dari Ibnu Mas’ud z, ia mengatakan:
“Tatkala kami berada di sisi Rasulullah,
tiba-tiba datang sekelompok pemuda dari Bani Hasyim. Ketika Nabi melihat
mereka, kedua mata beliau berlinang air mata dan berubahlah roman mukanya. Maka
aku katakan: ‘Kami masih tetap melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami
sukai.’ Lalu beliau menjawab: ‘Kami ahlul bait. Allah telah pilihkan akhirat
untuk kami daripada dunia. Dan sesungguhnya sepeninggalku, keluargaku akan
menemui bencana-bencana dan pengusiran. Hingga datang sebuah kaum dari
arah timur, bersama mereka ada bendera berwarna hitam. Mereka meminta kebaikan
namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan
sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya.
Hingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku. Lalu
ia memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana orang-orang memenuhinya dengan
kedzaliman. Barangsiapa di antara kalian mendapatinya maka datangilah mereka,
walaupun dengan merangkak di atas es’.”
(HR. Ibnu Majah no. 4082, sanadnya hasan
lighairihi menurut Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Adh-Dha’ifah, 1/197, pada
pembahasan hadits no. 85)
Ini hadits mw d kemanain???
Btw, Ini hadits sanad nya shohih..
seandainya ada yg mendhoif kan itu tidak berarti apa2 karena sudah terbukti
sepeninggal Rasulullah, ahlil bait Rasulullah mengalami bencana dan pengusiran
dan ‘seseorang dari keluargaku’ yg d maksud adalah al mahdi..
mengikuti sunnah bukan berarti menolak
taat pada ahlil bait karena mentaati ahlil bait itu termasuk mentaati syariah
Rasulullah dalam hadits tsaqalain..
Kalian terlalu sibuk dengan lafadz bihi
dan bihima seolah2 tidak faham dengan lafadz at tsaqalain (2 perkara/ pusaka).
Seandainya ada yg beranggapan ulil amri
yg haq itu bisa siapa saja asal mentaati ALLAH dan Rasul Nya trs buat apa d
adain ahlil bait Rasulullah beserta dzuriyyah nya hingga akhir zaman?? Malah al
mahdi lah yg akan mengembalikan zaman ini seperti zaman khilafah al minhajin
nubuwwah
Trs buat apa juga ahlil bait Rasulullah d
sucikan dalam surah al ahdzab ayat 33 seandainya mereka tidak berhak menjadi
imam??
G bisa jawab?? gpp koq ana maklum2 aja
karena ini emang dah kodrat nya.. Antara haq dan bathil tidak akan pernah
bersatu.
Sewaktu Rasulullah d sucikan dan d angkat
menjadi Rasul ALLAH hanya orang2 kafir dan munafik yg ingkar. Sama seperti
ahlil bait, mereka d sucikan ALLAH untuk menjadi imam sepeninggal Rasulullah
pun banyak yg ingkar..
Ada yg berusaha melebarkan maknanya ada
yg berusaha mengingkari dll..hehehehe
on June 12, 2012
at 7:57 pm | ReplyPecinta
Ahlul Bait dan Sahabat Rasulullah
sy hanya ingin mengungkapkan logika
sederhana sy….
Tentunya kita semua sepakat (atw mngkn
cuman sy aja kali) bahwa Hadist2 Rasulullah tidak satupun yg
bertentangan/berkebalikan/membantah Al Quran… (kecuali Hadist palsu…ya gak ??)
Jadi manakah yg Lebih utama yg dijadikan
pegangan (dua-duanya adalah pegangan) tapi mana yg Primer dan mana yg
Sekunder….
Al Quran dulu kemudian Hadist, atw
Hadist dulu kemudian Al Quran ???
sy rasa kita semua sepakat apa
jawabannya… :)
jadi alangkah kurang ajarnya jika kita
jadikan sebuah dalil Hadist untuk membantah Ayat2 Al Quran yg terjaga oleh
Janji Allah sendiri sampai hari kiamat :D
on September 13,
2013 at 1:18 am | Replyanindita
anastasia
Salam semuanya, Saudara2ku.
(Ali Imran 32):
Ini jika dijabarakan menjadi 2:
- Ati’ulloha
- Ati’urrasul.
Jika digabung dengan kata “dan” atau
biasa dikenal “waw_athaf”, maka menjadi:
Ati’ulloha wa rasul.
Pada Qur’an 4:59 :
Ati’ulloha wa ati’urrasul wa ululamri.
Yang diathafkan ini adalah kata perintah
taatlah “ati’u”.
Maka kaidah yang sama seperti di atas itu
Ali Imran: 32.
Karena ketaatan kepada Rasul adalah
mutlak karena Beliau adalah Insan Maksum, maka ketaatan kepada Ululamri juga
mutlak, karena yang diathafkan adalah kata perintah mutlak “ati’u” tersebut.
Jadi dikarenakan ketaatan kepada Ululamri mutlak, maka Ululamri harus maksum,
karena hanya yg maksum yang wajib ditaati secara mutlak.
Itulah sebabnya jauh2 hari sebelum Rasul
kembali kesisiNYA, Beliau telah berpesan “setelahku ada 12 pemimpin” (Lihat:
Pada Bukhari muslim pd kita Al Lu’lu’ wal marjan bab kekuasaan).
Sampai kiamat jumlah yang wajib ditaati
sebagaimana penunjukkan Rasul hanya sebatas sebanyak 12 itu. Tidak lebih tidak
kurang.
Terima kasih, wassalam.
Peneliti Iran: Permusuhan Syiah pada Umar
bin Khattab Dibungkus Baju Agama dan Mazhab
KIBLAT.NET, Pati – Dewan Dakwah Islam
Indonesia (DDII) Kabupaten Pati pada Selasa, (27/04) mengadakan seminar
“Membongkar Kesesatan Syiah”. Acara yang dihadiri sekitar 500 kaum
muslimin itu digelar bersamaan dengan pelantikan pengurus DDII Kabupaten Pati.
KH. Abdul Wahid, salah seorang ulama dari
Gemolong Sragen dalam seminar itu menyampaikan bahwa syiah bukanlah bagian
dari Islam. Bahkan, aliran syiah dapat membahayakan akidah umat Islam.
“Agama syiah bukan agama Islam, tetapi
agama baru yang dibangun di atas kedustaan, kebencian serta kedengkian para
bangsawan dan pemuka agama Majusi-Persia (sekarang Iran, red). Karena kerajaan
mereka dihancurkan oleh tentara kaum muslimin pada masa khalifah Umar bin
Khattab pada tahun 14 H,” ujar KH. Abdul Wahid dalam kesempatannya.
Beliau juga mengutip pernyataan Dr.
Lawrence Brown, seorang orientalis berkebangsaan Inggris yang tinggal di Iran
selama waktu yang panjang dalam penelitiannya tentang sejarah bangsa Iran.
Dalam karyanya yang berjudul “Tarikh
Adabiyat Iran Juz I halaman 217, Brown menuturkan, “Di antara faktor
terpenting yang menyebabkan permusuhan bangsa Iran terhadap Umar bin
Khattab radhiyallahu ‘anhu, Khalifah Rasyidah II adalah karena beliau
telah menaklukkan negeri bangsa non Arab dan telah meruntuhkan kekuatan
mereka. Hanya saja permusuhan tersebut dibungkus dengan baju agama dan
madzhab.”
Brown juga menjelaskan bahwa
kebencian kelompok syiah kepada Khalifah Umar bin
Khattab radhiyallahu ‘anhu, bukan karena merampas hak-hak Ali bin Abu
Tahalib radhiyallahu ‘anhu, dan Fathimah radhiyallahu
‘anha, tetapi karena beliau menaklukkan Iran dan menumbangkan Dinasti
Sassaniyah.
Sementara, pembicara kedua adalah Ustadz
Mas’ud Izzul Mujahid, salah seorang relawan kemanusiaan Suriah. Beliau
menceritakan bagaimana kebrutalan dan kebiadaban syiah nushairiyah yang telah
membantai umat Islam di Suriah.
Ketika di temui
reporter Kiblat.net, panitia acara ini menegaskan bahwa seminar
semacam ini diadakan untuk membangkitkan kewaspadaan umat akan bahayanya
gerakan syiah.
“Seminar ini kita adakan agar umat Islam
di Pati dan sekitarnya ini, waspada akan kesesatan syiah dan perkembangannya.
Apalagi di daerah Bangsri, Jepara yang tetangga kabupaten itu sudah ada
komunitas syiah yang sudah terang terangan dalam menjalankan Ibadah. Bahkan, sampe punya
sekolah dan masjid sendiri,” ujar salah seorang panitia acara yang tidak
menyebutkan namanya.